"Satu, dua, tiga... MAJU!!!" Aba-aba terdengar.
Dua kelompok siswa SMA yang berbeda, terlibat tawuran. Perkelahian brutal terjadi di antara kedua sekolah yang sudah menjadi rival sejak lama. Tiga orang siswa, yaitu Iwan, Fariz dan Rommy tampak sangat dominan dalam tawuran tersebut. Tongkat bambu, penggaris besi, ikat pinggang berkepala gir, batu, berbagai senjata tajam, bahkan tas pun menjadi senjata untuk membela diri dan melukai lawan mereka. Kedua kelompok terus bertarung dengan sengit, saling menunjukan keberanian dan kekuatan mereka agar lebih dominan.
Fariz dengan tubuh besarnya, menendang seorang lawan yang mencoba menyabet Iwan yang tampak terjatuh dengan sebuah penggaris besi, hingga lawan terhuyung lalu berlari menghindari amukan Fariz.
"Elo enggak papa Wan?" Fariz membantu Iwan bangkit.
"Gua enggak papa Riz. Thanks ya," balas Iwan sambil menepuk pundak sahabatnya dengan sedikit menopang tubuhnya yang mulai lemah.
Fariz mengangguk dan kembali menatap ke arah suasana tawuran yang semakin memanas dengan mata menyalang. Rahang Rommy mengeras melihat kedua sahabatnya mengalami kesulitan dan cukup babak belur menghadapi jumlah lawan yang seakan terus bertambah seiring tawuran merebak.
"MAJU... MAJU... JANGAN ADA YANG MUNDUR!!!" teriak Rommy memberi aba–aba kepada semua teman–temannya. Terpancar aura jiwa kepemimpinan dari dalam diri Rommy.
"SATU, DUA, TIGA... SERANG!!!" Rommy kembali memberi aba-aba kepada teman-temannya agar terus bersemangat dan tak gentar untuk menyerang balik lawan-lawan mereka.
Tawuran makin tidak terkendali. Batu-batu berterbangan. Suara tongkat bambu berbenturan. Terlihat beberapa korban mulai berjatuhan di antar ke dua belah pihak yang bertikai. Kepala yang berdarah-darah akibat terkena lemparan batu, baju seragam yang robek terkena sabetan gir dan benda tajam lain, tidak menyurutkan ke dua SMA, musuh bebuyutan ini menghentikan aksi mereka. Entah kapan awal mulanya kedua sekolah ini bermusuhan, yang mereka tahu, tradisi tawuran antar sekolah mereka telah terjadi sejak lama.
Matahari semakin meninggi. Perlahan tapi pasti, sekolah Fariz, Iwan dan Rommy berhasil memukul mundur sekolah lawannya. Mulai terdengar sorak-sorai kemenangan dari kubu sekolah mereka, bercampur dengan suara sirine mobil polisi yang semakin lama semakin mendekat.
"Wan, Riz... Lari! Polisi, ada polisi!" teriak Rommy sambal menarik pergi Iwan dan Fariz. Mereka pun tersadar, lalu mereka kabur meninggalkan pergumulan yang terjadi.
Para polisi turun dari kendaraan taktis mereka, berusaha membubarkan tawuran yang terjadi dan berusaha menangkap para siswa yang terlibat tawuran. Beberapa siswa, tidak menyadari kehadiran polisi. Mereka terus melancarkan aksinya hingga akhirnya dibekuk dan digelandang ke atas mobil polisi. Beberapa siswa lainnya yang menyadari kehadiran polisi, melarikan diri dan aksi kejar-kejaran pun tak terelakan, membuat arena pertempuran semakin kacau balau.
Iwan, Fariz dan Rommy, pontang–panting melarikan diri melewati warung jajanan di depan sekolahnya. Semua orang yang mereka lewati terus memperhatikan mereka. Keringat bercucuran dari dahi Iwan, Fariz dan Rommy. Seragam mereka tampak kotor, berantakan dan tak beraturan. Iwan, Fariz dan Rommy saling menarik dan menyenggol agar berlari lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kisah - Love, Hate & Friendship
Ficción General[ Complete] "PERSAHABATAN TAI!!!" teriak Iwan dengan penuh amarah. Ikrar Iwan, Fariz dan Rommy untuk menjadi sahabat selamanya, lebur terbakar di bawah langit senja berwarna kemerahan karena kebodohan yang dilakukan Fariz. Iwan meninggalkan ikatan y...