Chapter 16 - Akhir dari sebuah kisah

32 1 0
                                    

Mobil yang ditumpangi Fariz, Rommy dan Nisa tiba di area dekat kontrakan Nini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil yang ditumpangi Fariz, Rommy dan Nisa tiba di area dekat kontrakan Nini. Setelah memarkirkan mobil, mereka pun turun dari dalam mobil. Dany bersama kedua teman polisinya pun turun dari mobil mereka dan bergabung bersama Fariz, Rommy dan Nisa. Nisa melihat ke sekelilingnya, terlihat raut wajah sedih di wajahnya. Membayangkan Iwan yang harus bersembunyi di sebuah 'komplek' lokalisasi.

"Tolong jaga jarak ya Dan, gua enggak mau kalian bertiga, terlibat langsung dalam pertemuan ini. Cukup Rommy dan Nisa yang nemenin gua!" ucap Fariz tegas.

Dany dan kedua temanya hanya mengangguk kecil.

Mereka pun mulai melangkah. Memasuki area 'komplek' lokalisasi, menyusuri gang–gang kecil untuk menuju ke rumah kontrakan Nini. Beberapa pasang mata mulai mengawasi langkah Fariz dan rombongan dengan tatapan penuh curiga.

Beberapa orang PSK yang sedang bercengkerama di depan sebuah rumah, dan seorang PSK yang sedang bernegosiasi dengan pelanggannya, langsung membubarkan diri ketakutan ketika Fariz bersama rombongan berjalan melintasi mereka. Mereka mengira akan ada penggerebekan malam itu. Fariz dan rombongan berusaha mengacuhkan itu semua dan terus melangkah menuju kontrakan Nini.

Nini tampak sedang mematutkan dirinya di depan cermin kamarnya. Ia ingin memberikan penampilan terbaiknya ketika bertemu dengan keluarga Iwan. Iwan tampak telah selesai merapikan barang–barang miliknya untuk dibawa pulang ke rumahnya. Iwan menatap Nini yang masih bercermin, berjalan ke arahnya dan memeluk Nini dari belakang.

"Kamu udah siap?" tanya Iwan

"Aku selalu siap, untuk kamu!" jawab Nini sambil mengangguk mantap. Iwan tersenyum senang.

Mereka pun bersiap untuk pergi. Nini membawa satu tas jinjing warna cokelat yang berisikan baju–baju miliknya, sedangkan Iwan hanya membawa sebuah kantong kresek hitam yang juga berisi pakaian miliknya. Iwan menyelipkan pistol miliknya di celana bagian depan dan menutupinya dengan jaket hitam yang ia kenakan. Mereka pun beranjak pergi.

Gerimis kecil mulai turun membasahi bumi. Namun itu semua tidak menyurutkan langkah Iwan dan Nini. Mereka terus berjalan. Tangan kanan Nini menjinjing tas coklat miliknya, tangan kirinya mengapit dengan lembut tangan kanan Iwan, sedangkan tangan kiri Iwan, membawa kantong kresek hitam miliknya. Mereka terus berjalan, kemesraan tampak terlihat jelas di wajah mereka.

"Wan, apa keluarga kamu mau menerima aku? Seorang pelacur, yang bergelimang dosa," tanya Nini lirih, sambil terus berjalan.

"Mereka pasti akan menerima kamu Nin, pasti! Ayah dan Adik ku, tidak pernah memandang seseorang dari masa lalunya, dari status sosialnya. Buat mereka, yang terpenting adalah kejujuran!" jawab Iwan mantap, yang buat Nini tersenyum senang.

Mereka terus melangkah, hingga tiba di sebuah persimpangan sebuah gang. Iwan dan Nini terkejut, melihat Fariz, Nisa dan Rommy berjalan ke arah mereka. Iwan dan Nini menghentikan langkah mereka, begitu pula dengan Fariz, Nisa dan Rommy. Keheningan menyelimuti mereka. Mereka hanya saling menatap, tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.

Tentang Kisah - Love, Hate & FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang