The Fifth Night, "Poiesis"

21 5 0
                                    

"Yang tadi itu mencurigakan. Kau percaya dengannya?" Dietrich menunjukkan ekspresi tidak terima. Aku membawanya keluar dari rumah itu dengan "paksa" walaupun dia mengatakan "tentu saja".

"Percaya? Apa aku terlihat tipe yang mudah percaya dengan orang lain?"

Dietrich menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kau itu tidak percaya dengan orang lain sih. Duh! Pokoknya, kau setuju kan kalau yang tadi itu mencurigakan?"

"Itu sebabnya kita memata-matai rumah tadi bukan?" Aku menjentikkan jari. Satu kupu-kupu berwarna merah hitam pekat mendatangiku. Mendarat di jari telunjuk.

"Bagaimana?" Aku bertanya, sambil memperbaiki posisi masker milikku.

Kupu-kupu di depanku mengepak-ngepakkan sayapnya.

"Apa katanya?"

"Pria itu sudah mati."

"Mati?" Dietrich mengernyitkan dahinya. "Siapa yang membunuhnya?"

"Orang suruhan Poiesis. Yang bersembunyi di balik tembok saat kita berbincang dengannya."

"Poiesis? Mereka ada hubungan apa dengan kejadian itu?"

"Entahlah, yang pasti, kita harus membereskannya sebelum matahari terbit."

Kupu-kupu yang hinggap kembali terbang. Hendak menunjukkan jalan. Tersisa satu jam sebelum matahari terbit. Dari celah masuk gang, sesosok berjubah melompat turun. Mendarat dua puluh meter dari kami.

"Tidak kusangka. Dua serangga kecil barusan ternyata anggota elite Caelum. Apa Lucelence yang menyuruh kalian heh?" Orang itu berbicara, membuka tudung jubahnya.

Dietrich memasang posisi siaga.

"Kau! Kau pemilik kupu-kupu menyebalkan ini kan? Cepat singkirkan mereka dari hadapanku!" Orang itu menunjukku, sambil salah satu tangannya mengibas-ngibaskan ke sekitar.

Kupu-kupu suruhanku hanya menghindar.

"Apa yang akan kau lakukan kalau aku menyuruh mereka menjauh?" Aku menatapnya sinis.

"Hah! Menurutmu aku akan berbaik hati? Kalian tahu kejadian hari itu. Yang sudah kututupi susah payah. Agar tidak ada yang bocor keluar, aku akan menyingkirkan kalian." Orang itu menyeringai. Kuku-kukunya memanjang. Gigi taringnya terlihat tidak biasa, mengganjal keluar.

SLAP

BUM!

Kami berdua belum siap memasang kuda-kuda. Orang itu melesat cepat. Menggenggam leher Dietrich, lantas meninjunya dengan keras. Dietrich terpelanting dua meter, menabrak dinding gang dengan keras. Terbatuk pelan.

Astaga. Apa-apaan orang ini? Gerakannya sangat cepat dan akurat. Tenaganya tidak main-main.

BUK!

Orang itu hendak meninjuku. Meleset. Aku lebih dulu bergeser beberapa centi. Tapi, itu tipuan. Tangan kirinya bergerak lebih cepat, telak menghantam perut. Membuatku tersungkur tak jauh dari Dietrich. Aku berdiri, menepuk-nepuk baju yang terkena debu. Perisai pasir besi melindungiku persis sebelum menghantam jalan beraspal.

Dietrich juga sudah berdiri. Aku menahan gerakannya.

"Lepaskan Cay." Dietrich menepis tanganku. Tidak sabaran merangsek maju.

BUK!

Tinjunya melayang, menghantam pundak orang itu. Meleset, orang itu sempat menghindar. Alhasil Dietrich terkena serangannya.

"Tunggu dulu." Kali ini aku menatapnya serius. "Dengar, kita tidak bisa menang begitu saja. Untuk mencari informasi darinya, alih-alih membawanya. Kita justru harus meringkusnya lebih dulu. Selesaikan dalam setengah jam, kita tidak mau ada keributan akibat pertarungan. Aku akan menutup akses gang kecil ini."

NoctisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang