Hari minggu.
Hari yang tepat untuk bersantai di rumah, seperti kedua adam ini.
Saling berpelukan dan masih enggan membuka matanya saat cahaya matahari masuk melalui jendela, niatnya untuk mengusik acara tidur sambil berpelukan keduanya namun tampaknya tidak ada yang merasa terusik disini.
Renjun bergeliat pelan, mencari posisi yang lebih nyaman di pelukan sahabatnya. Tapi akibat dari pergerakannya yang tidak santai, membuat Donghyuck terbangun.
"Ren.."
"Hmm."
"Laper."
"Bangun, pesen makan—"
"Pengen makan kamu lagi Ren."
Renjun yang tadinya masih memejamkan mata, membuka matanya dan langsung memukul kepala sahabatnya dengan kuat.
"AWW—! Kok jahat banget sih?! Sakit loh kepalakuu!"
"RASAIN! Itu gak seberapa dari sakit di lubangku yang kamu tusuk terus semalam, huh!"
Ringisan berganti menjadi cengengesan, Hyuck menggaruk surainya pelan.
"Ya habis semalam kamu nangis terus. Kan aku jadi gak tau harus gimana, jadi—"
"Jadi dengan ngesex aku bisa berhenti nangis ya?"
"Buktinya semalam kamu berhenti kan nangisnya? Ohh lebih tepatnya dari nangis sedih jadi nangis keenakan— ADUHH SAKIT REN, YAAMPUN!"
Surai berantakannya dijambak gemas oleh tangan kecil Renjun.
———
"Ayo dong Ren, jangan nangis lagi."
"Kenapa sih Jaemin jahat banget? Tapi meskipun jahat aku tetep suka sama dia, hiks—"
"Yaudah kamu lupain dia aja Ren, cari yang baru aja, serius deh."
"Aku udah berusaha tapi, hiks— gak bisa!"
"Coba lihat yang lain."
"Gak ada yang lain selain Jaemin."
"Haduu kamu udah lupa yang tadi dia lakuin ya? Udah janji mau datang tapi gak datang datang Ren, dibatalin sepihak kan, tuh."
".... huhu!"
"Aduh jangan nangis lagii!"
Donghyuck yang melihat sahabatnya tidak menunjukkan tanda akan berhenti menangis, meraih pinggang kecil itu dan membuatnya duduk diatas pahanya. Mengusap punggungnya dan surainya dengan pelan, berharap dirinya akan lebih tenang, namun dia salah. Bahu Renjun semakin bergetar dan isakan semakin terdengar. Ia yang geram menangkup pipi Renjun dan langsung membungkam bibirnya yang sedikit terbuka. Menghisap bibir yang selalu menarik perhatiannya, meraup dan melumat dengan lembut. Hal itu berhasil membuat Renjun diam, bahkan menahan nafasnya. Donghyuck kembali menjauhkan wajahnya dan langsung menatap manik yang masih basah didepannya.
"Ren, kalau kamu mau nyerah sama Jaemin, kamu bisa kok sama aku."
Habis perkataan itu meluncur mulus, ia membenamkan wajah di leher Renjun. Mengendusnya pelan dan mencium hampir semua titik disana, membuat empunya menggeliat pelan. Dirasa tidak ada penolakan, ia menjilat leher putih itu bahkan dengan berani meninggalkan jejas merah disana dengan menjilat dan menghisap beberapa titik disana.
Ia melucuti pakaian Renjun dengan gerakan pelan dan hati-hati, membuat sahabat didepannya terlihat polos tanpa sehelai benang dan kembali menyicip tubuh yang masih bersih mulus tanpa bekas cacat.
"Ahh.. Hyuck—"
———
Kira-kira begitulah kegiatan yang dilakukan keduanya malam itu. Saling berbagi saliva dan peluh.
Renjun bangkit dari kasur itu, hendak berjalan ke arah cermin, ingin melihat perbuatan bejat sahabatnya pada tubuhnya.
Dirinya memejamkan mata. Tampaknya menahan amarah saat melihat ruam merah yang amat kentara di leher, dada, bahkan perutnya.
Lee Donghyuck benar-benar menggigit hampir setiap inci tubuhnya.
Renjun kembali membuka mata, lebih tepatnya membelalakkan mata saat merasakan cairan asing yang meleleh membasahi paha dalamnya. Ia segera melihat kearah sahabatnya yang kini sudah menutup wajahnya setengah menggunakan selimut.
"yaa.. LEE DONGHYUCK!!!"
———
Gadak konflik dulu, agak darah tinggi awak akhir akhir ini! Besok aja ya konfliknya! 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With You
Fanfiction"Aku mencintaimu!" "Aku benar-benar mencintaimu.." "Tidak bisakah kau menyukaiku, sedikit saja..?" "Aku menyerah." - warning! ⚠ bxb story, contain rate-m in some chap! ⚠