04

1.9K 192 72
                                    


"Batu, gunting, kertas!"

"Yey aku menang!" Seru pemuda bernetra biru tua.

"Taufan?!" Blaze membelalakkan matanya. Berbeda dengan Ice yang mendengus, "pengganggu." Batinnya.

"Hehe, hai besttai!" Taufan memeluk Blaze dengan erat sampai sang empu tidak bisa bernapas.

"Woy! Se-sesak lah!"

Bukannya melepas pemuda itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Ice hanya bisa bersabar walaupun rasanya hareudang panas.

"Ish!"

Bugh!

Blaze mendorong Taufan. Taufan pun terjungklang dengan estetik dan membuat seisi orang yang berada disana tertawa, termasuk Hali yang menahan tawanya.

"Sakit bego!" Ringisnya. Ia mengelus-elus pantatnya yang tadinya berciuman dengan lantai.

"Salah sendiri!"

Pasti kalian tau bukan mereka saat ini melakukan adegan apa? Ya, adegan baku hantam.

"Dasar api gunung sahaji!"

"Yeh, lo angin muson selatan!"

Ice memutar bola matanya malas, pasti adegan baku hantam ini akan menghabiskan waktu. Tanpa aba-aba ia menggendong Blaze ala karung agar pemuda netra oranye itu tak bisa melawan.

"Woy lepasin! Mak tolong anakmu diculik om-om mesum!" Berontak Blaze. Sayangnya Ice menghiraukan semuanya.

Taufan bingung? Pastinya. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.  Ia hanya melihat kepergiaan Blaze dengan kebingungan.

"Ayo pergi."

Hali menggandeng tangan Taufan, berusaha mengembalikan kesadaran yang sedari tadi melamun.

"Hm, Hali? Lo tau–"

"Gak."

Rasanya anjing banget. Taufan mendengus kesal, tentu saja pacar sok cueknya ini tak peduli.

°°°°

"Lepasin woy!"

Blaze menggunakan semua tenaganya dan walah, ia terjun dari badan Ice. Sakit? Tentu saja.

"Aw, sakit." Ringisnya.

Pemuda netra biru muda itu hanya memutar bola matanya malas. Masih mending gak dijatuhin dari atap sekolah.

"Gue duluan."

Ice meninggalkan Blaze yang ngedumel gak jelas. Tapi raut wajahnya tersenyum ceria, seakan-akan hidupnya jadi lebih ceria saat bersama Blaze.

"Ditinggalin anjir!" Blaze yang sudah selesai dengan acara ngedumel malah mengganti menjadi acara teriak-teriakan.

Jujur saja ia kesal pake banget sama Ice. Masa tinggalin tanpa penjelasana, kan sakit kawan. Bagaikan bumi dan langit.

"Blaze?"

Pemuda yang bernama Blaze menoleh, ia terbelalak saat melihat siapa yang memanggilnya. Siapa kah orang itu?

Jawabannya– "Gempa?!"

"Hahaha, gak usah kaget gitu kali." Gempa terkekeh melihat Blaze yang ketakutan setengah mati.

"E-eh gue gak bolos ko!"

"Hah? Gue hari ini gak nugas ko, btw liat Fang?" Tanya Gempa. Raut wajahnya yang awalnya biasa saja kini menjadi sedih.

"Gak liat. Emangnya kenapa?" Tanya Blaze balik.

"Jadi gini–" Gempa menjeda kata-katanya. Air matanya turun sedikit demi sedikit, Blaze tentunya panik.

"Lah ko malah nangis. Hus udah sini cerita." Blaze menenangkan Gempa yang menangis.

"Ngik, huhuhu Blaze. Tadi gue ngeliat ngik, Fang sama Kaizo ngik, pelukan," ucapnya dengan drama.

"Gempa sialan! Mereka adek-kakak woy. Lo sengajakan pasti!" Kesal Blaze.

"HAHAHAHAHAHA mampus kena karma." Gempa melarikan diri dengan cepat, ya tadi itu hanya pembalasan dendam Gempa yang kemarin ditinggal.

"Dasar temen akhlakless!"

Ia menghentak-hentakan kakinya dengan kencang bagaikan bayi yang menggamuk. Tak lupa ia juga menggembungkan pipinya yang merah kesal.

°°°°

"Akhirnya pelajaran selesai, tertekan gue belajar matematika." Blaze ngedumel.

Setelah selesai dengan acara ngedumel ia menaruh semua peralatan sekolahnya kedalam tas. Rasanya kepalanya sangat panas.

"Lo langsung pulang?" Tanya Thorn yang hari ini duduk disebelah Blaze.

"Gitu dah, pala gue panas kayak kompor soalnya."

"Padahal mau gue ajakin gossip mumpung masih jam segini." Lirih Thorn.

"GOSSIP APA?!" Seru salah satu murid yang tak lain adalah Taufan.

"Giliran gossip aja, cepet lo." Blaze memutar bola matanya malas.

"Udah, udah. Jadi lo pada pasti tau kan si Aira?"

Blaze menggeleng dengan cepat, nama itu sangatlah tak familiar di telinganya. Berbeda dengan Taufan yang sepertinya sedikit mengetahui.

"Si anak sebelah yang caper itu kan?" Taufan masuk kedalam mode serius.

"Iya si anak caper itu!"

Oke, hanya Blaze yang tidak paham pembahasan kali ini. Apakah ia terlalu kudet? Atau memang gossip yang baru saja tersebar?

"Jadi Blaze. Aira itu anak pindahan dikelas sebelah katanya pas awal dia masuk sekolah sih biasa-biasa aja, tapi pas udah lama sifat capernya keluar. Dia paling caper sama anak cogan. Pacar kita kan cogan." Jelas Thorn panjan dan lebar.

Akhirnya otak ketiga pemuda itu menyambung satu sama lain. Sepertinya gadis itu adalah masalah baru mereka.

-To Be Continued-

{Target update 28 vote}

Hai pren! Akhirnya bisa update book lagi dari sekian purnama. Maaf kalo ada typo, tanda baca yang salah, kalimat gak jelas dan lainnya ya. Belom dibaca ulang

Btw kalian lebih suka book yang pake kata 'aku-kamu' 'lo-gue' atau 'saya-aku'? Pls jawab ya, mau buat book HaliTau tapi masih bingung sama kata-katanya.

Buat yang udah setia membaca, vote dan komen makasii banyak! ♡

Fake Boyfriend [IcexBlaze]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang