Rokok dan kesepakatan

265 36 1
                                    

Pada tanggal empat belas februari di jatuhi sebagai hari kasih sayang, tapi percayalah kalau Jaemin tidak sepaham demikian. Karena, setiap hari yang di lewati dengan Mark seorang adalah hari kasih sepanjang nafas masih berhembus kencang.

Ya— perumpamaan yang bagus kalau saja Mark mau menurut untuk berhenti melinting daun tembakau guna di hisap dan di sesap.

Harusnya Mark tau Jaemin sesak.

"Uhuk uhuk..." terbatuk karena yang lebih tua terus menerus mengeluarkan asap. Jaemin memutar bola matanya malas—
Sebagai dokter kandungan, sudah serentetan ceramah panjang mengenai bahaya rokok untuk kesehatan tapi tetap saja masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.

"One day, one cigar kak.." cegah Jaemin pada tangan Mark untuk kembali mengambil hal itu, tipikal perokok berat. Sungguh Jaemin bingung harus perjanjian hitam di atas putih apa lagi— untuk menghentikan kebiasaan orang terkasihnya ini.

Mereka sedang berada di parkiran bandara, menunggu teman Jaemin datang dari Australia. Sekalian Mark baru saja Take Off dari jadwalnya.

"Huh— okay..." Mark lesu, menjawab pasrah dan menaruh kembali wadah cerutu yang isinya sisa separuh. Berganti memandangi Jaemin yang sibuk kembali pada ponsel. "Penggantinya mana?"

"Oh ada bentar ya..." Jaemin menyuruh Mark menunggu, sampai ada sekitar yang punya marga Na selesai dengan urusan rumah sakit. Perhatiannya kembali teralih pada pemuda Lee yang tersenyum miris.

Sambil mencecap cecap bibir. Menunggu dan mengantisipasi Jaemin.

"Untuk jadi anak penurut hari ini.." Jaemin mengeluarkan permen semangka, bulat bertengger pegangan plastik putih kecil yang segera dibuka dan dimasukkan dalam mulut Mark dalam sekali hap.

"Lebih manis daripada rokok kan..." cubitan di pipi dengan sedikit paksaan, Jaemin menegaskan pada Mark yang cemberut karena keadaan.

"Jangan marah, itu rasa terbaik aku khusus bawa untuk kak Mark kemana mana..." yakin Jaemin sambil tersenyum manis pada Maek yang meringis, kemudian dengan patuh menyerahkan wadah tembakau pada Jaemin yang langsung di masukkan laci mobil. "Lebih baik..."

"Temen kamu mana sih, kok lama banget?" Gusar Mark, menurunkan kursi mobil sedikit kebelakang. Karena Jaemin menyetir untuk pulang.

"Mau tidur? Tidur aja dulu..."

"schatz!" tegur Mark yang kesal karena menunggu, padahal baru sekitar selisih sepuluh menit dari bertemu Jaemin.

"Bentar lagi... sabar..." Jaemin juga menanti harap harap cemas, sang sahabat yang mau ikut pulang.

"Siapa tadi namanya..."

"Felix Lee..."

"Itu sahabat kamu... yang satunya lagi..."

"Oh Hyunjin Hwang... gak usah sok kenal, nanti kayak waktu itu bilang kenal Sunwoo tau tau Sunoo yang di maksud. Beda orang..."

Kicep di tempat, Mark diam. Jaemin puas.

"Tapi beneran kayak pernah dengar..."

"Akak!" Jaemin melotot pada Mark yang nyengir lebar. Yang tua itu berlagak tuli dan malah melanjutkan. Bercerita ngalor ngidul tentang Hyunjin Hwang sampai seseorang aslinya datang.

Lantas Jaemin menyuruh Mark menutup mulut, atau turun.



Sesampainya di rumah sendiri, menurunkan koper Mark yang berisi baju kotor seminggu. Dan seragam pilot langsung masuk laundry.

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang