Sembilan

435 51 6
                                    

.
.
.
"Kau dan senyumanmu itu adalah hal terbaik yang bisa kuminta pada Tuhan, untuk bisa kulihat setiap saat"
.
.
.
.

Lucas memandangi Jaemin yang masih saja memamerkan senyum indah di bibirnya, menghadap ke jendela bus memandang ke luar, seolah di sana ada pertunjukan yang begitu mengesankan.

Setelah tragedi kelepasan dua hari lalu, mereka kembali ke kost pagi ini.
Tentu dengan tatapan tajam Siwon juga ribuan petuah dari Donghae tentang bagaimana Lucas harus benar-benar menjaga Jaemin dan janji untuk tak mengulangi kesalahan mereka lagi.

"Aku tiba-tiba merasa kau lebih mencintai kaca bus itu daripada aku, Nana~"

Jaemin menoleh pada kekasih manja kesayangannya.

"Kau tahu itu tidak benar kan, Luke?"

"Bagaimana aku tidak berpikir demikian, sejak kita berangkat tiga hari lalu ,kau selalu memandangi kaca bus itu dan mengabaikan kekasihmu yang amat tampan ini"

Jaemin memandang Lucas datar.

"Kau sangat percaya diri, beruang mesum"

"Kau menjadi kekasihku adalah buktinya, babe...
Ini bukan hanya kepercayaan diriku tapi fakta"

"Terserah apa katamu, sayangku"
Mendebat Lucas, pada akhirnya hanya akan melahirkan bibit-bibit darah tinggi.

.
.
.
"Kau sudah lebih tenang sekarang, Babe..?"

"Tentu, Luke...
Hal yang paling mengganggu pikiranku sekarang sudah hilang.
Dan yang paling baik adalah hubunganku dengan hyungdeul semakin membaik"

Senyum tulus Jaemin begitu indah dimata pemuda Wong.

Lucas,merasakan jarinya digenggam oleh sang kekasih.

"Terimakasih karena meyakinkan aku untuk pulang, Luke"

"Terimakasih karena mau menghadapi rasa takutmu, Nana~"

"Sekarang, jika masih ada yang bertanya kenapa aku memilihmu sebagai kekasih, aku akan mencakar wajah mereka"

Lucas tertawa.

"Benarkah? Bagaimana jika Renjun yang bertanya?"

"Temanmu itu terlalu pendiam untuk menanyakan masalah seperti itu."

Dan sekali lagi Lucas kembali tertawa.

Di mata Jaemin, saat ini Lucas sangatlah tampan.

.
.
.
.
.

Jeno, Haechan, Renjun, Mark dan Yuta memandang tingkah Lucas yang sangat menyebalkan.

Mereka Semua duduk di bangku pojok kantin dengan Jaemin yang menyuapi bayi besarnya semangkuk gyudon.

"Jika aku jadi Jaemin aku akan menyiramkan kuah gyudon yang masih panas itu ke kepalamu Lucas"
Lucas hanya tertawa mengejek saat mendengar ucapan sarkas dari Haechan.

"Kau hanya iri karena tak punya kekasih, sana pilihlah satu dari mereka ber-empat"

Mark yang mendengar ucapan Lucas melempar sedotan yang ada di gelas jus jeruk ke arah sahabat kelewat Tingginya.

"Itu menjijikkan Mark Lee"

Jaemin mengelap cipratan jus jeruk yang mengenai baju Lucas dengan tangannya.

Yuta hanya memandang hal itu dengan iri.
Haechan sudah tak mau tahu lagi.
Mark tersenyum kikuk sambil memberikan tanda peace ke Jaemin.

Luke and His NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang