9. Selamat Tidur, Sayangku

1.4K 125 3
                                    

NaruSasu

Omegavers

10/08/2021

-

-

-

-

-

Sebagai salah satu putra keluarga Uchiha, Sasuke dari awal memang selalu hidup mudah dan dikelilingi pelayan. Mau tidak mau kebiasaan itu melekat hingga ia menikah. Untungnya ia menikah dengan Uzumaki Naruto, salah satu putra dari keluarga terkaya ketiga di konoha. Tidak banyak yang berubah dari segi keseharian. Hanya saja sejak ia menikah dengan Naruto, Sasuke sebisa mungkin bangun lebih awal dari suaminya untuk menyiapkan keperluan Naruto.

Setelah menyiapkan setelan jas, dasi dan jam tangan, Sasuke masuk ke kamar untuk membangunkan Naruto. biasanya pria itu sulit dibangunkan, harus dipukul dulu baru ia akan berdiri untuk mandi walau sambil menggerutu. tapi sejak kandungannya sudah menginjak delapan bulan, bahkan saat Sasuke membuat suara pelan dari pintu yang terbuka Naruto akan membuka mata dan langsung duduk. Menyapanya untuk mengucapkan sekedar salam pagi dan langsung mandi.

"Hari ini aku ada acara ulang tahun kolega, Sasuke kau mau ikut?" tanya Naruto sambil memandangi wajah istrinya yang sedang membuat simpul dasi.

Sasuke menggeleng, "akhir-akhir ini aku cepat lelah. Perutku juga sering kram, maaf ya. Kau berangkatlah sendiri." Naruto mengangguk, mencium keningnya lalu turun ke bibir, menahannya agak lama sambil mencuri kuluman sebelum mereka mulai sarapan di lantai bawah. Sambil mencium sambil meraba, naik turun dari punggung ke pantat. Aduh, sudah berapa minggu ia tidak dapat jatah? Lima? Enam? Kalau beruntung nanti malam ia akan minta. haha.

"Bagaimana kalau kita segera pindah ke kamar bawah? Supaya mudah setelah lahiran, kau tidak perlu naik turun tangga. Bahaya nanti."

Naruto menggandeng tangan Sasuke sambil menuruni tangga pelan-pelan.

Sasuke menjawab, "oke."

Akhirnya hari berikutnya mereka mulai menempati kamar bawah yang pada awalnya itu adalah kamar tamu.

Naruto pada masa akhir-akhir kehamilan Sasuke malah mengalami masalah serius di kantor. Hampir tiap pulang ia akan memasang wajah kusut. Mengharapkan istrinya bisa menjadi penghiburnya dalam rumah, namun sayangnya harapan itu tak bisa ia katakan dengan lantang. Apalagi seminggu menjelang perkiraan kelahiran, Sasuke banyak gelisah dan sering marah-marah pada hal kecil, mau tak mau mood Naruto juga turun.

"Sasuke, aku lelah. Tolong jangan marah-marah terus oke."

"Kau pikir aku tidak lelah," Sasuke memang seharian tidak melakukan apa-apa. Ia banyak tidur di kamar dan hanya bangun saat makan dan mandi. Semua pekerjaan rumah dibereskan oleh pelayan. Tapi bukan berarti ia enak-enakan. Pingganya sakit, perutnya sakit, tenggorokannya sakit, badannya pegal-pegal. Ia kelelahan semasa kehamilan walau tidak melakukan banyak hal berat.

"Kalau kau tidak mau aku marah, taruh tas kerjamu di tempatnya. Langsung mandi sebelum masuk kamar. Aku sudah bialng aku tidak suka baumu."

Naruto kerja di ruangan ber-AC jadi tentunya ia tak banyak berkeringat. Parfum pagi tadi juga masih tercium dari bajunya. Naruto sama sekali tidak bau. Tapi di hadapan istrinya, seolah-olah dia adalah monyet hutan yang tak mandi berahun-tahun. Naruto berusaha memaklumi karena Sasuke sedang hamil tua. Tapi ada batas tertentu sampai ia juga lelah menahan marah.

"Aku tahu. Aku tahu. Sudah kubereskan. Kau lihat aku sudah mandi, kan. Apalagi sekarang?"

Sasuke merenggut. wajahnya makin terlihat ketus. Ia tak menjawab dan hanya langsung berbaring memunggungi.

Naruto mengusap wajah dengan penuh tekanan. Sasuke, astaga! Makin tajam mulutnya.

Maunya tadi pulang kerja bisa bicara sebentar dengan Sasuke. Tentang keluhannya, kesakitannya, dan ia akan dengan sangat sabar mendengarkan, melayani kebutuhan istrinya tanpa banyak bicara. Siapa sangka sasuke yang malah memulai perang. Menyambut dengan wajah cemberut dan marah-marah.

Naruto menatap punggung sasuke sangat lama. Ia ingin meyapa anaknya, tapi sepertinya sasuke akan marah kalau bersentuhan dengannya, jadi ia mengalah, keluar kamar untuk pergi ke ruang gym. Olahraga dari pukul tujuh hingga setengah sepuluh. Memukul samsak tinju melampiaskan emosi sampai tangannya pegal.

Begitu menyadari kalau hari sudah larut malam, Naruto berhenti dan istirahat sebentar sebelum keluar. Ia harus mandi lagi. Kalau tidak Sasuke mungkin akan bangun dan terganggu dengan keringatnya. Tapi siapa sangka saat ia selesai mandi, Sasuke ternyata duduk diam menghadap handphone sembari bersandar di tumpukan bantal. Istrinya itu sama sekali tidak kelihatan mengantuk.

Wajahnya lumayan tenang, dingin seperti biasa. Rupanya Sasuke sudah tidak marah lagi.

Naruto mengambil handphonenya lalu duduk di samping Sasuke untuk mengecek email atau laporan dari sekretaris. Hanya sebentar, ia meletakkan handphonenya lalu fokus ke arah Sasuke. Selama kehamilan Naruto memang banyak dibuat emosi. Tapi saat mereka berdua selesai bertengkar Naruto akan kehilangan amarahnya setelah mengamati tingkah dan pergerakan sekecil apapun ang Sasuke lakukan.

Sasuke hanya membaca artikel tentang kesehatan ibu hamil, satu tangannya yang lain mengusap perut. Naruto tertawa dalam hati. Menebak sampai berapa lama Sasuke akan mendiami dirinya.

"Kenapa melihatku terus?" kata Sasuke. Meletakkan handphone dan merosot dari bantal untuk tidur. Naruto mendekat ikutan berbaring.

"Masih marah?" tantanya sambil tersenyum.

Sasuke hanya menatap dada suaminya dan tidak mau buka suara.

"Maafkan aku. Tadi di kantor ada masalah. Lain kali aku tidak akan lupa menaruh tas dan langsung mandi." Katanya. Tangan naruto mengusap kepala Sasuke seperti menidurkan bayi. "Bagaimana hari ini? badanmu masih sangat sakit ya?"

Sasuke mengangguk pelan. Ada jeda sangat lama keduanya diam. Naruto suka melihat Sasuke terlihat diam di dekatnya. Seolah-olah wajah ketus itu benar-benar tercipta hanya untuk ia cintai sepenuh hati.

Tiba-tiba mata Sasuke memerah dan berkaca-kaca. Naruto sudah biasa melihatnya selama beberapa bulan terakhir. Saat Sasuke merasa bersalah karena marah atau terlalu marah karena stres, satu-satunya yang ia lakukan hanya menangis diam-diam di depan atau di belakang Naruto.

Naruto terkekeh, memeluk tubuh Sasuke dengan erat dengan gestur aneh karena terhalang perut. "Jangan menangis."

Sasuke akhirnya memeluk Naruto, sesenggukan sampai akhirnya tertidur dengan mata bengkak. Naruto memisahkan diri. Menyelimuti Sasuke dengan rapat setelah mencium pipinya.

"Selamat tidur, Sayangku."

Setiap kejadian sederhana inilah yang membuatnya tak akan bisa bosan dari Sasuke. Walau ia harus banyak menahan emosi pada akhirnya setiap akhir pertengkaran Sasuke akan menjadi penurut dan mau kembali tenang dalam pelukannya. Naruto benar-benar mencintai pasangannya sampai pada titik ia akan gila jika Sasuke tidak ada.

-

-

-

-

-

Halo, teman-temanku yang baik hati. apa kabar?

Kalian suka ngga kalau saya buat cerita dengan konflik sederhana kaya gini?

Kalau suka, saya akan buat lagi serupa nanti. Gimana?

Duosn't (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang