Johan, Syams, Jibra, dan Felix pergi ke rumah Haidan untuk...yah, pindah tempat nganggur. Johan dan Syams yang rumahnya jauh memilih untuk tetap berada di kota perantauan karena terlalu malas untuk pulang. Tugas-tugas akhir semester cukup menguras energi mereka sehingga mereka nampak lesu saat liburan.
"Tumben ngajakin mabar, biasanya pacaran mulu lo, kontet!" celetuk Jibra yang baru datang sembari langsung mengambil toples jajan di meja.
Felix berdecak. "Broke up lah. Kayak gak kenal Haidan aja."
"Putus lo, Dan? Yah, samaan, fren. Gue juga barusan kemaren putus." ujar Syams yang sontak menarik atensi teman-temannya.
"Hah? Lo punya pacar? Modelan lo kayak tukang khotbah Jum'atan gini doyan pacaran juga??" sahut Jibra yang entah serius bertanya atau hanya meledek.
Syams mengangguk. "Halah sama aja. Namanya manusia pasti punya jalan dosanya masing-masing."
"Dasar manusia, ya. Udah tahu dosa masih tetep dilakuin."
"Yang namanya dosa emang selalu menyenangkan soalnya, fren."
"Lo putus gara-gara apa, Sam?" tanya si bule mix-blood.
"Beda aliran."
"Beda aliran macam mana?" heran Johan.
Haidan berdecak. "Dia aliran sungai, ceweknya aliran darah. Gitu aja gak ngerti lo, Han!"
"Gak gitu, hadirin bedebah yang banyak tingkah!" Syams melempar Haidan dengan kacang goreng, kemudian menengok pada Johan untuk menjelaskan. "Ya beda aja gitu, seagama tapi beda aliran."
Cowok darah batak tersebut mengangguk-ngangguk. "Seagama tapi beda aliran aja nggak bisa bersatu, ya kau. Apalagi aku yang jelas-jelas beda keyakinan."
"Lo udah jadian sama Nara, Han?"
"Kepala otak kau jadian, Bra! Mana bisa lah aku pacaran sama beda keyakinan. Walopun sejujurnya aku sukak kali lah sama anak itu."
"Terus part duanya gimana?"
Johan yang wajahnya terlihat galau akhir-akhir ini menghela napas pasrah. "Kalok di agamaku nih, bro. Ada quote macam gini, 'kau boleh mencintainya, tapi jangan ambil dia dari Tuhannya.'"
Keempat temannya itu sontak mengpukpuk kepala Johan dengan simpatik sekaligus meledek bercanda dengan nada imut dibuat-buat.
"Uuuuu thayank thayank..., anak kicik patah hati kacian baneeett...."
"Mau escim nggak? Rasa tobeli apa rica-rica?"
"Sama om cini ayok beli sepatu yang injek...nyala, injek... nyala."
"Ndak boleh nangis ya..., udah gede. Nanti om kasih duit buat beli hotwil."
Johan tertawa dengan wajah sumpek karena diuyel-uyel oleh empat temannya itu. "Ah, lontong kali! Kubilangkan bapak aku klean!"
"Si Johan kalo ngomong sama kita logatnya Batak kasar bener, kalo ngomong sama Nara aja alus lu, bangsat!" cerca Haidan sambil tertawa.
"Nara kan gebetan aku, lah kalean kan cuma cumi-cumi. Jelas lah beda, lepet!"
"Ngegas mulu lo, setan!"
"MANA ADA AKU NGEGAS! Memang begini lah logat aku. Gak suka kau?!"
"Itu lo barusan ngegas, soang!"
"Johan kalo ngomong sama elpiji lebih ngegas siapa?" celetuk Jibra dengan pertanyaan tak bermutunya.
"Sama aja. Mukanya Johan aja udah kayak tabung gas."
KAMU SEDANG MEMBACA
PainApple
Non-Fiction[SUDAH TERBIT] link pemesanan di bio Fisik spek Transformer, mental ager-ager. Ini tentang Jojo, gadis biasa yang beranjak dewasa, di mana dunia menjatuhinya dengan masalah yang bertubi-tubi. Entah cinta, keluarga, pertemanan, maupun finansial. Keh...