Hari Pertama Renjun mendekati Jaemin.
Tungkai yang tidak terlalu panjang itu melangkah dengan cepat ke gedung yang ia datangi hampir setiap hari.
Gedung Universitas maksudnya.
Hari ini moodnya sedang sangat baik sebab hari sebelumnya, ia baru saja mengakui perasaannya pada pujaan hatinya sejak sekolah menengah keatas. Iya, sekolah menengah keatas. Sekarang kuliahnya sudah memasuki semester empat ngomong-ngomong.
Renjun masuk kelas dengan wajah yang amat kentara sumigrah, seperti matahari yang menyambut semua orang pagi itu, membuat teman yang duduk di sebelahnya mendelik ngeri.
"Sumpah Renjun, kalau kau tersenyum terus seperti itu nanti rahangmu jadi bengkok."
"Hei, kau ingin tahu sesuatu tidak?"
"Tidak."
"Ohh yasudah."
"BERCANDA RONJEONIEE! Ayo cerita dong ke Donghyuckiee, hehe." yang bernama Donghyuck langsung memeluk kawan kecilnya dengan erat dan meletakkan dagunya di bahu sempit miliknya.
"Jauhkan wajahmu! Kau tahu? Akhirnya Jaemin mengizinkanku mendekatinya." kembali terpatri senyum lebar di wajahnya, membuat temannya langsung berwajah datar dan menjauhkan tubuhnya.
"Sungguh, Renjun? Setelah apa yang dia perbuat kepadamu kau masih ingin mendekati bajingan sepertinya? Kupikir sobat kecilku ini pintar, tapi sungguh bodoh dalam perasaan."
Yaa, Jaemin pernah membuatnya jatuh di koridor dengan meletakkan kakinya ditengah tengah sampai kacamatanya putus. Ia juga pernah dengan sengaja menjatuhkan minuman pada buku besar milik Renjun yang digunakan untuk mengerjakan tugas akuntansinya. Beruntung buku itu masih bisa dipakai meskipun menjadi keriput akhirnya. Donghyuck adalah saksi dari semua kelakuan bajingan Jaemin, namun kawannya ini malah terus mengagumi bajingan tengil itu. Ia sampai pusing dibuatnya.
"Dia tidak bajingan tauu..!"
"Matamu tidak bajingan! Haduuh aku stress kalau harus menyadarkanmu lagi, sungguh."
"Ya sudah tak usah sadarkan aku, huh!"
"AIHH Huang Renjun..!"
Renjun yang memang sudah memalingkan wajahnya tidak mau melihat temannya beralih ke pintu dan matanya langsung menatap sosok yang paling ingin dirinya dekati. Na Jaemin.
Ia buru buru mengeluarkan sebuah kotak yang ia bawa tadi didalam paper bag dan langsung berlari keluar kelas tanpa mempedulikan teriakan temannya yang semakin melengking suaranya.
"J-Jaemin..!"
Namun bukan Jaemin yang menoleh, tapi temannya, Jeno.
"Eh ada Renjun. Dipanggil tuh Jaem." Jeno menyikut tangan Jaemin agar mau berbalik menatap orang yang memanggilnya tadi.
Kelas Management unit J dan kelas Akuntansi unit A bersebelahan, dan lagi Jeno, Jaemin dan Renjun datang dari sekolah menengah atas yang sama, namun beda kelas dulunya. Jadi mereka sudah mengenal atau setidaknya tahu menahu satu sama lain.
Akhirnya Jaemin berbalik, namun tatapannya sungguh dingin dan datar terhadap Renjun.
Namun disaat seperti ini pun, Renjun masih bisa memasang senyum terbaiknya kepada Jaemin sambil menyerahkan sekotak makanan yang diduga ia buat sendiri.
"Aku tahu Jaemin belum sarapan. Dihabiskan ya?"
Jaemin tertawa remeh, namun ia tetap meraih kotak itu dengan sebelah tangannya.
"Cuma Jaemin yang dikasih nih?" Jeno berucap sambil tertawa, hanya guyon dan Renjun mengerti itu.
"Lu mau Jen? Kalau mau nih lu aja yang makan."
Senyuman Jeno langsung diganti dengan muka terkejut dan menatap Jaemin tidak percaya. Ia sungguh kasar, langsung menawarkan pemberian orang didepan orang itu sendiri.
"Bercanda doang Jaem. Maafin kelakuannya ya Ren? Kadang dia memang gak ada akhlak-" Jaemin tidak ambil pusing, ia melihat sekitar mencari orang yang mungkin dikenalnya.
"Woy, lu udah sarapan belum?" pas sekali, dirinya mencegat teman yang berada di kelas yang sama dengannya sebelum memasuki kelas.
"Belum, kenapa?"
"Nih buat lu."
"Serius Jaem? Wihh, makasih ya?" tanpa babibu, yang ditawari langsung mengambil kotak itu dengan senang hati dan melangkahkan kakinya menuju kelas.
Renjun yang melihat itu, perlahan lengkung di bibirnya menurun dan binar dimatanya menjadi redup. Jeno yang berdiri diantara keduanya menjadi kebingungan ingin menyusul temannya yang sudah melenggang pergi atau menenangkan Renjun yang tampaknya sudah ingin menangis ditempatnya.
"Yaampun Renjun..!" kawannya, Donghyuck, keluar dari kelas dan langsung memeluk Renjun. Ia mendongak dan menatap tajam pada Jeno yang tampak seperti ingin menjelaskan bahwa bukan dia pelakunya.
"Iya gue tau. Susul temen bangsat lu aja sana." desisnya.
"O-ohh oke." melihat orang berkulit tan itu tampak menyeramkan, ia segera menyusul Jaemin yang sudah berjalan sampai ujung koridor. Donghyuck menunduk, menatap sobat munyilnya iba. Ia mengusap kepala Renjun yang dibenamkan pada lehernya.
"Tuhkan apa kubilang Ren. Mending pacaran aja sama aku, aw-!"
"Gak! Kamu bauk!" Renjun yang tadinya memang ingin menangis tidak jadi akibat kalimat temannya. Ia berjalan masuk lagi ke kelasnya meninggalkan Donghyuck yang hanya terkekeh kecil.
"Padahal gue serius, Ren." gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With You
Fiksi Penggemar"Aku mencintaimu!" "Aku benar-benar mencintaimu.." "Tidak bisakah kau menyukaiku, sedikit saja..?" "Aku menyerah." - warning! ⚠ bxb story, contain rate-m in some chap! ⚠