Chap 12

4 3 0
                                    

Kauand yang baca TOLONG BANGET Votenya ya, komen juga kasih saran dan kritik kalian. .<3

On ig; @smhylv

   ~~~



Saking bosannya berjalan jalan dengan Tina, aku sampai melupakan pekerjaanku sebagai pelayan di kafe. Hari ini kan sabtu. Kafe tidak libur.

Setelah tadi di bawa kabur oleh cowok yang sekarang sedang menghisap minuman coklatnya, aku langsung dibawa ke tempat kerja dengan muka lusuh.

“Sori ya, gue kira lo Ikbal tadi.” Aku mengusap tengkuk pelan. 

Dia menatapku agak lama, “tadi temen lo?”

Dia tidak mengindahkan permintaan maafku.

Aku meneguk minuman berperisa lemon, “Iya, temen smp gue. Dia gak sekolah di sma Cipta Bakti.”

“Tau.”

“Kok tau?”

“wajahnya asing.”

“Asing gimana?”

“Asing.”

Astaghfirullah.

Dia ini benar benar seperti apa yang Farel ucapkan. Irit kata. Emang seberapa energi sih yang harus dia keluarkan untuk menperbanyak kosa kata dari mulutnya?

Farel. Tiba tiba aku ingat dia. Cowok itu tidak ada memberi kabar.

“Lo abis dari mana?”

“Sekolah.”

Aku memandang logo kaos di dada kanannya, “Latihan band ya?”

Bian hanya menganggukan kepala lalu mengeluarkan ponsel dari saku jaket yang ia lampirkan di kursi.

Aku melihat jam di dinding kafe, masih jam duaan. Mau langsung kerja mumpung ada di kafe tapi jamnya belum pas. Kembali memandangi Bian yang sibuk dengan ponselnya.

Aku sedikit canggung berhadapan dengan Bian yang tak banyak bicara ini. Tapi untuk merubah suasana berarti aku yang harus cerewet dan banyak tanya padanya.

Dengan mulut yang masih menyedot minuman aku bertanya, “Farel latihan gak?”

“Hmm,” gumamnya.

“Dia ada ngomongin gue gak? Nanya gitu.” Tanganku jadi naik ke atas meja menyiku menopang dagu.

Dia mengangkat bahu pertanda tidak tahu. Aku mencibir.

Oke. Aku belum menyerah.

“Emang latihan buat ngeband kapan?”

“Besok.”

“Minggu?”

“Senin.” Dia melenceng.

Aku mengerutkan kedua alis, “Kan besok?”

“Besoknya lagi.”

Aku menghela nafas jengah ,“Aduh ngomong aja lusa kenapa sih.” sumpah kali ini aku benar benar kesal sama Bian. Ini mah bukan irit lagi. Dia ini balita yang belum punya banyak kosa kata.

Bian menghentikan kegiatan mengusap usap layar hp. Mulai memakan chicken beef yang baru datang diantarkan oleh Kak Diandra.

Gadis ramping itu menatap Bian dan aku agak lama, heran “Kok disini?” tanya kak Diandra seraya menyimpan es krim pesananku di atas meja.

Aku membawa gelas mendekat, mengangkat bibir kecil. “Ah ituu, aku-“

“Diajak Bian ya?”

“Eh bukan kak. Aku baru pulang dari temen, mampir dulu kesini karena lapar. Di rumah gak ada apa apa.” Bohong. Sebelum berangkatkan aku sempat memasak tumis kangkung.

Should We Run Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang