.
.
.
.
.'sudut dingin itu kini mulai menghangat'
.
.
.
.
.
"Jadi , Jaemin.., kenapa harus Lucas?
Aku melihat bagaimana saat itu banyak orang mengejarmu, termasuk Mark.
Dan kau secara ajaib mengatakan pada semua orang, jika kau menyukai Lucas.", Renjun."Kau sungguh ingin tahu?", Jaemin.
"Sebenarnya, ya...",Renjun.
Jaemin menerawang sejenak, lalu mengarahkan pandangannya kembali pada sosok Huang Renjun.
"Aku tidak punya alasan untuk tidak jatuh cinta padanya, Renjun.
Bagaimana senyum cerahnya saat pertama kali kami bertemu saat tahun pertama dulu. Mata Lucas selalu berbinar indah saat ia tertawa bersama kalian, dia meraih atensiku saat Mark Lee berkali-kali mengajaknya saat menemui aku.
Mungkin ini keterlaluan, aku jatuh cinta pada sahabat dari orang yang mendekatiku, but I can't help it. Itu terlalu rapi dan terstruktur, sampai aku sendiri ragu dimana celah awal aku jatuh cinta pada Lucas sampai sedalam ini."Renjun tersenyum, mata Jaemin tak berbohong saat mengatakan semua itu.
"Apa itu memuaskan rasa ingin tahumu, Renjun?", Jaemin.
"Tidak semua, tapi ini sudah cukup untuk membuatku bertanya-tanya. Apa yang kau lihat dari Lucas..?"
"Lucas punya segalanya, Renjun." Senyum Jaemin tergambar halus.
Renjun mengangguk, Jaemin baru saja mengoreksi kata-katanya yang mungkin salah.
"Kau benar, Jaemin."
Jika Jaemin merasa demikian, maka memang harusnya tak ada lagi yang dipertanyakan.
.
.
.
Mereka berdua membersihkan sisa bungkus roti dan kaleng soda.
Membuat lantai yang mereka duduki sedari tadi kembali bersih seperti semula."Mengenai beasiswa itu.., apa yang akan kau lakukan kedepannya?", Tanya Jaemin lagi.
Ternyata Huang Renjun cukup interaktif, dan Jaemin menemukan fakta dimana Renjun sangat relevan, sahabat Lucas yang satu ini punya pola interaksi yang terstruktur dan tidak melenceng dari topik pembicaraan, Jaemin suka itu.
"Belum tahu, tapi aku berharap seseorang mengambilnya sebelum orang tuaku mendengar hal itu, Jerman tidak buruk sama sekali, tapi menjadi dokter bukanlah passionku, Jaemin."
"Aku tak tahu banyak dan tak berpengalaman mengenai masalah antara orang tua dan anak, Renjun.
Tapi sekali lagi aku menyarankan padamu untuk bicara dengan mereka. Mungkin kau akan sedikit mengurangi bebanmu.""Terimakasih untuk kepedulianmu, Jaemin."
Masih sedikit kaku, tapi jauh lebih baik daripada satu jam lalu.
.
.
.
."Aku akan coba bicara pada mr.Johnny, Lee Felix juga cukup baik dalam bidang akademis.
Mungkin ia mau mempertimbangkannya, akan sayang sekali jika tak ada yang mengambil program itu.""Kau benar lagi, Jaemin.
Dan hey..., Aku tak menyangka ternyata kau ini cerewet juga."
Renjun tertawa, Jaemin dalam bayangannya bukan sosok yang banyak bicara.
Yang ia lihat selama ini hanya bagaimana ia sesekali mengomel pada Lucas, tapi tak begitu banyak omong dengan orang lain.Ini adalah hal baru, sekali lagi terimakasih pada Nakamoto karena kini Renjun tahu, mengobrol dengan Jaemin nyatanya tak buruk.
"Aku hanya malas bicara, dan situasi antata kita sebelumnya juga entah bagaimana terasa aneh sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luke and His Nana
Fanfiction"Tidak butuh alasan kompleks untuk mencintai seseorang yang sempurna seperti kau " #CasMin #LuMin