Cover bukunya baru! Aku juga baru edit chapter "Know Them!" biar rapi. Boleh di-check. Xixixi 😆
🌼🌼🌼
Jojo jadi kepikiran soal Papanya. Pasti saat ini sedang diacuhkan oleh Mamanya, sama seperti dirinya. Ia mengambil ponsel dan berniat menelepon Papanya untuk sekedar menanyakan kabar.
"Halo, Pa?"
"Halo, Nak. Kamu masih di rumah Abang?"
"Iya, Pa. Masih. Papa nggak ke sini aja?"
"Enggak, Nak. Papa sekarang di Bogor, di tempat tantemu, udah tiga hari."
Hening sesaat. Atmosfir tiba-tiba berubah sedih mengingat mereka berdua sama-sama sedang kabur dari rumah. Lebih tepatnya kabur dari wanita itu.
"Mama sama Papa..., beneran mau... pisah?" tanya gadis itu ragu, sekaligus menahan air matanya yang hendak mengalir.
"Astagfirullah..., omongan Mamamu jangan ditanggepin, Nak. Mamamu kalo ngomong suka asal nyeplos nggak pake dipikir dulu. Papa sama Mama cuma lagi konflik aja, bukan mau pisah, Nak. Jangan khawatir."
"Papa nggak apa-apa?"
"Justru Papa yang harusnya tanya gitu ke kamu. Kamu nggak apa-apa di sana? Pegang uang?"
"Aman kok, Pa. Papa kemarin kayaknya lagi nggak enak badan, Papa serius gapapa?"
"Gapapa, Nak. Di sini Papa diladenin sama tantemu, udah dibeliin obat juga. Papa nggak apa-apa."
"Aku besok ke sana ya, Pa?"
"Kamu mau ke sini sama siapa?"
"Sendiri lah."
"Jangan, Nak. Jauh, lho."
"Dua jam-an doang ah, deket. Besok aku ke sana pokoknya. Pengen main ke rumah Tante."
"Ya udah. Pagi aja kalo ke sini, jangan malem. Besok kalo berangkat kabarin Papa."
"Oke, Pa."
Keesokan harinya Jojo benar-benar berangkat menemui Papanya. Untuk sekedar menengok keadaannya, karena Jojo tahu rasanya bertengkar dengan Mama sangat tidak enak. Sejujurnya ia tidak tahu kapan orang tuanya bertengkar, mungkin tidak dengar karena ia sibuk memakai earphone di telinganya sambil menonton film. Yang ia tahu, Papanya pergi dari rumah lebih dulu dibanding dirinya.
"Papa sama Mama berantemnya gara-gara apa, sih?" tanya anak itu karena merasa dirinya sudah cukup dewasa untuk ikut campur urusan orang tua.
Papa menggeleng sembari tersenyum masam. "Udah. Nggak perlu dipikirin. Ini urusan Mama sama Papa, kalian nggak perlu tahu."
Jojo hanya diam. Yang ia tahu, masalah kedua orang tuanya tentu bukan tentang perselingkuhan. Itu saja. Entah siapa yang bersalah di sini, bisa jadi Mamanya, bisa jadi Papanya. Sejujurnya ia tidak terlalu peduli dengan konflik mereka, ia hanya merasa harus menjadi penengah.
Yah, masalah orang tua memang cukup diurusi oleh mereka berdua saja, kan? Anak tidak perlu ikut campur. Dan seharusnya orang tua tidak boleh membuat anak mereka kena imbasnya.
"Emang yang salah siapa?" tanya gadis itu lagi.
"Kayaknya Papa yang salah. Tapi Mamamu kalo marah juga keterlaluan, nggak bisa nahan mulutnya."
Jojo mengangguk. "Iya. Parah banget mulutnya. Kok ada seorang ibu kayak Mama."
"Ssht, nggak boleh gitu. Gitu-gitu dia Mama kamu. Kamu kalo dimarahin jangan ngejawab, jangan bales, dieeem aja udah." tuturnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PainApple
No Ficción[SUDAH TERBIT] link pemesanan di bio Fisik spek Transformer, mental ager-ager. Ini tentang Jojo, gadis biasa yang beranjak dewasa, di mana dunia menjatuhinya dengan masalah yang bertubi-tubi. Entah cinta, keluarga, pertemanan, maupun finansial. Keh...