Hari baru mengawali aktivitas siswa di SMA Persatuan 3. Lapangan ramai dengan tim Paskibraka yang tengah berlatih dengan peluh mengucur deras walau matahari belum begitu tinggi. Di sisi lainnya, tim PMR yang diketuai oleh Nisa juga tengah melakukan latihan memberikan pertolongan pertama pada seorang siswa yang berperan sebagai korban.
Instruksi, tindakan dan cepat tanggap Nisa pada sebuah kondisi, mendapat perhatian dari anggota lainnya, tidak terkecuali Fariz, yang terus tenggelam menatap kepiawaian Nisa dalam membimbing teman-temannya melakukan latihan.
"Elo berani masuk dengan muka bonyok kayak gitu?" tanya Iwan membuyarkan fokus Fariz.
"Rommy yang bonyoknya lebih parah aja masih santai ngumpulin tugas ke ruang guru tuh!" tunjuk Fariz ke arah Rommy yang berjalan ringan memasuki ruang guru.
"Bener-bener nggak ada takutnya itu anak!" Iwan memandang teman seperjuangannya itu sambil geleng-geleng kepala. "Emang ada tugas apaan?" tanya Iwan kemudian.
"Elo juga bener-bener nggak ada takutnya ya! Jadwal tawuran lo inget, giliran tugas sekolah elo harus diingetin berkali-kali!" kali ini Fariz yang geleng-geleng kepala karena terbaliknya fokus Iwan dalam menjalani perannya sebagai seorang pelajar. Iwan sendiri hanya nyengir kuda sambil merangkul Fariz.
Suasana tenang nan damai tersebut perlahan berubah menjadi riuh, saat sekolah rival mereka kemarin tiba-tiba berlari sambil melempari sekolah menggunakan batu.
"TUTUP GERBANG, JANGAN SAMPE ADA LAWAN YANG MASUK!" teriak Rommy yang melihat kejadian tersebut setelah bergegas keluar dari ruang guru karena mendengar teriakan panik para siswi.
Fariz dan Iwan yang memang berada di garda paling depan sigap menutup dan mengunci gerbang dibantu oleh satpam sekolah, dan menghentikan kebrutalan musuh agar tidak dapat menyerang dengan bebas.
Setelah mengamankan benteng pertahanan mereka, Fariz, Iwan dan Rommy kembali berlagak tak terkalahkan dan terus membalas serangan dengan membalas melempar batu yang ada di sekitar mereka. Namun naas, sebuah lemparan batu mengenai kepala Fariz dan membuat darah segar keluar membasahi wajahnya.
Emosi Iwan dan Rommy memuncak, keduanya menatap geram para musuh yang terus berteriak mengancam. Nisa melotot kaget melihat Fariz yang sempoyongan, ia berlari dan menopang Fariz yang hampir saja terjatuh.
Iwan dan Rommy berlari meninggalkan Fariz dan menerjang musuh yang mencoba menerobos pagar sekolah yang cukup tinggi. Di antara sela besi-besi pagar, mereka saling tarik dan pukul, hingga kerumunan guru-guru keluar dari ruangan, berbarengan dengan raungan suara sirine polisi yang semakin mendekat.
Namun musuh tak gentar, mereka masih tidak melepaskan cengkraman mereka pada Iwan dan Rommy, lemparan batu pun masih terus dilakukan dan mengarah pada Nisa. Dengan tenaga yang tersisa, Fariz menghalau batu tersebut dengan tubuhnya. Membiarkan Nisa berlindung dibalik dadanya yang bidang.
Fariz dan Nisa saling bertatapan, ada rasa yang menggelitik di hati keduanya. Bahkan di tengah keriuhan polisi yang meringkus para pembuat onar, serta para guru yang marah dan tak menyangka kejadian seperti ini selalu terjadi di sekolah mereka, badai perasaan Fariz dan Nisa tidak surut. Keduanya terus saling menatap, menikmati getaran-getaran yang tidak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kisah - Love, Hate & Friendship
General Fiction[ Complete] "PERSAHABATAN TAI!!!" teriak Iwan dengan penuh amarah. Ikrar Iwan, Fariz dan Rommy untuk menjadi sahabat selamanya, lebur terbakar di bawah langit senja berwarna kemerahan karena kebodohan yang dilakukan Fariz. Iwan meninggalkan ikatan y...