Warna jingga dengan gradasi keunguan, mulai menghiasi langit Jakarta. Rommy berjalan mondar-mandir di sebuah bangunan yang terbengkalai. Terpampang jelas kegelisahan di raut wajahnya. Iwan datang menghampirinya, Rommy pun menyambut kehadiran Iwan. Mereka berpelukan.
"Makasih ya Rom, elo sudah mau menemui gua di sini. Gua tahu, pasti sulit untuk elo ada di sini, mengingat semua yang terjadi," ucap Iwan.
Rommy hanya mengangguk kecil, lalu menyerahkan sebuah kantong kresek berwarna hitam yang berisi beberapa pakaian milik Iwan yang ia dapatkan dari Nisa. Rommy mengambil sebuah amplop berwarna putih dari saku belakang celananya dan menyerahkannya kepada Iwan.
"Ini apa?" tanya Iwan sambil membuka amplop pemberian Rommy. Terlihat beberapa lembar uang lima puluh ribuan di dalamnya. Iwan menatap Rommy.
"Makasih ya Rom, elo emang bener-bener sahabat gua," lanjut Iwan sambil kembali memeluk Rommy.
Iwan sadar, uang di dompetnya sudah hampir habis dan dirinya tidak dapat menggunakan ATM atau credit card miliknya. Mengingat dirinya kini telah menjadi seorang buronan, seorang pelarian. Setiap transaksi keuangan miliknya, tentu sudah dipantau oleh pihak–pihak terkait yang ingin mengetahui keberadaannya, untuk menangkap dirinya.
Rommy melepas pelukan Iwan, lalu menatapnya cukup lama.
"Wan, kenapa elo enggak nyerahin diri aja? Semakin lama elo bersembunyi kaya gini, semakin kuat dugaan orang–orang, kalau elo memang bersalah!"
Rommy terus berbicara, mengenai konsekuensi yang akan dihadapi Iwan apabila dirinya terus bersembunyi. Pendapat orang–orang, framing dari media dan statement–statement dari pihak–pihak yang berseberangan dan ingin melihat Iwan jatuh, akan membuat dirinya semakin terpojok. Iwan mendengarkan semua perkataan Rommy.
"Gua udah enggak peduli Rom! Mereka semua boleh ngomong apa aja tentang gua. Gua enggak bersalah! Gua enggak pernah melakukan gratifikasi, apalagi korupsi dan gua enggak pernah berniat menembak Fariz!" ucap Iwan tegas.
"Iya Wan, tapi kalo elo terus bersembunyi kaya gini, malah bisa membuat orang-orang semakin yakin, kalo elo memang bersalah!" balas Rommy yang tampak kesal dengan kekerasan hati dari sahabatnya itu.
Rommy kembali bercerita, bahwa banyak kejanggalan yang ia temukan ketika memeriksa berkas dan data–data dalam tiga tahun terakhir di kantor Iwan. Laporan transaksi yang tidak berhubungan dengan kegiatan kantor, isi salinan kontrak yang berbeda dari kontrak aslinya, jumlah pengadaan barang yang berbeda dari jumlah permintaan, invoice yang telah di mark up dan banyak lagi kejanggalan–kejanggalan yang telah ia temukan. Mata Iwan membelalak, mendengar semua perkataan Rommy.
"Jadi elo percaya, kalau gua bersalah?" tanya Iwan.
"Enggak Wan, gua percaya kalo elo enggak bersalah. Ada satu bukti yang gua temuin, yang membuat gua semakin yakin kalo elo memang enggak bersalah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kisah - Love, Hate & Friendship
Fiksi Umum[ Complete] "PERSAHABATAN TAI!!!" teriak Iwan dengan penuh amarah. Ikrar Iwan, Fariz dan Rommy untuk menjadi sahabat selamanya, lebur terbakar di bawah langit senja berwarna kemerahan karena kebodohan yang dilakukan Fariz. Iwan meninggalkan ikatan y...