13.

8.1K 1.1K 493
                                    

     “R-ran, kau bukan seperti Ran”, ucap (Name) dengan suara gemetar, Ran menyeringai lalu menatap sebentar Rin yang masih asik membuat tanda.

     “Aku Ran kok, aku tidak berubah, hanya saja ini sisi lain yang harus kau ketahui, sayang”, bisik Ran tepat ditelinga (Name), Ran menatap wajah (Name) yang ketakutan lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah (Name).

     “(Fullname)”, ucap Ran lalu mengecup bibir (Name), (Name) tidak bisa melawan karena tangan dan kakinya sudah ditahan lebih dulu oleh Rin.

     “Kau suka (Name)?”, tanya Rin lalu menjilat bagian belakang telinga (Name).









   berhenti, tolonglah










     “Ran, giliran ku”, merasa Ran sudah terlalu lama mencium (Name), Rin mulai tidak terima. Ran melepaskan ciumannya lalu terkekeh menatap adiknya yang cemburu.

  Setelah bertukar posisi, Ran menahan tangan dan juga kaki (Name) sama seperti yang Rindou lakukan tadi. Ran tertawa saat melihat banyak sekali ruam merah menghiasi leher gadisnya, Ran menghirup kuat rambut (Name), sedangkan didepan Rindou sedang asik menikmati rasa bibir peach (Name).

     “Tak ku sangka, pantas saja Izana sangat menjaga mu”, ucap Rin, ia mengusap bibir (Name) lalu mengecup kedua pipi gadis itu. Ran melepaskan tangan dan kaki (Name) lalu membiarkan (Name) terduduk lemas.

     “Aku titip dia Rin, aku ingin menyelesaikan nya di kamar”, ucap Ran lalu pergi meninggalkan (Name) dan Rin, Rin yang iba menggendong (Name) menuju sofa lalu memangku (Name).

     “Maafkan aku (Name), ini semua ide Ran”, ucap Rindou yang meminta  maaf pada (Name) berkali kali.

     “Hanya kau yang sangat mengerti aku Rin”, (Name) memeluk Rindou Lemas, Rindou mengusap surai (Name) perlahan.

     “(Name), jika boleh aku tanya lagi kenapa kau melakukan hal itu?”, tanya Rindou.

     “Aku kesal dengan Mohito, aku sudah merencana kan ini dari dulu, mafkan aku membuat kalian sekhawatir ini”, (Name) menatap mata Rindou lalu mengusap pelan pipinya.

     “Tapi caranya tidak seperti ini, Sanzu sering kehilangan kendali, Mikey mengurung dirinya, Mochi dan Kakucho sering termenung”, Rindou.

     “Aku sudah meminta maaf”, (Name) menenggelamkan wajahnya di dada Rindou.

   Tak lama Sanzu datang, ia langsung menarik tangan (Name) kasar lalu menarik (Name) menuju kamarnya. Rindou hanya berdehem lalu pergi, Sanzu mendorong kuat (Name) ke kasur lalu menindih (Name). setetes air mata berhasil mendarat di pipi mulus (Name), baru kali ini Sanzu menangis dihadapannya.

     “Sanzu?”

     “Sudah puas?”, tanya nya sambil terisak.

     “Aku sungguh minta maaf”, (Name) meraih tengkuk belakang Sanzu lalu memeluknya, (Name) bisa merasakan tubuh Sanzu bergetar hebat.

     “Hiks tolong jangan lagi”, isak Sanzu, (Name) terus memeluk Sanzu tanpa melepasnya, Sanzu membalas pelukan itu dengan sangat erat sampai (Name) agak susah bernafas.

     “Aku sudah disini Sanzu, sshh”, ucap (Name) sambil mengusap surai merah jambu Sanzu guna menenangkan.

  Sanzu mendongkak kan kepalanya lalu mencium bibir (Name) lembut, (Name) tidak memberontak. (Name) bisa merasakan rasa rindu serta cinta Sanzu saat berciuman, Sanzu melepaskan ciumannya lalu kembali memeluk (Name).

     “Janji tidak pergi lagi?”, tanya Sanzu.

     “Aku janji”, (Name) mengecup lembut pucuk kepala Sanzu, sesudah melepas rindu, Sanzu dan (Name) berjalan keluar.

   Mata mereka terpaku saat melihat Koko yang duduk di pinggir jendela, angin sepoi sepoi membawa beberapa helai rambut Koko terbang. Sanzu sedikit mendorong (Name), memberi isyarat untuk menemai Koko.

     “Koko”, panggil (Name).

     “Aku kira aku akan kehilangan orang yang ku cintai untuk yang kedua kalinya”, Koko.

     “Koko”, (Name) berjalan mendekati Koko, (Name) berdiri disamping Koko.

     “(Name)”, panggil Koko.

     “I-iyaa?”, jawab (Name) gugup, pasalnya suara Koko yang baru ini sangat lembut.

     “Masih ingat Akane? Orang yang aku sukai pertama kali”, Koko.

     “A-aku ingat”, (Name) menunduk.

     “Semenjak dia meninggal, aku tidak pernah bisa mencintai wanita lain selain dirinya. Dia begitu unik sampai sampai tak ada yang bisa menyerupai dirinya”, ucap Koko sambil terkekeh.

     “Umm”, (Name) mengangguk.

     “(Name), kau tau? Aku hanya mencintai dua wanita, Akane dan diri mu”, Koko turun dari jendela lalu mendekati (Name).

     “Alasan aku mencintai mu karena hanya kau yang bisa membuat ku nyaman, kau juga memiliki aura yang sama dengan Akane”, Koko memeluk (Name), (Name) membalas pelukan itu.

     “Koko..”

     “Jangan pergi lagi (Name), cukup sekali saja aku kehilangan orang yang ku cintai”, Koko mengusap surai (Name).

     “Aku janji tidak akan mengulanginya”, (Name) tersenyum.

    Koko mengecup singkat bibir (Name), (Name) terkekeh lalu memeluk Koko sekali lagi. Tanpa disadari, semua anggota Bonten sedang menguping. Mereka semua tersenyum,

   ‘gadis kami telah kembali

  ‘selamat datang kembali, (Name)’









tbc


maaf ya reader bru up, alhamdullilah aku udh sembuh, makaci yaa..
aku usahain up tiap day :v

𝐁𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧 𝐆𝐢𝐫𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang