Kapten tinggal - 3

247 49 2
                                    

Jaemin tidak dalam mode marah kepada Mark yang terlihat sehat walafi'at depannya.

Hanya saja sedikit kesal mengingat kejadian lusa yang memalukan.

Jaemin bed rest selama empat hari dan ini masih hari ketiga, alasannya karena kelelahan dan sudah sampai tahap berhalusinasi. Renjun saja ketika membuka kamar rumah sakit saban hari langsung tertawa terbahak ditempat.

Mau taruh di mana muka Jaemin Na kalau nanti hari Jum'at ia akan kembali jaga.

"Kakak tuh ya..." Jaemin tidak melanjutkan kata katanya lagi dan terduduk di sofa samping Mark yang sibuk makan semangka.

"Shhhh hahhhhh" Jaemin mendesah, atensinya penuh pada Mark yang masih fokus makan semangka.

"Enak loh, gak mau nyoba?" Mark menawarkan kepada Jaemin.

Sedangkan Jaemin sudah menggeleng sambil mengerucutkan bibir. "Aku masih gak habis pikir..."

"Eum wait bentar tunggu aku habisin ini..." Mark menyela kemudian secara cepat menghabiskan sisa semangka dan meminum susu yang Jaemin sediakan untuk menemani mereka ngobrol beberapa jam kedepan.

"Oke udah" saat Mark sudah mengelap mulutnya dengan tissue. Jaemin masih enggan membuka suara. Mengungkapkan perasaan atau apapun sebutannya.

"Jadi?" Mark bertanya pada Jaemin yang kini duduknya sudah pindah arah kiblat ke bagian depan menghadap televisi.

Sedangkan Mark yang paham, juga membenarnkan arah duduk yang seperti Jaemin lakukan agar yang muda bisa bersandar di pundak.

"Tau gak sih... aku rasanya hampir gila kak— ditempat. Selesai makan— aku masih ingat banget itu tulisan di berita bahwa pesawat kakak hilang kontak.."

Mark mengangguk, seraya mengelus kepala Jaemin yang bersandar kemudian dibawa mendekat dan mengecup pucuk kepala pelan.

"Waktu itu badai— terlalu bahaya jika memaksa sampai tujuan jadi aku menutuskan sama ko pilot mendarat darurat..."

"Di bhutan? Yang kakak bilang itu landasannya sulit gak kira kira"

"Ih iya aku pernah cerita ya.. iya.. disana mereka juga kesusahan sinyal karena beberapa kabel terputus di lembah gunung, alhasil benar benar terisolasi dinegara itu sampai pesawat lain datang jemput penumpang..."

Mark bercerita perlahan lahan, Jaemin mencoba mencerna walau cerita Mark ini sudah di ulang untuk yang kedua.

Jari Jaemin di tautkan kepada yang lebih tua, memainkannya dengan di goyang goyangkan.

"Aku memutuskan gak lanjut, karena perasaanku gak enak— setelah temanku datang gantiin jadwal.. and then aku bisa nemenin kamu di rumah sakit"

"Terusss—" Jaemin minta Mark melanjutkan cerita karena kemaren ceritanya hanya sampai Mark yang ke rumah sakit menyusul Jaemin yang pingsan di lobi.

"Terus? Yaudah kan sampai situ aja emang?" Mark terkekeh, Jaemin merengut.

"Beneran ih—" kali ini Jaemin sedikit mendesak.

"Nggak na, Jujur aku takut saat mau mendarat... membuat keputusan membawa banyak nyawa di tangan gak mudah— sangat sulit malah. Cuman kalau tetap di udara juga bahaya, di dalam pesawat ada penumpang yang sama bayinya tidak tenang, ada lansia yang mau pulang ke kampung halaman dan ada aku yang janji sama kamu harus selamat sampai tujuan. Jadi dengan keberanian dan doa serta kamu yang ada disana aku berani mengambil keputusan yang sedikit gila—"

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang