Dua Belas

283 44 1
                                    

.
.
.
.
.
.
'Bukan salahmu jika kau menyukainya. Dia.., kekasihku itu memang begitu mempesona.'
.
.
.
.

"Menurut kalian, apa yang sedang mereka bicarakan?", Lucas meletakkan sekaleng cola yang sudah separuh tandas diatas meja.

Jeno menatap kawan tingginya itu, lalu mengendikkan bahunya acuh. "Mungkin mereka sedang berdebat tentang teori Einstein dan Tesla.", Jawabnya tanpa beban.

Mark tertawa kecil, sedikit membenarkan lelucon Jeno tadi. "Jika itu mereka berdua, yang paling mungkin terjadi adalah kamar  itu sekarang sedang diselimuti hawa dingin kutub utara."

Jeno dan Lucas tertawa, pandangan mereka kemudian teralih pada dua manusia yang baru membuka pintu kaca dengan berbagai makanan ringan di tangan, itu Yuta dan Haechan. Sang pencetus ide yang akhirnya membuat Jaemin dan Renjun terjebak dalam kondisi mereka saat ini.

"Kalian menggosip seperti para bibi di pasar ikan.", Haechan berkata tanpa beban. Pemuda itu kemudian menaruh hampir setengah lusin jajanan ke atas meja, membuat cola Lucas yang tinggal setengah hampir terguling jika Mark tak cepat meraih benda itu.
Bukannya merasa bersalah, Haechan kini beralih mengambil snack di pelukan Yuta yang tak kalah banyaknya, lalu menjadikan satu dengan miliknya tadi.

"Kalian membeli begitu banyak, kita tak akan meninggalkan mereka berdua semalaman disana bukan?", Ucap Jeno sangsi.

"Tentu tidak, tapi mengingat bagaimana hubungan dingin antara Renjun dan Jaemin, aku tak yakin mereka akan bicara dalam waktu satu jam.", Yuta.

Mark menoleh kearah Lucas yang sibuk dengan perban ditangannya yang sedikit kendur. Ia menarik tangan Lucas lalu membetulkan benda putih itu tanpa mengatakan apapun.

Lucas memandang Mark dengan raut haru, "Terimakasih, Lee Minhyung~"

"Hentikan, wajahmu menjijikkan. Ugh..,  bagaimana Na Jaemin bisa bertahan denganmu, Lucas."

"Lalu kenapa kau tahan bersahabat denganku, Mark...?" Lucas bertanya, kali ini senyum terpatri di bibir lelaki kesayangan Na Jaemin itu.

Mark sedikit tersedak nafasnya sendiri, Jeno, Yuta dan Haechan kinipun memfokuskan pandangan padanya.

"Kenapa kau, dan kalian semua tahan bersahabat denganku tentu karena sesuatu.
Dan Jaemin, juga pasti melihat sesuatu di diriku yang membuatnya jatuh cinta. Apa perlu kuingatkan, siapa yang mengatakan suka terlebih dahulu diantara kami berdua?." Skak, itu jawaban final yang membuat empat orang disana diam, lalu mengangguk setuju. Mereka tahu, Jaeminlah yang pertama mengatakan dia menyukai Yukhei.

Mark menghela nafas berat, "Hah, kau benar. Maaf karena mengatakan hal semacam itu.", Ucapnya.

"Tak apa, aku tahu kau sebenarnya masih kesal karena hal itu juga kan? Maksudku, tentang Nana.", Lucas.

Jeno, Yuta dan Haechan saling pandang, lalu semakin fokus pada pembicaraan antara Mark dan Lucas. Tak lupa keripik di tangan mereka menjadi pelengkap sempurna untuk tontonan gratis ini.

Tak bergeming, Mark meminum cola Lucas yang masih ada ditangannya. Cola yang ia selamatkan dari Haechan tadi. "Kurasa, kau benar." Dan Lucas tertawa lepas melihat wajah kesal sahabatnya ini.

"Maaf Lucas, aku keterlaluan."

"Jika kau keterlaluan, lalu aku ini apa?
Dengan ini aku tahu, bahwa rasa sukamu pada Nana masih ada. Melihat kami setiap hari tentu membuatmu tak nyaman, jadi maafkan aku, Mark.", Lucas.

Krauk....
Suara kunyahan keripik kentang Yuta menambah suasana menjadi lebih dramatis.
Jeno dan Haechan sedikit menahan diri untuk tak beranjak pergi dari suasana tak menyenangkan ini, namun urung karena mereka tak mau kehilangan momen.

Luke and His NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang