The Ninth Night, "Alive"

13 3 0
                                    




Aku terus memikirkan perkataan Ritou. Menganalisis cerita tersebut. Rasanya aku pernah diberi tahu tentang sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi dengan klan Noche akan selalu tertulis. Tapi ketahuilah, sebagian akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, sebagian lagi hanya diam membisu. Aku mengusap wajah. Papa pernah memberitahu ke kakak pertama karena kakak adalah calon pemimpin klan selanjutnya. Saat itu aku mungkin masih berumur tiga atau empat tahun. Tidak terlalu ingat apa yang dibicarakan papa dan kakak. Tapi aku ingat betul perkataan itu.

Akan selalu tertulis. Kemungkinan besar adalah benda yang dapat ditulis. Apakah buku? Atau justru teknologi maju? Mari anggap saja itu adalah buku. Lalu papa hanya memberitahu kakak pertama. Itu artinya apakah hanya kepala klan yang tahu dan bersifat rahasia?

"Der." Aku mengetuk pintu kamar Dietrich. "Bangun. Hei."

"Ada apa?" Dietrch membuka pintu. Tangannya memegang game console. Dia melanjutkan kembali permainannya yang belum selesai. Penting sekali katanya, melawan bos.

"Kau mau ikut?" Aku bertanya.

"Ikut ke mana?" Suara ctak-ctik terdengar memenuhi ruangan. Dietrich menjawab tanpa menoleh.

"Aku menemukan sesuatu tentang klan Noche. Rencananya aku akan mencari lebih lanjut . Kau mau ikut?"

"Tidak." Dietrich menggeleng.

"Oke, kalau begitu aku pergi berdua saja dengan Kazuo." Aku mengangguk paham. Berjalan keluar.

"Tidak jadi, aku ikut." Dietrich menahan tanganku. Wajahnya jengkel. Mengusirku dari kamarnya.

Tidak perlu waktu lama bagiku untuk bersiap-siap dan menghubungi kazuo. Pukul Sembilan pagi, kami berkumpul di garasi mobil. Kazuo memilih sedan hitam-salah satu koleksi mobil mewah Lucelence-untuk dipakai kali ini.

Aku menyebutkan tujuan. Kazuo mengangguk, menginjak pedal gas. Melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol kota. Kami nyaris tidak berbicara satu katapun selama perjalanan. Kecuali aku menyebutkan jalan yang harus dituju. Agar tidak terlalu mencolok. Mobil di parkir di pusat perbelanjaan terdekat. Lalu menaiki kereta bawah tanah sekitar lima menit dan berjalan sepuluh menit agar sampai ke puing-puing rumah klan Noche.

"Ada perlu apa nona kemari?" Ritou bertanya.

"Mencari informasi. Aku baru menemukan satu hal yang menarik perhatian. Dan kupikir datang ke tempat ini dapat menemukan petunjuk."

Ritou mengangguk, dia melirik Kazuo. Sedikit waspada.

"Tidak apa, dia rekanku. Aku menjamin kepercayaannya."

Dietrich dan Kazuo menatap sekeliling, kayu-kayu yang lapuk, noda darah di bangunan-bangunan yang hancur, pecahan-pecahan kaca, namun tidak terlihat satu kerangka-pun karena mereka yang membantai klan Noche telah menyingkirkan semua jasad yang ada agar tidak terlihat oleh publik. Aku mengetahui kenyataan itu satu tahun setelah terjadinya insiden tersebut.

"Ritou."

"Ya, nona."

"Besok panggil rekan-rekan klan Kano yang dapat dipercaya untuk membersihkan tempat ini. Pastikan bersih, jangan meninggalkan satu butir debu pun. Juga, kalau kau menemukan kertas, buku, atau catatan apapun itu kumpulkan menjadi satu. Siapa tahu isinya penting." Aku terus berjalan, menuju ujung kediaman klan Noche.

"Baik." Ritou mengangguk lagi, mencatat perintahku di dalam kepalanya.

Langkahku terhenti, melihat sebuah batu barwarna putih yang sudah hancur menjadi beberapa keping. Aku mengambil pecahan-pecahan batu itu. Menggabungkannya sehingga membentuk lingkaran berukuran sedang, cukup untuk dipijak oleh satu orang. Ritou, Kazuo, dan Dietrich memerhatikan dari belakang.

NoctisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang