Malam semakin larut. Mobil memasuki gerbang markas utama. Anak itu hanya meringkuk sejak tadi. Diam sepanjang perjalanan.
Lucelence menyuruhku dan Dietrich untuk membawanya lebih dulu. Mengganti pakaiannya yang kotor. Para pelayan yang bekerja tidak bertanya apapun. Menangguk mengerti saat aku memerintahkan mereka untuk melayani anak itu.
"Ini menjengkelkan." Dietrich menggerutu. Membanting dirinya ke sofa.
"Kenapa lagi?" Aku membalikkan halaman buku.
"Menurutmu?" Dia memutar bola matanya. "Susah-susah aku mencari cetak biru pelabuhan hanya untuk membawa anak kecil."
"Mungkin dia spesial."
"Serius? Lebih spesial kita daripada anak itu tahu!"
"Terserah saja." Aku mengangkat bahu tidak peduli.
"Tuan muda dan Nona muda. Dia sudah siap." Salah satu pelayan menghampiri kami berdua/
"Dia? Maksudmu anak kecil itu?" Dietrich menatap datar.
"Benar." Pelayan mengangguk. Anak itu berdiri di belakangnya.
Aku dan Dietrich bangkit berdiri.
"Ikut dengan kami." Aku menggenggam tangan anak itu. Membawanya ke ruangan Lucelence.
Tubuh kecilnya sering tertinggal oleh langkah kami. Berlari kecil agar bisa mengejar.
"Siapa namamu?" Dietrich bertanya penasaran.
"Uh? Leora." Suaranya nyaris tidak terdengar. Membuat Dietrich yang sedang bad mood menatapnya kesal.
Kami meninggalkannya di ruangan Dietrich. Entah apa yang akan dilakukannya kepada anak sekecil itu. Dengan kekuatannya dia bisa melakukan apa saja. Penghancuran. Kekuatan yang mengerikan.
***
Semburat cahaya pagi terlihat di ujung sana. Aku melangkah menuju rumah kaca berbentuk setengah lingkaran di samping bangunan rumah. Langkah kaki terdengar jelas di penjuru ruangan.
Cahaya matahari terbit menyinari tempatku berdiri sekarang. Sambil menatap dua telur hewan yang kuselamatkan beberapa waktu lalu, aku mengambil dagger. Lantas meneteskan darahku di kedua telur itu. 'Mereka' menyerapnya.
"Apa-apaan kau ini?" Dietrich menarik tanganku yang berdarah. Entah datang dari mana.
Matanya menatapku tajam. Kancing kemeja tidurnya terbuka satu, dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur.
"Jangan melukai dirimu sendiri Cay." Dia menggenggam erat lenganku. Membiarkan darah membuat kemejanya sedikit terkena percikan.
"Jangan lupakan tujuan awal kita menetap di tempat ini Der." Aku melepas lenganku dari genggaman tangannya. Membalut luka dengan perban yang kubawa.
"Tentu aku tidak akan lupa." Dietrich menyeringai.
"Bagus."
"Tapi kita tidak boleh bertindak gegabah." Dia memegang pundakku. Berkata persis di samping telinga. "Ayo kembali dulu. 'Mereka' hanyalah alat yang akan kita gunakan. Walaupun kau merawat dengan sungguh-sungguh."
Aneh. Bukan seperti Dietrich yang biasanya. Apakah terjadi sesuatu? Belakangan ini sikapnya juga berubah. Lebih dingin.
"Apa terjadi sesuatu-"
"Tidak." Dietrich memotong kalimatku. Sebagai gantinya dia menarikku pulang.
Dia terganggu oleh sesuatu. Apakah itu masa lalunya? Atau dengan hal yang kulakukan barusan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Noctis
Teen Fiction[ FANTASY & THRILLER ] Tidak semua orang memiliki masa lalu yang bahagia, sama sepertiku. Saat umurku lima tahun, seluruh anggota keluargaku mati mengenaskan--ralat, seluruh keluarga besar, malam itu lautan darah sejauh mata memandang terlihat di a...