Kapten pulang - 2

231 50 2
                                    

Dua minggu, lebih tepatnya dua minggu lebih sedikit Jaemin menunggu dengan sabar dan was was ketika Mark mengudara dengan pesawat terbang.

Selalu melihat keadaan cuaca dan sesekali nge—check pesan yang ia kirimkan pada Mark apakah sudah dibaca.

Terkadang tiga atau empat hari, Jaemin baru dikabari.

Tidak apa, Jaemin terima karena itu adalah sebuah konsekuensi. Tapi untuk malam ini— satu malam sebelum Mark pulang.
Jaemin masih ada operasi hepatobiliary besok pagi.

"Na, kamu yakin tidak ganti jadwal denganku?" Renjun bertanya saat Jaemin baru selesai mandi malam karena lupa waktu.

"Kamu sudah jaga malam tiga hari berturut turut" Renjun menambahkan lagi.

Jaemin menggeleng, naik ke ranjang bagian atas dan bunk bed yang disediakan untuk residen ber istirahat.

"Katanya besok kak Mark pulang—"

Jaemin menggeleng, melihat ke arah Renjun yang berkacak pinggang didepan pintu kamar.

"Bangunkan aku jam dua kalau sudah kamu selesai jaga"

Decakan kesal terdengar dari Renjun yang kemudian menutup pintu dan Jaemin tidak ambil pusing karena menurut dirinya sendiri dia masih punya waktu untuk mendedikasikan diri pada pekerjaannya. Nggak cuman Mark aja yang bisa.

Melihat jam ponsel yang menunjukkan angka 00:25 Jaemin mencoba tidur tapi tidak bisa karena terbayang perkiraan cuaca badai salju yang buruk akan melanda kota.

Balik kiri, balik kanan— melihat gawainya lagi.

Jaemin sedih karena pesan yang terakhir kali belum Mark baca bahkan balas kata sekedar iya.

Selesai keluar dari ruang operasi, Jaemin berjalan gontai ke arah kantin rumah sakit yang terletak agak jauh di pojok rumah sakit.

Duduk seperti biasa bersama Renjun sahabatnya merangkap residen tahun kedua obygn yang ada.

Tidak ada percakapan terjadi karena keduanya sudah sama lelah menjalani hari yang bahkan baru akan dimulai.

selesai mengisi energi, Jaemin dan Renjun berjalan melewati lobi rumah sakit yang lumayan ramai, apalagi depan televisi yang sedang menyiarkan berita mengenai hilangnya kontak pesawat— yang Jaemin tak salah baca huruf akhirnya adalah MK7

Yang berarti Mark yang membawa.

Kaki Jaemin lemas ditempat, terududuk pada pelataran yang basah dan becek karena sedang badai salju serta angin dari luar.

Bising orang bercakap cakap tidak terdengar, bahkan Renjun dan beberapa perawat yang membantunya untuk sadar Jaemin tak hiraukan.

Pikirannya menyusun skenario buruk yang berakhir gila.

Jaemin tidak sanggup untuk menegadah dan semua terjadi dalam sejekap mata— air matanya menetes seperti yang sudah di duga kemudian hilang sudah kesadaran Jaemin bersama rangkuman memori bagai benang kusut terputar dipikiran pemilik marga Na.

Dulu sekali saat di umur hubungan mereka yang masih seumur jagung, Jaemin yang memiliki rasa kurang percaya akan sesuatu di yakinkan Mark bahwa Jaemin harus tau kalau Si Jung akan selalu balik ke rumah walaupun terbang sejauh mungkin mengelilingi dunia.

"Iya, aku pasti pulang"

Jaemin tersenyum saat Mark selesai berkata lantas mengecupnya pelan sebagai salam perpisahan, walaupun berat melepas. Tapi mencintai seseorang suatu hal masuk yang dalam marabahaya, konsukuensinya memang berat dan Jaemin berani mengambil resikonya.

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang