Thirteen

307 73 25
                                    

I don't mean to offend any etnic in this chapter nor this book. I'm sorry if someone is offended, you can criticize me by DM. Thank you ❤

🌼🌼🌼

Sebelum Mika, Lia, Johan, dan Syams mudik alias pulang ke kota asal masing-masing, dua sirkel gabungan itu memutuskan untuk nongkrong bareng. Kali ini di rumah Felix yang terletak di planet lain. Planet Bekasi.

Ada Nara juga yang tetap membawa buku-bukunya untuk belajar. Ia baru saja melaksanakan Ujian Nasional, dan sekarang harus belajar lebih keras untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi di universitas yang sama seperti teman-temannya yang lebih tua ini.

Gadis itu lebih suka berteman dengan yang lebih tua darinya. Pikirannya lebih dewasa dari sebayanya dan ia jadi terlihat seumuran. Nara sendiri tidak terlalu memiliki teman di sekolahnya.

Menjadi anak baru dari sebuah suku minoritas di ibu kota ini tidaklah mudah. Ditambah ia sangat cantik, namun orang-orang menyebut bahwa wajahnya boros, atau tidak sesuai dengan usianya. Dengan kata lain, ia tidak begitu diterima di sekolah barunya. Para siswa menyukainya karena tentu saja Nara cantik, namun para siswi membencinya. Mungkin karena merasa kalah saing.

"Nara habis ini juga balik ke Semarapura?" tanya Johan.

Jojo menyahut. "Ngapain? Dia ke Jakarta pindah rumah kali, bukan ngerantau kayak elo!"

"Ei, nanyak aja aku lah! Enggak tahu aku!"

"Lia balik ke mana?" kali ini Syams yang bertanya.

"Lagu debutnya Jennie Blackpink." jawab Lia.

"Hah? Boombayah?"

"Solo ih!"

Syams mengangguk-ngangguk. "Oalah, Surakarta..."

"Gimana sih lo, Lia bilang Solo, lo bilang Surakarta?" protes Haidan.

Jojo menimpuknya dengan bantal. "Solo sama Surakarta sama aja, ler!"

"Tahu darimana?"

"Sumedang!"

Felix segera mendusel duduk di tengah-tengah Jojo dan Haidan untuk memisahkan mereka agar tidak terjadi gelut berkelanjutan.

"Lah lo sendiri asalnya mana sih, Sams?" Lia ganti bertanya.

"Rahim Ibu."

"Kotanyaaaa!!"

"Banyumas."

"Loh masa? Ngapusi!"

"Dikandani rak ngandel! Raine nyong emang keton kayak cah ngendi?" omel Syams dalam logat ngapaknya.

"Gue kirain lo anak Bandung. Muka lo Sundaable soalnya."

"Cengere! Nyong bocah ngapak nyong-nyongan, orak aing-aingan!"

Lia mengangguk-ngangguk sambil tertawa renyah. Lucu mendengar Syams berbicara seperti itu.

Kini ganti Felix yang kepo. "Lo juga anak rantau kan, Mik? Manado ya?"

Mika menatapnya aneh. "Sejak kapan I orang Manado?"

"Lah, where are you from emang?"

"Menurutmu logat I lek ngomong kayak gini iku dari kota mana?" ujar Mika dengan suatu logat Jawa yang khas.

Felix menggidikkan bahunya tidak tahu.

Mika menghela napasnya, memikirkan sesuatu, tak lama mendapatkan ide. Ia berdehem, kemudian mengucapkan kalimat ikonik. "Cok, yaopo seh kon iku!"

PainAppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang