Thirty Six

220 60 12
                                    

Sejak Haidan pulang, Jojo jadi banyak menghabiskan waktu dengan sahabatnya itu. Bercerita tentang banyak hal. Tentang apa-apa saja yang tidak sempat mereka bicarakan di telepon. Tentang momen unik di keseharian Jojo, atau tentang keseharian Haidan saat di Australia. Banyak hal yang mereka bicarakan hingga pergantian jam hanya terasa seperti pergantian menit.

Chana, Mika, Lia, dan Nara pun sampai dibuat heran dengan Jojo yang banyak menghabiskan waktu bersama Haidan semenjak cowok itu kembali.

"Lo jadian sama Haidan, Jo?" tanya Chana to the point.

"Mamak kau jadian! Enggak lah! Yakali."

"Lah lo kayak sama Haidan mulu sekarang gue perhatiin."

"Perasaan dari dulu gue emang sering kemana-mana sama tuh bocah. Ngapa sik?"

"Kayak lebih deket aja gitu sekarang."

Mika, Lia, dan Nara mengangguk-ngangguk setuju dengan ucapan Chana.

"Enggak, ah. Gue sama Haidan literally emang deket, tapi bukan deket yang gimana-gimana elah. Wicis dia temen gue dari jaman kita masih ngekos di perut emak masing-masing."

"Lo nggak naksir Haidan, Jo? Gue sih kalo jadi elo udah pasti naksir. Secara ya kan Haidan cakep, baik, pinter, siapa sih yang gak mau sama dia?"

"Mika noh gak mau sama Haidan."

"Ya kan I maunya sama Felix!" sahut si pemilik nama.

"Berarti lo mau sama Haidan, Jo?" tanya Chana lagi.

Gadis itu mendengus kesal. "Nanya mulu lo kayak soal ujian. Napa sih lo, naksir Haidan? Ya sana gebet aja."

"Boleh?"

"Ya boleh, lah. Gue cuma temennya kali, Chan, bukan pacarnya. Lo ngapain segala minta izin sama gue?"

Chana hanya mengangguk simpul setelah mendengar penuturan temannya. Sedangkan Jojo nampak berpikir, masih mencerna perkataannya sendiri. Memikirkan apa saja kemungkinan yang ada jika Haidan dan Chana jadian.

🌼🌼🌼

Yah, segala hal yang pernah menimpa Jojo akhir-akhir ini mungkin perlahan membaik. Namun nyatanya tidak semuanya. Masalah Mamanya tidak semudah itu pergi. Mamanya masih sama, tukang marah dan suka berkata kasar pada anak-anaknya.

Hampir setiap hari Jojo masih sering dimaki sebab kesalahan sepele yang dibuatnya, atau bahkan bukan sebuah kesalahan. Jojo sudah tidak tahu lagi harus bagaimana merespon amarah keterlaluan dan tak pantas tersebut. Kini ia lebih banyak mengalah. Menutup telinganya rapat-rapat dengan jari telunjuk. Kukunya bahkan sampai menekan daun telinganya dengan kuat hingga membuat telinganya sakit, demi memblokir teriakan dari wanita tersebut dari pendengarannya. 

Lelah? Jelas. Sedih? Pasti. Marah? Sudah tidak lagi.

Ia merasa tidak ada gunanya marah pada orang tuanya seperti itu. Marah tidak pernah merubah keadaan, hanya memperburuk. Gadis itu tak pernah lagi melawan atau membalas cacian dan teriakan Mamanya. Ia memilih untuk menangis seorang diri di dalam kamar tanpa suara, sembari menutup telinganya sebisa mungkin.

___

Haidan Dombledore

| Jo
| Lagi nangis, ya?
| Mau nonton film di rumah gue nggak? Biar gak sumpek. Gue punya banyak cemilan

___

Jojo membaca pesan tersebut. Haidan jelas paham betul cacian Mama Jojo yang seperti itu pasti membuat gadis itu menangis. Gadis itu langsung beranjak dengan cepat menuju rumah Haidan lewat pintu belakang. Dirinya memang sedang sangat jenuh dan butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.

PainAppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang