Kaki tangan

251 36 3
                                    

2k words
tw : Blood
Konsep kerajaan
Jaemin pelayan dan Mark Pangeran

•••

Sungguhlah Jaemin tau kalau dewa mahal adil untuk apapun, tanpa terkecuali. Mengenai yang namanya hidup. Jaemin juga cukup paham perihal sesuatu bernama roda berputar, tapi bukan tentang fisika mengenai hubungan pada gerak melingkar. Bukan! Ini adalah tentang kesempatan Jaemin untuk terus berkembang, bukan malah terkekang menjadi pelayan kerajaan.

Barat daya tempat Sirius yang bersinar paling terang dalam keadaan apapun, perumpamaan bagus untuk sebuah kawasan yang dipimpin dengan raja baik nan bijaksana, tapi sedikit gila harta.

Bagaimana tidak, keluarga paman Jaemin berhutang satu kantung emas dengan sang raja. Sekitar kurang lebih tiga tahun lalu dan sebagai Jaminannya agar relatif Jaemin itu membayar adalah dengan menebus dosa sebagai pembantu.

Ya Jelas bukan gadis manja, sang paman. Tentu saja yatim piatu seperti Jaemin yang menjadi jaminan.

Dibuang dari rumah desa yang indah ke kerajaan yang Jaemin baru paham tempatnya. Kertas usang tentang pembelajaran, konsep tata ruang ataupun bunga di taman. Masih Jaemin simpan di relung paling dalam perkara hal mimpi yang terkubur karena sebuah hal bernama pembayaran.

"Jangan melamun, cucilah kentang di sumur... hari gelap sebentar lagi— dingin membuatmu menggigil"

Benarlah ucapan Renjun barusan, mengenai waktu sebentar lagi akan petang. Atau memang sudah langit sehitam arang ketika Jaemin keluar dari dapur setelah mengupas bawang.

Membawa bakul berisi kentang di tangan, baju lusuh dikenakan asal. Celemek jelek terpakai, patut sekali Jaemin mendapaat teguran pelayan malang dari kepala koki kemarin sore.

Mengasihani diri sendiri, sampailah Jaemin di sumur yang terletak pada utara kerajaan. Sisi yang penuh dengan kandang kandang ternak sapi dan sebagainya. Jaemin harus cepat cepat sebelum hidung nya mati rasa.

"Setidaknya ini hanya empat kilo kentang— bukan lima. Atau aku salah hitungan" Jaemin mengendik, membiarkan dirinya berbicara sendiri untuk kali keberapa hari ini. Rutinitas seperti biasa jika temannya sibuk dengan yang lain— maka untuk obrolan menarik adalah dengan mengajak bicara diri sendiri.

Sudah sekitar empat hari berlangsung nya pesta mewah, seluruh penjuru dunia berkumpul jadi satu di istana utama. Mulai dari sepupu dari Timur atau Selatan tempat salju.

Mengenai pertunangan sang Pangeran Minhyung. Itu yang Jaemin dengar dari Renjun ketika saban hari bergosip di bawah pavilliun saat mengupas berri ungu. Dan lusa malam adalah puncak untuk menentukan pertunangan itu jadi atau tidak— ahh Jaemin sedikit tidaktau urusan orang kaya.

Selesai mencuci kentang sampai bersih, membawa bakul di pinggang kali ini. Jaemin berjalan tertatih dengan peluh di sana sini. Sampailah hati sekitar tiga meter dari sumber air, Jaemin terkena sesuatu yang membuat lengan kirinya sedikit perih.

"Ahhh..." Meringis dan kentang jatuh di tanah, Jaemin mendesis kecewa sembari memegang lengannya. Darah segar dengan luka sobek tidak terlalu dalam tapi lumayan Jaemin rasakan di balik kain tipis yang ia kenakan.

Kunang kunang mulai terlihat ketika seseorang menghampirinya dan mengguncang tubuh Jaemin yang terduduk di tanah samping bakul kentang— "hei hei hei..." panggilan berulang.

Jaemin mendengar, tapi seluruh tubuhnya mati rasa dan setelahnya adalah gelap gulita.

•••

Sinar matahari hangat menyambut pagi Jaemin dengan indah. Begitu cerah ketika masuk kedalam retina mata. Tempias cahaya dari jendela besar yang terbuka, sedikit tersibak dari kain tipis selembut sutra.

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang