Chap 14

2 2 0
                                    

Sebelum baca ada baiknya menekan bintang di pojok kiri.. AYOKKK VOTE KAUAND( ˘ ³˘)♥

___



Kamar luas bernuansa abu milik farel ini mempunyai 3 lemari berukuran sedang tempat menyimpan koleksi koleksi album miliknya. Yang ku tahu dia ini penggemar Bebe Rexha garis keras. Dari album pertama yang bertajuk Expectations sampai album yang baru saja keluar Better mistakes dia punya.

Tapi dia juga seseorang yang suka band indonesia  seperti Sheila on 7, Ungu dan Noah. Untuk idola dalam negerinya ia terkesan punya selera lawas tahun 2000an.

Iya iya, lagu lagu mereka kan menemani masa Sdnya.

Di lemari buku satunya lagi, tolong jangan lupa kalau dia ini cerdas. Bermacam macam buku non fiksi ensiklopedia umum dan konspirasi alam semesta tebal dia punya.

Aku bahkan sering meminjam buku buku tersebut karena aku suka hal hal tentang dunia.

“Jangan ini dong nggak kenal ah,” kataku jengah. Sedang duduk di hadapan layar besar yang menempel di dinding berukuran 50 inch ini.

Menatap sebal Farel yang tengah sibuk bernyanyi menghayati lagu day6 berjudul I’m serious yang tidak ku ketahui liriknya karena berbahasa korea.

I can’t stop loving you
I can’t stop loving you
I can’t stop loving you.

Itulah bait terakhir yang aku dengar, karena layar menunjukan huruf latin kembali.

Dia masih memegang mic ,lalu menatapku. “Lo dari tadi gue nyanyi, nggak kenal mulu.”

“Emang nggak kenal. Gue jadi gak bisa ikut nyanyi.” Aku cemberut, jadi merebahkan badanku di ranjang luas besar ini, memandangi langit langit kamar.

Dia selesai bernyanyi, segera mempause layar yang akan berganti ke lagu lain. “Sana mau lagu apa?” tanyanya menghampiriku duduk di sisi ranjang.

Ya, aku telah keluar dari ruangan kecil yang ada dalam kamar Farel. Segera keluar setelah menonton Musik Video idolaku yang baru mengeluarkan album baru. Melanjutkan kegiatan dengan bernyanyi ria, meskipun dari tadi aku malah memandangi Farel saja tidak di kasih kesempatan buat benyanyi.

Aku beranjak berdiri tersenyum ceria, “Akhirnyaaaaa ...”

Aku berjalan sedikit maju menekan tombol play. Kini yang aku tunggu tunggu datang juga.

Tapi tiba tiba layar di depanku menghitam tidak kembali menampilkan daftar lagu lagi. Aku menoleh ke belakang, melihat Farel yang tengah menatapku lalu menatap ke sembarang arah, menipiskan bibir menahan tawa.



“FAREL LISTRIKNYA MATI.”



Farel jadi tergelak setelah mendengar teriakan Mamah dari bawah sana.

Aku memandang tajam cowok itu, menahan napas berjalan maju. Dia sempat mundur ke belakang tapi gerakanku cepat langsung mengangkat tangan mengacak acak rambutnya kasar.

“GUE NUNGGUIN DARI TADI LO SELESAI NYANYI. PAS GILIRAN GUE KOK MATI???????” tanyaku berteriak, tanganku masih liar mengacak rambut hitam Farel. Mengacuhkan Farel yang sibuk mengaduh meminta berhenti.

Dia meringis menepis nepis tanganku, “Kok gue yang jadi korban kekerasannya sih. Kan listriknya yang mati. Salahin PLN dong,” tandasnya dengan teriakan tertahan.

“LO NYANYI LIMA LAGU LOH REL!”

“IYA TERUS APA?” Dia jadi balas berteriak.

Aku menurunkan oktaf, menatapnya tak percaya “Gue pengen nyanyi ish.”

Should We Run Away?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang