01

2.4K 214 110
                                    


"Ku ingin kaya. Punya banyak duit. Ku ingin punya sugar daddy–"

Plakk!

"Lo nyanyi lagu apaan coba Pan."

Taufan meringis lalu melirik ke sosok yang telah memukul wajah cantik dan lentik nya.

"Menurut lo? Ya nyanyi lagu butuh duit lah. Duit tuh no satu Thorn."

Thorn memutar bola matanya malas. Blaze? Ia tertidur pulas di samping Taufan.

"Eh Thorn."

"Apaan?"

"Si Blaze gak benci sama gue kan? Gue takut persahabat kita hancur karena–"

"Jangan pikir aneh-aneh Pan. Blaze gak mungkin benci lo karena hal sepele kayak gitu." Thorn melirik Blaze yang tertidur pulas, senyuman manis terukir diwajahnya.

Taufan tersenyum simpul, "kalian emang sahabat terbaik."

Pemuda netra hijau itu tersenyum ke arah Taufan, "semoga waktu tidak akan memisahkan kita bertiga."

Blaze terbangun, melihat sekeliling dengan wajah kusut. Netra oranye nya terpaku kepada kedua sahabatnya yang sedang berbincang.

"Setan-setan, lagi pada bahas apa nih?" Tanyanya.

"Setan mata lo. Lagi bahas si itu Adudu sama Probe pacaran." -Taufan

Ia hanya ber-oh ria. Dengan mata yang masih terasa ngantuk ia pun berdiri dan melangkah kan kakinya pergi dari kelas.

"Tsk, liat lah kawan anjingmu Taufan. Mentang-mentang gak ada guru malah pergi seenak jidat."

Taufan menghadiahkan Thorn sebuah jitakan keras. Adu bacot pun dimulai

°°°°

Ditoilet, terlihat Blaze yang hendak mencuci wajahnya diwastafel.

Byur byur

Setelah selesai melakukan kegiatan mencuci wajah. Ia melangkah kan kakinya pergi dari toilet dan bergerak menuju kantin.

Dikantin tidak terlalu ramai, mungkin karena masih jam pelajaran. Netra oranye itu memperhatikan setiap inci kantin, tiba-tiba ia melihat sosok yang sangat familiar.

"Ice!" Panggilnya.

Ia berlari ke arah pemuda yang sedang memesan makanan.

"Pesen apa?" Tanyanya.

"Siomay."

Raut wajah Blaze yang awalnya semangat menjadi masam. Ia lupa jika Ice itu terbilang sangat cuek. Bahkan sama temen dekat aja tetap cuek.

"Lo bolos?"

"Hm."

"Kenapa bolos?"

"Bukan urusan lo."

Blaze mendengus kesal, bisa kah Ice sedikit tidak cuek kepadanya?

"Bi."

"Hah? Lo panggil gue apa? By?" Ice tersentak kaget.

"Babi, goblok. Bukan by!" Umpat Blaze.

Bahasa hewan dan kata-kata kasar memang sudah mendarah daging dengan Blaze.

Ice hanya ber-oh ria. Pemuda bernama Ice itu memang cuek tapi percayalah sebenarnya ia hanya akting. Bukan, bukan berarti Ice tak cuek, tapi ia sedang berakting menyembunyikan sifat salah tingkahnya saat berada didekat Blaze.

"Btw makanan lo udah dateng tuh, bagi ya hehe." Cengir Blaze, tanpa perizinan sang empu ia melahap siomay itu sampai habis.

"Siomay gue!"

"Apa sih bi, minta dikit doang ko."

"Dikit lo itu satu porsi bangsat!"

Ya, mereka berdua kini bergelud ria.

"Ekhem,"

Terdengar deheman seseorang yang tak lain adalah– Gempa, si wakil osis.

"Apa yang  sedang kalian lakukan, wahai tuyul-tuyul?" Tanyanya dengan sedikit mengejek.

"Punya mata kan? Liat sendiri lah gue sama si babi lagi ngapain–"

Blaze membulatkan matanya sempurna saat melihat Gempa sedang tersenyum seram ke arahnya, "Gempa! Kabur bi, ada Gempa!"

Tanpa aba-aba Blaze menarik Ice dan mengajaknya nikah lari– gak, mengajaknya kabur dari Gempa yang siap memberikan hukuman.

"Ish dasar dua tuyul akhlakless, awas aja kalian!"

°°°°

Merasa sudah cukup jauh Blaze berhenti berlari, ia melirik kesana-sini. Aman. Tidak ada Gempa.

"Hah..., capek anjir." Gerutu Ice.

Blaze memutar bola matanya malas, "gitu aja capek dasar uke lemah."

Ice menatap Blaze dengan sinis, "perasaan gue seme deh."

"Sejak kapan lo jadi seme?"

"Sejak sekarang lah! Kan lo uke gue." Blaze menaik-turun alisnya, guna untuk menggoda.

"Tsk, yang jadi seme kan gue."

Ia berjalan ke arah Blaze lalu mengunci pergerakannya. Tidak lupa ia menatap Blaze begitu intens.

"Te-terlalu dekat anj–"

Blaze merona. Wajah Ice dari jauh saja sudah tampan apa lagi dari dekat, bisa meninggal yang lihat.

"Hm, katanya seme." Ice menyeringai.

"Watashi (gue) emang seme ko!" Seketika Blaze menggunakan bahasa anehnya.

"Terserah lo aja dah, intinya gue seme."

Ice beranjak pergi meninggalkan Blaze yang salah tingkah. Raut wajahnya yang datar menjadi tersenyum tipis, apakah ini adalah name of love kawan?

-To Be Continued-


Hai pren, akhirnya book fake boyfriend kembali lagi dengan alur yang sangat berbeda. Lebih mudah dipahami, bukan? Hehehe, kayaknya tetap susah dipahami.

Semoga kalian semua suka ya sama book alur yang baru. Kalo ada typo ataupun kata-kata yang aneh bilang ya, soalnya book ini bener-bener baru dibuat, selain itu maaf kalo cerita nya pendek.

Jangan lupa vote dan komennya!

Fake Boyfriend [IcexBlaze]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang