Hari Ke-sebelas Renjun mendekati Jaemin.
Renjun sudah lebih percaya diri hari ini. Dirinya melangkahkan kakinya memasuki kampus dengan senyum lebar.
Grep!
Renjun noleh untuk melihat siapa yang menahan lengannya.
"Jaemin?!"
"Habis kelas ke rumahku."
"... ha?"
"Aku tunggu di parkiran."
Sehabis perkataannya, Jaemin langsung ninggalin Renjun. Dirinya terdiam cukup lama, menggigit bibir bawah untuk menahan senyum lebarnya.
"Jaemin, tunggu!"
———
Renjun sebenarnya tidak percaya dengan perkataan Jaemin, tapi kakinya tetap melangkah ke parkiran. Dirinya tersenyum lebar saat mendapati Jaemin yang menatapnya dari jauh.
Tanpa berkata apapun, Jaemin naik ke motornya dan memasang helm, memberikan helm cadangan kepada Renjun.
Meraih helm dan memakainya, Renjun naik ke motor Jaemin dan memeluk pinggang ramping didepannya.
"Oke! Ayo!"
———
Mereka sampai di rumah Jaemin. Rumah minimalis yang nyaman, lingkungannya juga cukup asri dan tenang.
"Jaemin tinggal sendiri?"
"Iya."
Renjun duduk di sofa ruang tamu. Matanya melirik ke kiri kanan. Terlihat sangat rapi pikirnya.
"Aku suruh kamu kesini bukan untuk lihat rumahku aja."
"Oh iya, kenapa Jaemin?"
"Kerjain tugasku."
Renjun mengangguk semangat. Membawa tubuhnya duduk di karpet, tepatnya didepan meja kecil.
"Oke! Berikan tugasmu."
"Sebentar."
Jaemin berlalu ke dapurnya, dan keluar dengan segelas jus jeruk di tangannya. Ia meletakkan jus itu didepan Renjun dan mengeluarkan buku dan laptopnya dari tas.
"Makasih Jaemin, harusnya gak usah repot repot hehe."
Jaemin tidak menjawab. Dirinya memilih membuka buku dan laptopnya dihadapan Renjun.
"Berdiri."
"Ha?"
"Ck, aku tidak suka mengulang perkataanku."
Renjun yang melihat wajah tidak senang dari Jaemin menuruti perintahnya untuk berdiri. Jaemin duduk di tempat yang diduduki Renjun tadi.
"Kemari." Jaemin menepuk pahanya.
"H-ha..?"
"Selain matamu yang minus, telingamu juga minus sepertinya."
Ia yang sudah tidak sabar menarik tangan Renjun agar terduduk di pahanya.
Renjun kaget sumpah!
"Jaemin..?"
"Ini, tugasnya makalah, topiknya ini."
"Jaemin, nanti kaki kamu kebas—"
"Kan permintaan kamu mau dekat dekat aku terus."
"Iya tapi ini terlalu dekat." Renjun bergerak tidak nyaman di pangkuan Jaemin. Hendak berdiri namun perutnya ditahan oleh lengan kekar dibelakangnya.
"Aku maunya dekat kaya gini. Sekarang pilih, kerjakan tugasku atau pulang?" Jaemin di belakang bisik tepat di telinga Renjun.
"Kerjain tugas.." Renjun berbicara pelan, kemudian meraih laptop didepannya agar lebih mendekat.
Renjun mulai mengerjakan makalah Jaemin. Sepuluh menit berlalu dengan hening namun ia kembali bergerak tidak nyaman saat merasakan tangan Jaemin yang terus mengusap perutnya, dan menghirup aroma tengkuknya dibelakang. Bahkan sesekali ia merasakan bibir basah Jaemin di kulit lehernya.
"Jaemin.."
"Diam aja Ren, kerjain sekarang. Hari ini harus siap."
"I-iya."
"Oiya, besok kamu nginap disini."
"Kenapa?"
"Kau lupa dua hari lagi hari apa?"
Renjun menoleh, menatap Jaemin dengan tatapan polos, membuat Jaemin menghela nafas kasar.
Dengan gerakan cepat, Jaemin menarik kera baju Renjun, menghisap dan mengigit lehernya sampai meninggalkan bekas.
"J-Jaemin!"
"Itu akibatnya jika kau tidak ingat."
Renjun yang salah tingkah menoleh kembali kedepan dan meraih jus jeruk didepannya, meneguknya kasar.
Jaemin terkekeh, namun dirinya terdiam saat menyadari sesuatu pada diri Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With You
Fanfiction"Aku mencintaimu!" "Aku benar-benar mencintaimu.." "Tidak bisakah kau menyukaiku, sedikit saja..?" "Aku menyerah." - warning! ⚠ bxb story, contain rate-m in some chap! ⚠