07

1.7K 159 75
                                    


"Jadi, lo mau jelasin atau gak? Kalo gak ya–"

"Blaze! Lo salah paham. Cewek itu bukan siapa-siapa gue!" Celetuk Ice dengan cepat.

"Heh! Siapa yang izinin lo motong pembicaraan?! Gue kagak bisa marah juga ko, kan kita pacar bohongan." Blaze tersenyum lebar.

Deg!

Rasanya jantung Ice berdenyut sangat kencang saat melihat senyuma indah sang doi. Ya walaupun ada kata-kata yang membuat hatinya hancur.

"Bi? Woy, WOY BABI!"

Ice tidak menyahut, ia masih setia termenung dalam pikirannya. Tanpa disadari Blaze sudah naik pitam dan hampir saja melempar kursi ke arah Ice, berterima kasihlah kepada Hali yang menahan.

"ANJ– Hali?!"

"Jadi uke tuh penyabar, jangan galak-galak," ujar Hali.

Seketika lamunan Ice runtuh saat mendengar nama Hali dan suara Hali. Rasanya seperti panas saat melihat si tuyul mata merah satu ini.

"Bacot, udah Bi ayok tinggalin orang gila." Blaze menarik lengan pacar bohongannya meninggalkan Hali.

Ice menoleh kebelakang sekilas, kedua netra biru semuda laut dan merah petir saling memandang tajam bak akan terjadi perang.

"Hali! Woy budeg!" Hali tak menyahut, ia malah beranjak pergi meninggalkan Solar yang sedang memesan seblak untuk Thorn.

"Bangsat, di tinggalin gue," kesal Solar.

°°°°

"Upan, Thorny!"

"Apaan?" Taufan menyahuti pemuda netra oranye yang tak lain adalah, Blaze.

"Masa tadi ada cewek alay deketin Babi ku," rengek Blaze.

"Keluar dah sifat bayi gede-nya," ujar Thorn sambil memutar bola matanya.

"Eh, tapi bukannya Ice gak suka deket sama siapa-siapa? Selain temen-temennya," balas Taufan yang awalnya terdiam karena berpikir.

"Bener juga, berarti cewek caper!" -Blaze

"Cewek lonthe!" -Taufan

"Cewek murahan!" -Thorn

"Bacot, nugas njir jangan ghibah mulu!" -Gempa

Akhirnya ketiga pemuda manis ini mendapatkan tugas dari Gempa yang merupakan sosok wakil Osis yaitu tugas, membersihkan aula sekolah.

Di aula.

"Cinta satu malam, oh indahnya~"

"Cinta satu malam, buatku mela–"

Plak!

Blaze dan Taufan mendapatkan jitakan kasih sayang dari Thorn.

"Kerja bego! Jangan malah nyanyi lagu gak jelas!" Seru Thorn yang murka.

Kedua pemuda itu hanya membalas kekehan, mereka tuh bosan kalo cuman diem-dieman. Tapi kalo berisik ntar di tabok pake kursi sama Thorn kan gak lucu.

"Eh gais liat deh, siapa nih?" Seru gadis yang bisa kita kenal sebagai Aira.

"Wih lagi bersih-bersih, numpang ganggu ya." Gadis itu menendang kursi yang berada di aula.

"Lihatlah kawan, ada tiga monyet nyasar." Taufan berseru dengan wajah mengejek.

"Lo kali monyetnya!" Jeanne yang awalnya diam ikut berseru.

"Yeh, kita monyet lo tai nya!" -Blaze

"Idih, bangsat lo!" -Aira

"Ciee yang satu lagi cuman diem, pasti takut." -Miya

"Cii ying siti ligi cimin diim, bacot lo anak sugiono." -Thorn

"Mending lo pada pergi dah," suruh Taufan yang lelah melihat 3 ondel-ondel.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh!" Jeanne langsung menyahut.

Ketiga gadis itu terus berkata hal-hal yang gak nyambung kalo menurut ketiga pemuda itu.

"Pergi yok, dah kelar," ajak Thorn yang sudah tertekan.

"Yok."

Akhirnya para gadis itu ditinggal oleh mereka.

°°°°

"Ini si Babi ke mana ya? Katanya mau jemput." Blaze masih setia menunggu Ice yang tak kunjung datang.

Sudah 2 jam-an Blaze menunggu di luar sekolah tetapi Ice masih tak terlihat sehelai rambutpun. Apa dia lupa? Tapi gak mungkin Ice sepelupa itu.

20 menit sudah terlewat, Ice masih tak terlihat sampai seorang ojol terlihat berjalan ke arahnya.

"Atas nama nak Blaze?" Tanya pak Ojol.

"Iya, itu nama saya. Ada yang bisa saya bantu Pak?" Blaze berusaha untuk sesopan mungkin. Tidak mungkinkan kalo ia berucap kasar kepada orang tua?

"Ah, jadi gini nak Blaze. Anak yang bernama Ice memesan Ojol tapi katanya untuk nak Blaze."

Entah kenapa Blaze menjadi kesal. Ayo lah, apakah sesibuk itu sampai harus memesan Ojol untuknya?

"Maaf Pak, tapi saya tolak. Uangnya buat Bapak aja."

"Tapi nak Blaze.. ini tanggung jawab saya."

Bapak Ojol itu menunduk.

"Anggap saja hari ini hari keberuntungan Bapak." Blaze tersenyum tipis.

Mau tak mau sang bapak Ojol memilih untuk mengikuti keinginan Blaze.

Blaze berjalan untuk pergi dari sekolah dengan perasaan hatinya yang sedikit sakit. Tapi matanya memincing saat melihat motor yang sangat familiar yang melaju keluar dari sekolah, bersama sosok gadis yang sepertinya ia kenal.

Ternyata kedua sosok itu adalah Ice dan Aira.

"Anjing."

-To Be Continued-


Thank for Reading!

Fake Boyfriend [IcexBlaze]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang