Chap 15

0 2 0
                                    

Jangan lupa Vote and Komen. Kasih saran dan kritik juga ya kauand(◍•ᴗ•◍)❤

____

Selepas dari kantin aku Reva dan Dasha memutuskan untuk duduk di tangga koridor Kelas 12 Ips sembari ngobrol tentunya sambil memakan makanan ringan yang kami sempat beli di kantin. Mereka berdua membeli dua bungkus keripik singkong sedangkan aku membeli satu minuman susu pisang.

“Ikut nonton gak nanti sore?” tanya Reva membuka bungkus kripik dengan gigi lalu mengambil satu memakannya.

Dasha mengeluarkan hape, sambil memegang bungkus kripik miliknya. “Band Eternity manggung di Kafe mana?”

Reva memandang Dasha, ikut mengeluarkan hape miliknya. “Deket sekolah, belok kanan dikit kalo dari Amigo.”

“Lo pernah kesana?” tanyaku ingin tahu.

Dasha menatapku, “Dia mah Kafe di Bandung pernah didatengin semua Nya.” Kali ini Reva bangkit berdiri menghadap jendela, mulai sibuk dengan kamera hape mengambil foto dengan pose tangan yang diangkat ke atas memegang kripik singkong.

“iyalah, stok tempat buat gue main tiktok hehe.”

“Ngincer wifi nya nih pasti.” Kataku menyedot minuman di tangan.

“HEH, gue punya konter pulsa. Inget,” balas Reva sewot sedikit menajamkan mata.

“Gue gak bisa. Ibu gue nyuruh cepet pulang,” kataku menyandarkan punggung ke tangga masih memandangi Reva.

Berbohong karena belum ingin memberitahu mereka tentang aku yang sudah bekerja.

Dasha melirikku mencibir, “Gak ada lo gue di ajak tiktokan mulu nya, cape.”

Reva memandang layar ponsel acuh dengan perkataan Dasha, terlihat mengetikkan sesuatu.

Kutebak pasti dia sedang mengaplodnya di instagram dengan caption ciamik girly ala selebgram yang menyampaikan apa kegiatan yang sedang dilakukan.

“Eh Van berdiri deh, gue fotoin,” ucap Dasha sembari turun beberapa tangga sambil mengacungkan kamera hapenya padaku.

Aku yang duduk di anak tangga jadi agak merebahkan diri lunglai, malas.

“Gue poto nih lo lagi gitu.”

Sontak aku segera berdiri mendengus malas, “Cepet.”

“Lo mau di Foto ekspresinya kayak gak kebagian bansos sih.” Dasha memutar bola mata menurunkan bahu, setelah melihatku berdiri lunglai tak bergairah.

“Terus gimana?”

“Coba liat ke bawah tangannya di angkat ala ala candid gitu,” ucap Reva jadi ikut mengarahkanku, yang ku setujui langsung. Tidak mau berlama lama.

Setelah mendengar bunyi shutter kamera, aku kembali duduk menyedot kembali minumanku.

Lagian mereka ini kenapa mau menjadikanku sebagai objek foto mereka? Sudah tahu aku ini jarang sekali dan tak akrab dengan lensa yang dapat mengambil gambar itu.

“Oke sip. Udah gue aplod. ” Dasha mengangguk anggukan kepala menipiskan bibir dengan santai duduk kembali di sampingku.

Aku melotot kaget, “Eh anjir lo aplod dimana?”

Perempuan dengan rambut pendek itu menatapku heran, mengangkat sudut bibir kanannya, “Ih biasa aja kali kok ngumpat.”

“KO LO APLOD SIH AH?!”

“Elonya bagus, ssssssttt jangan teriak elah, kayak yang gue kasih potonya buat di santet aja.”

“Lo aplod dimana ish?”

Should We Run Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang