DAY 2

169 30 2
                                    

Hari Kedua Renjun mendekati Jaemin.

Pemuda itu tidak kapok tentunya. Hanya melihat Jaemin yang langsung memberikan barang pemberiannya pada orang lain bukan masalah yang besar. Dirinya masih bisa memberikan yang baru lagi hari ini.

Jangan katakan pada Donghyuck atau dia akan sangat kesal nantinya.

Hari ini, Renjun lebih berani. Ia langsung memasuki kelas ManagementXVIIIJ dengan paperbag kecil di tangannya. Disana Renjun dapat melihat beberapa mahasiswa sudah mulai memenuhi kelas dan Jaemin sedang bermain ponsel, bersama Jeno disampingnya yang juga bermain game di ponsel. Renjun menghelakan nafasnya sebentar dan memasang senyum lebarnya, mendekati kedua pemuda itu dan berdiri didepan meja keduanya.

"Halo Jaemin! Halo Jeno!"

"Ohh, Hai Ren. Tumben kesini?" ya, tentu saja itu suara Jeno. Ia berhenti memainkan gamenya. Sedangkan Jaemin hanya mendongak sekilas dan memasang wajah malas yang amat kentara.

"Iyaa, aku mau kasih ini!" Renjun mengeluarkan satu kotak makanan kecil, meletakkan kotak itu didepan Jeno, sedangkan  satu kotak besar ia letakkan didepan Jaemin.

"Jeno, ini untukmu. Kalau enak kau bisa menghubungiku untuk memesan ya, hehe." 

"Ya ampun Renjun, maksudmu aku harus beli masakanmu? Sedangkan Jaemin diberikan secara cuma cuma?" Jeno tersenyum tidak percaya dan membuka kotak miliknya.

"Emm jangan marah begituu. Oiya Jaemin, kuharap kamu mau coba masakanku. Kalau kau suka akan kuberikan setiap hari. Dah Jaemin, dah Jeno!" tungkai kecilnya melangkah cepat keluar dari kelas itu karena demi apapun ia menyadari ada beberapa pasang mata yang menatap tidak suka. Dirinya selalu peka terhadap sekitar, kecuali dengan kebencian Jaemin terhadap dirinya. Jaemin menatap kotak itu dengan pandangan yang tidak minat, sedangkan Jeno disampingnya sudah mulai mencoba makanan yang lebih sedikit dari milik sahabatnya.

"Enak loh Jaem. Lu gak mau coba?"

"Jangankan coba makanannya, sentuh kotak itupun gue gak sudi. Lu kalo doyan ambil aja punya gue tuh."

"Sumpah Jaem, lu kok jahat betul sama Renjun?"

"Karena dia suka sama gue, dan gue gak suka itu."

"Ya tinggal bilang biar dia gak kasihan dikasarin elu terus."

"Gua udah bilang, memang dasarnya anak itu gak bisa dibilangin tau."

"Tapi kenapa sih Jaem? Kalo dilihat-lihat Renjun kan gak buruk covernya. Dan lagi dia pinter."

Jaemin terdiam sebentar. Ia menoleh menatap Jeno yang udah hampir habisin makanannya. "Maksud lu?"

"Yaa, harusnya lu tau maksud gue. Kalau dia suka sama lu, kenapa gak lu manfaatin aja kepintarannya? Suruh dia kerjain tugas lu misalnya." seringai kecil tidak dapat Jeno sembunyikan. Ia hanya melakukan itu pada orang yang sudah benar benar dekat dengannya karena yang semua orang tau, Jeno itu pemuda baik hati yang mempunyai senyum seindah bulan sabit. Senyuman yang sama tampak di wajah Jaemin.

"Kok lu baru kasih tau gue sih? Dari kemarin kek."

"Ya lu yang bodoh Jaem, udah dari sekolah loh dia tukang borong piala sama medali dari lomba. Oiya elu yang cuma dapet medali futsal gak bakal bisa relate sih sama dia."

"Lu juga ya, bodoh. tapi karena ide lu barusan pinter, nih gue kasih makanan." Ia mendorong kotak itu tidak minat ke meja Jeno.

"Jahat banget lu sumpah, udah dua kali Renjun kasih, gak pernah dimakan."

"Lu barusan juga jahat. Lebih jahat dari gue malah."

Tapi yang pasti, keduanya sama saja.

Dan mereka tidak menyadari bahwa percakapan mereka masih dapat didengar oleh Renjun yang bersembunyi dibalik tembok depan kelas mereka.

30 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang