Siang makin terik, tubuh boleh lelah, tapi semangat mahasiswa tidak akan layu sebelum keadilan ditegakkan. Begitu kata ketua BEM Universitas Kohona barusan.
Masih jam satu siang sebenarnya, tapi karena tadi pagi sang ibu pun kesiangan bangun, Naruto tidak ada waktu untuk sarapan. Teman-temannya sudah telepon puluhan kali karena tahu kalau dirinya yang paling lamban. Akhirnya, beli sebungkus roti pun tak sempat. Sial betul Kiba itu!
"Kalau aku pingsan dan diinjak-injak orang, lalu mati, orang pertama yang aku hantui adalah kau!"
Kiba mendengus, "aku ada roti. Jangan sok-sok mau mati, kau punya hutang 50 ribu padaku, ingat!" Kini giliran Naruto yang merengut.
Dirampasnya sari roti coklat milik Kiba, lalu makan dengan rakus sambil terus jalan. Namun tiba-tiba di belakangnya ada seseorang yang mendorong, alhasil rotinya yang tinggal separuh jatuh. Ia menoleh marah, "hei! Jangan mendorong."
Pria jas biru menatap. Naruto tertegun. Lupa mau marah-marah setelah disuguhi wajah tampan.
"Maaf. Aku tersandung." Pria itu melirik sekilas roti bekas gigitan Naruto yang jatuh di jalan, lalu segera merogoh tas selempang. "Makanlah." Katanya. Sebungkus roti sobek isi coklat keju kesukaannya.
"Eh, tidak perlu diganti."
Pria itu memaksa, "terimalah."
Naruto akhirnya menerima dengan senyum tipis, agak malu karena sudah marah-marah duluan.
"SASUKE, KITA KE DEPAN!" Seseorang berteriak. Pria di hadapannya menoleh, "aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, mahasiswa Universitas Sina." Katanya lalu berlalu pergi ke kumpulan mahasiswa jas biru.
Kiba bersiul, "rotinya besar. Bagi padaku juga."
"Jas biru barusan, Universitas Kohona, kan?!" Tanya Naruto.
"Biru muda, biru tua?"
"Biru tua."
"Biru tua dari Universitas Phoenix Merah bodoh."
"...oh."
Mereka sampai di gedung sasaran. Sebagai mahasiswa yang doyan makan dan pecicilan, ia tak terima uang pesangon dihilangkan. Jika itu terjadi, Naruto tidak akan dapat uang saku lebih menjelang liburan. Kabar paling gawatnya, ia pasti harus puasa makan ramen selama berbulan-bulan demi berhemat.
Ia naik pagar sambil teriak-teriak. Mengguncang gerbang besi yang dinaikinya sampai tak sadar kakinya sobek di bagian tulang kering. Kapan ia dapat luka itu? Biarlah. Tidak parah.
Mahasiswa lain seperti kerasukan. Yang suka panjat pinang begini pasti mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) yang tugasnya sering molor dan gemar bolos gara-gara game online, plus tidak pernah ikutan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Seperti dirinya. Hahaha.
Gerbang tiba-tiba oleng ke depan. Tembok yang meyangga pintu dihantam dengan palu. Sial. Mereka tidak tahu apa kalau masih ada yang di atas.
Naruto teriak, "heh! Tolol kau. Aku masih di atas."
"Lompat, sini ku tangkap." Dari bawah seseorang teriak.
Naruto menoleh, oh oh!!! Si jas biru roti coklat keju!
"CEPAT. INI AKAN ROBOH!" Pria itu tak sabaran.
Teman-teman pria itu berjejer. Ikut menyeru Naruto untuk turun. Ia diujung. Tinggi gerbang sekitar 6 meter. Jika ia lompat, bisa saja keseleo. Tapi apakah ditangkap orang lain itu tidak menakutkan?
Kiba berseru mencemooh. "Apa kau ngompol di celana?" Sialan benar temannya itu.
Naruto berteriak bodoh ketika gerbang mulai roboh, tak banyak berpikir ia langsung lompat ke arah kerumunan mahasiswa teman-teman di pria roti coklat keju tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duosn't (Oneshoot)
FanfictionNaruto bersabar, ia menutup pandangan Sasuke dengan telapak tangannya lalu mengambil tin metal yang digigit Sasuke dengan perlahan, "Lepaskan ini. Kau baik-baik saja dan kau tidak memerlukan ini. Dengar, lepaskan perlahan, Sasuke." Naruto berucap te...