Hari terus berganti, puluhan puisi cinta dan rindu telah tercipta untuk Nisa. Hati Nisa pun semakin terbuka untuk Fariz. Nisa selalu senang membaca puisi-puisi Fariz yang dituliskannya di buku dairy miliknya. Kedekatan Fariz dan Nisa disadari oleh kedua sahabatnya, Iwan dan Rommy.
Di warung pojok Bang Bewok, Iwan, Fariz dan Rommy duduk berjajar dengan hanya memperlihatkan punggung dan kepala bagian belakangnya yang sedikit tertunduk. Mereka kompak makan mie instan campur telur ceplok setengah matang. Garpu yang saling beradu dengan mangkuk mereka terdengar lebih nyaring karena ada kecanggungan diantara mereka.
"Riz, gua tahu elo lagi deketin Nisa. Gua minta, jangan sampe elo mainin perasaan Nisa dan merusak persahabatan kita!" ucap Rommy memecah keheningan. Fariz hanya melirik sekilas ke arah Rommy yang mewanti-wanti dirinya sambil terus memakan mie instannya.
"Iya Riz, gua enggak masalah elo deket sama adik gua. Tapi kalo elo sampe macem-macem dan nyakitin hati dia, gua enggak akan segan-segan untuk bertindak kasar ke elo!" ujar Iwan, menimpali perkataan Rommy.
Fariz menanggapi ocehan kedua sahabatnya dengan santai dan Ia merangkul mereka.
"Gua pernah janji akan selalu ada untuk elo berdua. Sekarang, gua juga janji, akan menjaga Nisa seperti gua menjaga kalian berdua." Fariz mengacak-acak rambut kedua sahabatnya. Mereka bertiga pun tertawa dan bersiap meneruskan makannya.
"Dan gua udah nggak cuma sekedar deketin. Gua sama Nisa udah resmi pacaran," lanjut Fariz, membuat Rommy dan Iwan tersedak mie dan kelabakan meminum segelas air putih di hadapan mereka.
"Gua rasa elo berdua harus cari informan baru! Informasinya basi dan kurang akurat!" ucap Fariz tegas, yang menyadari, gerak-gerik dirinya dengan Nisa terus diikuti seseorang.
"Gua nggak nyangka lo selihai itu," ucap Rommy masih terkejut dengan kabar itu.
"Bukan karena gue lihai, tapi karena emang gua sama Nisa udah saling jatuh cinta,"
"Ahh, pala gua pening. Lo nggak usah ngomongin cinta depan gua," ucap Iwan sambil mengurut pangkal hidungnya.
"Gua juga merinding, ampe mual rasanya." Rommy melepaskan garpu yang semula ia pegang, "gua jadi nggak nafsu makan," lanjutnya.
"Gua serius, gua cinta sama Nisa."
"Terus Dewi gimana kabarnya?" tanya Rommy
"Jadi lo nggak cuma deketin ade gua?" geram Iwan.
"Cuma Nisa yang ada di hati gue Wan! Dewi cuma kupu-kupu yang pernah singgah, beda sama Nisa. Nisa itu bunga di taman gue. Yang memberi warna, aroma dan juga kehidupan."
Melihat kesungguhan Fariz yang benar-benar dimabuk cinta, sedikit memperkuat kepercayaan Iwan pada Fariz. Bahwa sahabat yang ia percaya, akan menjaga adik yang sangat ia sayangi. Iwan merasa lega mengetahuinya. Ia tidak perlu merasa khawatir atas adik semata wayangnya itu, karena Fariz adalah orang yang tepat baginya.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Nisa dan Fariz semakin dekat. Banyak waktu yang mereka habiskan bersama. Tidak hanya di sekolah, bahkan kedekatan mereka seakan sudah tidak memiliki batas jarak dan waktu.
"Kamu mau kemana?" tanya Iwan yang sedang duduk di teras rumahnya yang asri dan tampak mewah.
"Kamu mau ketemu Fariz?" lanjut Iwan sambil terus menatap Nisa yang telah berpakaian rapi.
"Iya Mas," jawab Nisa.
"Nis... Mas enggak keberatan kamu berpacaran dengan Fariz, dengan sahabat Mas mu ini. Tapi tolong, jaga kepercayaan Mas dan Ayah ya," pinta Iwan lembut.
"Iya Mas, Nisa akan jaga kepercayaan ini!"
Iwan tersenyum simpul mendengar ketegasan jawaban Nisa. Nisa pun berlalu, pergi berjalan menjauh, meninggalkan rumahnya.
Hari sudah beranjak sore, ketika Nisa mendatangi rumah Fariz yang tampak sepi. Nisa ingin mengambil buku dairy miliknya yang dipinjam Fariz untuk menulis puisi-puisinya. Ini bukan pertama kali bagi Nisa berkunjung ke rumah Fariz. Suasana sepi memang acap kali dijumpai di rumah itu, karena kedua orang tua Fariz yang sering berpergian keluar kota untuk tugas kantor.
Tidak terlalu sulit bagi Nisa untuk langsung menuju kamar Fariz, karena memang, kamar Fariz berada terpisah dari rumah induknya. Nisa mengetuk kamar Fariz, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar. Perlahan, Nisa membuka pintu kamar Fariz yang tidak terkunci. Nisa memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar. Melihat foto-foto kebersamaan dirinya dengan Fariz yang terpajang, membuat Nisa tersenyum senang. Langkah Nisa terhenti disebuah meja belajar, terlihat buku dairy miliknya yang terbuka. Nisa membaca tulisan tangan Fariz di dalamnya.
Senandung Rindu
Rinduku telah merasuk dalam sukma, hingga terus hadir
lewat mimpi-mimpi.
Dengarlah wahai angin...
Sampaikan senandung rinduku kepadanya...
Sang pujaan hati.
Senyum Nisa kembali merekah melihat tulisan itu. Tiba-tiba tangan kokoh Fariz memeluk tubuh Nisa dari belakang, Nisa terhenyak kaget. Fariz membalik tubuh Nisa dengan lembut, ia menatap wajah Nisa yang bersemu merah. Matanya terus menjelajahi tiap sudut wajah Nisa, memperkecil jarak diantara mereka dan menatap jernih mata Nisa yang memancarkan aura kasih sayang.
"Kamu suka sama tulisan aku?" tanya Fariz lirih.
Nisa mengangguk. Mulut Fariz yang memancarkan aroma mint, membuat hati Nisa berdesir. Fariz membelai rambut Nisa, mengecup matanya, pipinya dan berakhir di bibir Nisa. Nisa menyambut kecupan Fariz dan membuatnya lebih agresif dan lepas kendali. Fariz bahkan mengangkat tubuh Nisa ke atas meja belajar dan terus bergerak liar merengkuh apa yang menjadi miliknya.
Nisa membiarkan semuanya, membiarkan laki-laki yang dicintainya menjamah sekujur tubuhnya. Napas Fariz dan Nisa semakin memburu. Fariz dan Nisa menumpahkan semua rasa yang ada. Rasa yang akan mereka sesali dikemudian hari.
***
Cinta itu.. yaa segalanya tentang hari ini!
Terserah besok mau gimana...
Bener nggak sih?
Apa yang akan terjadi pada kisah cinta Fariz dan Nisa?Apa Iwan akan mengetahui sejauh apa hubungan yang dijalani Fariz dan Nisa?
Kisah mereka akan hadir kembali di hari Senin, pukul 12.00 WIB, minggu depan.
Jangan lupa tinggalin 'jejak' kalian dengan cara ng-vote & comment ya!
Selamat Membaca! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kisah - Love, Hate & Friendship
General Fiction[ Complete] "PERSAHABATAN TAI!!!" teriak Iwan dengan penuh amarah. Ikrar Iwan, Fariz dan Rommy untuk menjadi sahabat selamanya, lebur terbakar di bawah langit senja berwarna kemerahan karena kebodohan yang dilakukan Fariz. Iwan meninggalkan ikatan y...