Hari Ke-Lima Renjun mendekati Jaemin.
Sesuai janji, Renjun ngembaliin tugas Jaemin pagi itu sebelum masuk kelasnya. Dan seperti biasa, ia bisa lihat Jaemin yang duduk sambil mainin ponselnya gak minat.
"Jaemin, ini tugas kamu udah kusiapin semua." Renjun taruh satu klip kertas itu dihadapan Jaemin.
"Semalam bisa ngerjainnya?"
"Bisa, soalnya aku dibantuin Jeno semalam."
Jeno yang merasa terpanggil ngalihin fokusnya bentar ke Renjun dan Jaemin dari game di ponselnya. Mukanya gugup diliatin tajam sama Jaemin, kemudian dia lanjut main lagi.
"S-semalam gue memang mau pinjem buku Jaem, terus kebetulan lihat Renjun, jadinya gue samperin aja."
Bohong.
Seorang Lee Jeno bahkan tidak pernah dan tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di perpustakaan, apalagi untuk meminjam buku, Jaemin tahu itu. Dan lagi, ia ingat semalam ada bilang sama Jeno kalau ada janji sama Renjun disana.
"Iya! Untung aja ada Jeno semalam, jadi dia yang bantuin aku buat tugas kamu. Ada tugas yang lain lagi gak niih? Aku mau dong kalau ada. Asik juga rupanya kalo nugas bareng Jeno." Renjun tersenyum penuh arti, natap langsung ke arah Jeno.
Entah kenapa Jaemin gak senang sama perkataan Renjun.
Enggak, dia gak suka Renjun kok!
"Gak ada, udah sana pergi."
"Yauda deh kalau gak ada. Eh tapi nanti jadi kan Jen?" Renjun berusaha bakar lagi habis lihat reaksi Jaemin yang kesal.
"Haa, jadi apa Ren-"
"Ituloh, semalam kamu ngajak aku makan siang kan? Jangan lupa loh ya Jen! Aku tunggu didepan kelas habis siap kelas. Dah Jeno, dah Jaemin!" Renjun buru buru keluar dari kelas itu.
Renjun masuk ke kelasnya dan buru-buru chat Jeno saat itu juga.
Jen! Kalo Jaemin tanya bilang aja kita mau makan dimana gitu, terus lihat reaksinya gimana ya!
Jeno udah matiin gamenya daritadi. Dia baca chat Renjun dari notif dan mengerutkan keningnya. Rupanya tadi memang hanya akal-akalan Renjun karena semalam dia tidak ingat ada mengajaknya untuk makan bersama hari ini. Ia menjadikan Jeno sebagai alat untuk membakar emosi seorang Na Jaemin.
"Jen."
"Oit."
"Semalam lu bilang mau samperin kating, kok malah samperin dia sih? Lu naksir sama dia?"
Jeno menghela nafas. Dia bingung sama temannya. Kalau memang dirinya sengaja temuin Renjun, untuk apa dia marah?
"Gue kasian sama dia Jaem. Dia tau kalau gue yang ngasi ide ke lu biar dia kerjain tugas lu."
"Ya terus kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Ngapain lagi lu ajak dia makan habis ini? Lu pasti naksir dia kan?"
Kalau iya kenapa? Ingin Jeno menjawab itu tapi dia tahan.
"Kok lu marah si Jaem? Jangan jangan lu udah suka sama Renjun ya?"
"Hah. Sita hidung gue kalau gue suka sama dia Jen, serius."
"Yauda kalau memang gak suka, gak salahnya kan gue ajak dia makan?"
"Lu aneh deh Jen."
"Lebih aneh lagi orang ngaku gak suka, tapi kok marah pas doi diajak makan sama orang lain." ejek Jeno.
"Sialan lu Jen!"
Tanpa keduanya sadar, sedaritadi teman Renjun ada di kelas itu. Dirinya sedang mengobrol dengan temannya di kelas Management, Yangyang. Namun telinganya masih cukup bagus untuk mendengar percakapan dari keduanya.
"Ehh Yang, gue balik duluan ya. Kayanya dosen gue lebih cepet hari ini."
"Oke, dah sana balik."
Donghyuck balik ke kelasnya. Dia duduk disamping Renjun dan langsung rangkul bahunya.
"Ren, nanti makan di tempat biasa yuk? Gue ada kegiatan lagi habis ini nih."
"Tapi aku gak ada lagi, Hyuck. Gak mau ah aku makan di rumah aja."
"Gue traktir deh, gimana?"
"Okee." Renjun acungin jempolnya dan senyum lebar.
"Yee giliran traktir baru cepet ni anak!" dia acakin surai Renjun gemes, ngebuat empunya ketawa.
-------
Kelas pagi sudah bubar, dan jam sudah menunjukkan pukul duabelas. Renjun keluar dari kelasnya, bahunya dirangkul sama Donghyuck.
"Ren?"
"Ehh, Jenoo!" Renjun balikin tubuhnya buat berhadapan langsung sama Jeno.
"Jen, gimana tadi reaksi Jaemin? Kok aku tadi lihat dia kayanya ngambek gitu?"
"Iya gak tau deh Ren, marah gak jelas daritadi dia. Siap kelas juga langsung keluar, biasanya bareng. Tanggung jawab Ren, Jaemin jadi ngambek sama gue." Jeno terkekeh, nunjukkin mata bulan sabitnya.
"Berarti Jaemin udah suka sama aku dong Jen?! Kalau iya nanti aku traktir kamu-"
"Ren ayooo, udah laper nih." perkataan Renjun dipotong sama temennya yang sekarang ngerengek, terus makin eratin rangkulan di bahu Renjun.
"Ehh iya yauda, kapan-kapan kita makan bareng beneran ya Jen!" setelah bilang itu, Renjun balik jalan bareng Donghyuck, yang sekarang noleh ke belakang buat natap Jeno yang cuma diam. Kalau Jeno gak salah lihat, Donghyuck sengaja cium leher Renjun sekilas dari samping dan senyum miring ke arahnya.
Sial, Jeno sangat ingin memukul wajah itu.
"Gue pastiin lu bakal jadi milik gue, Ren." ujarnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With You
Fanfiction"Aku mencintaimu!" "Aku benar-benar mencintaimu.." "Tidak bisakah kau menyukaiku, sedikit saja..?" "Aku menyerah." - warning! ⚠ bxb story, contain rate-m in some chap! ⚠