Waktu terus bergulir. Kejadian di UKS dan di lorong sekolah sangat membekas di dalam diri Fariz maupun Nisa. Fariz yang keras sikapnya tetapi berhati lembut, memiliki sisi-sisi romantis. Membuat Nisa mulai luluh. Fariz pun merasa bahagia setiap berada bersama Nisa. Nisa yang polos dan naif, membuat Fariz semakin tertantang untuk memiliki Nisa seutuhnya. Fariz semakin getol mendekati Nisa.
Bel jam istirahat berdering. Para siswa mulai berlarian keluar dari kelas mereka masing-masing. Nisa berjalan menyusuri lorong sekolah dan tiba di perpustakaan. Nisa duduk di sudut perpustakaan, menumpuk buku yang ia kumpulkan dan mulai membacanya.
"Lagi baca apa?" tanya Fariz, berbisik di telinga Nisa. Nisa terkejut dengan kehadiran Fariz yang tiba-tiba.
"Puisi! kamu suka puisi?" tanya Fariz setelah membaca judul buku yang dipegang Nisa. Nisa menjawab dengan anggukan kecil.
"Aku rasa, aku semakin paham kenapa aku punya ketertarikan lebih sama kamu," jelas Fariz dan membuat wajah Nisa bersemu merah.
Tak kunjung mendengar suaranya, Fariz semakin getol mencari cara agar Nisa berbincang dengannya. Sampai ia melihat sebuah buku biru muda dengan judul Diary.
"Kamu suka nulis diary?" tanyanya menambah topik pembicaraan.
"Kenapa?" lanjut Fariz.
"Karena aku lebih suka mencurahkan perasaan aku lewat tulisan," jawab Nisa dengan sedikit gugup. Fariz senang karena akhirnya ia bisa mendengar suara manis Nisa.
"Hmmm... pasti tentang perasaan kamu ke aku kan?" Fariz bertanya dengan wajah jenaka.
"Idih... PD banget kamu." Nisa membuang wajahnya yang bersemu merah. Fariz tertawa melihat kecanggungan Nisa, lalu ia duduk di samping Nisa.
"Kalau bukan tentang aku, tentang siapa?"
"Siapa aja!"
"Siapa aja nya itu, siapa aja?" desak Fariz.
"Ayah... Mas Iwan... aku dan..."
"Aku kan?" potong Fariz cepat.
"Sekarang kayaknya aku nggak bisa mengelak," ucap Nisa, sedikit menunduk malu.
Mendengar jawaban Nisa, gantian Fariz yang tersipu malu.
"Semoga isinya bukan tentang keburukan aku ya."
"Sedikit," jawab Nisa sambil tersenyum kecil dan membuat Fariz semakin berdebar melihatnya.
"Boleh aku pinjam buku diary kamu?"
"Buat apa?" Nisa menatap curiga.
"Mau aku isi tentang kisah manis kita berdua dari sudut pandangku," jelas Fariz lembut sambil menatap lekat manik mata Nisa.
"Apalagi yang mau kamu tulis?"
"Akan aku tulis puisi. Puisi tentang kerinduan, saat kamu jauh dari aku." Fariz kembali tersenyum manis. Nisa tertunduk dengan wajah yang semakin bersemu kemerahan. Kata-kata Fariz dan tatapannya, membuat hati Nisa berbunga-bunga.
"Boleh kan Nis?" tanya Fariz dengan ekspresi memohon.
Nisa hanya mengangguk pelan, lalu menyodorkan diary nya ke tangan Fariz. Fariz mengambil diary Nisa. Mengusap dan mengecup lembut diary di tangannya, lalu pergi meninggalkan Nisa yang hanya terdiam dengan perasaan yang semakin tidak karuan. Malu namun bahagia. Nisa sadar, dengan memberikan diary miliknya kepada Fariz, maka ia sudah membuka hatinya untuk Fariz.
Matahari senja menyinari sudut sekolah yang mulai sepi. Nisa berjalan pulang. Perlahan, seseorang meraih tangan dan menggenggam tangannya. Saat ia menoleh, di sampingnya Fariz tersenyum sambil terus berjalan menjauhi sekolah. Nisa mengikuti langkah kaki Fariz yang disesuaikan dengan kecepatannya. Nisa mengeratkan genggamam tangannya.
Di halte bus, mereka duduk berdampingan. Nisa bahkan terus menatap sudut wajah Fariz yang tegas tengah membaca diary miliknya.
"Tentangmu selalu ada di halaman ganjil," ucap Nisa hendak membuka halaman diarynya yang berada di tangan Fariz.
Fariz menahan tangan Nisa lembut sambil tersenyum manis.
"Aku ingin membaca semuanya, ingin mengetahui semua tentangmu dan juga perasaan kamu. Bahkan aku ingin melihat dunia dari sudut pandang kamu."
Kata-kata Fariz, membuat Nisa menatap dalam ke matanya.
"Kamu serius dengan perkataan kamu?"
"Aku selalu serius dengan pilihan aku!" ucap Fariz sambil membalas tatapan Nisa. Saling menyelami perasaan mereka masing-masing
"Kamu mau jadi pacar aku Nis?"
"Apa aku harus mejawab dengan kata-kata?"
Fariz menatap dalam manik matanya dan memberanikan diri menggenggam erat jemari Nisa. Nisa membalasnya. Mereka tersenyum, dan terus saling bertatapan, tatapan penuh cinta, tanpa harus mengungkapkannya lewat kata-kata. Siluet Fariz yang duduk bersama Nisa di halte bus seakan menjadi lukisan terindah senja itu.
***
Kalian pernah nggak sih pacaran sama adik sahabat?
atau kakaknya sahabat?Nah, di chapter ini akhirnya hubungan Fariz dan Nisa dimulai!
Tapi, apa mereka bisa go public termasuk di hadapan Rommy dan Iwan?
Penasarankan?!Jangan lupa Tentang Kisah akan selalu update setiap hari Senin pukul 12.00 WIB setiap chapternya.
So, don't miss it! :D
Selamat Membaca ! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kisah - Love, Hate & Friendship
Ficción General[ Complete] "PERSAHABATAN TAI!!!" teriak Iwan dengan penuh amarah. Ikrar Iwan, Fariz dan Rommy untuk menjadi sahabat selamanya, lebur terbakar di bawah langit senja berwarna kemerahan karena kebodohan yang dilakukan Fariz. Iwan meninggalkan ikatan y...