𝙾𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚝

4.4K 640 159
                                    

°.✩┈┈∘*┈🌙┈*∘┈┈✩.°

Paginya, sesuai keputusan tadi malam. Yang sebenarnya tidak disetujui Sanzu, sih. Namun, karena pengambilan suara terbanyak menyetujui Sanzu menemani y/n. Sanzu terpaksa.

Anggota bonten lain telah meninggalkan mansion untuk menjalankan misi masing-masing. Menyisakan para maid dan 2 insan yang belum dapat dipersatukan.

Sanzu kini tengah duduk di sofa ruang santai dengan kaki berselonjor di atas meja. Membersihkan senjata tajam nya sembari bersenandung ria. Tak menyadari jika kini y/n sedang menatapnya dari balik pintu.

Y/n ragu. Ingin sekali rasanya mendekati Sanzu. Namun ia takut jika tiba-tiba di headshot duluan. Belum merasakan birunya masa muda, masa sudah bau tanah? Say No No No.

Dari kejauhan, nampak seorang maid membawa nampan berisi camilan menuju ke arah dirinya. Y/n yang melihatnya berlari kecil menuju si maid, meminta agar dia saja yang memberikan camilan itu ke Sanzu.

Si maid mengangguk, menyerahkan nampan ke y/n lalu melangkah menjauh. Y/n menarik napas, menenangkan dirinya sebelum bersiap-siap bertemu dengan Sanzu.

Ia mulai melangkah. Jujur, langkahnya terasa berat ketika menuju ke tempat Sanzu.

"Ano... "

Sanzu melirik.

"Douzo" Y/n meletakkan camilan di samping kaki Sanzu. Tangannya bergetar hingga terdengar suara cangkir dan lepek yang saling beradu.

"Kau... " suara dingin Sanzu membuat y/n ingin meninggal saja di tempat.

"Duduk" Sanzu menunjuk sofa kosong di depannya. Y/n menurut.

Sanzu menggerakkan irisnya ke atas dan ke bawah. Y/n yang diamati oleh Sanzu merasa canggung.

"Sanzu-san, ada apa ya?" suaranya bergetar. 

"Kau beneran Hirai y/n, kan?" matanya masih setia mengamati y/n.

Y/n mengangguk cepat, menatap Sanzu kembali. Helaan napas lolos dari mulut Sanzu. Ia meletakkan pistolnya, menurunkan kakinya ke lantai. 

"Tak ku sangka Hirai, yakuza kondang. Memiliki calon pewaris lemah sepertimu."

Y/n menunduk. Ia sadar betul jika dirinya memang tidak cocok sebagai calon pewaris.

Sanzu menyeruput cangkir berisi teh manis. "Kau bilang, kau senang diculik. Kenapa?"

Y/n diam sejenak, sebelum mengeluarkan suara lembutnya.

"Karena... aku jadi tidak perlu dijodohkan."

Sanzu masih menikmati secangkir teh manis hangatnya. Menunggu y/n melanjutkan kalimatnya.

"Orang tua ku meninggal dalam kecelakaan pesawat, saat aku masih SMP. Paman lah yang mengambil alih semua urusan yakuza. Dan aku harus menuruti semua kata paman jika aku tidak ingin berakhir seperti orang tua ku."

"Suatu hari, aku pernah menentang paman karena tidak mau dijodohkan. Paman langsung menyeretku ke gudang, memukul punggungku dengan rotan berkali-kali. Mengunci diriku di gudang yang gelap seharian tanpa diberi makan."

Air mata mengalir membasahi pipinya yang mulus dan sedikit tembam.

Sanzu melirik. Mengambil oksigen yang memenuhi ruangan, lalu membuangnya perlahan.

"Sejujurnya aku kecewa mendapat buruan sepertimu. Lemah. Membuatku gairahku hilang."

Rangkaian kata yang Sanzu ucapkan membuat y/n menggigit bibir bawahnya serta meremas short pants nya.

"Ikut aku" perintah Sanzu. Y/n mendongakkan kepala, lalu mengikuti langkah Sanzu dari belakang.

Mereka sampai di halaman belakang mansion bonten. "Aku akan mengajarimu cara membidik sekali headshot sampai winner winner chicken dinner"

Mata ruby y/n membulat. Ia tercengang mendangar kalimat Sanzu barusan.

Sanzu mulai mengajari tata cara membidik target dengan tepat, tidak mempedulikan y/n yang membutuhkan penjelasan.

Sanzu menyodorkan koper yang berisi berbagai macam gun. "Pilih sesukamu"

Y/n mengulurkan tangannya, mengambil benda yang menarik perhatiannya. Sebuah shotgun yang terbuat dari sterling silver yang telah terisi peluru.

Ia memposisikan dirinya sesuai yang tadi Sanzu ajarkan. Menyejajarkan mata dengan arah bidikan yang ada jauh di depannya.

Derrrrr

Pelatuk berhasil ditarik oleh y/n. Hasilnya sungguh membuat Sanzu tercengang. Bidikan y/n tepat sasaran.

Sanzu menyunggingkan senyum tak percaya. "Yang benar saja"

Ia melangkah mendekati y/n. Berdiri tepat di depannya. 

Y/n memejamkan matanya, takut ia membuat kesalahan yang membuat Sanzu ingin meng headshot nya.

Namun, yang ia rasakan malahan sebuah tangan besar mengusap surainya. Y/n membuka satu matanya, mengintip Sanzu yang mengulum senyum dengan tatapan hangat untuk dirinya.

✰❛ 𝙩𝙗𝙘; ❀❜

Ini penampakan shotgun yang dipakai y/n (*'∨'*)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini penampakan shotgun yang dipakai y/n (*'∨'*)

Hm sepertinya om Sanzu sudah mulai merasakan getaran-getaran maut nich ଘ(੭ ᐛ )♡
Btw, chapter ini rada panjang yah ( ̄∇ ̄)
Hm, kira-kira besok y/n ngabisin waktu sama siapa yah?

Pokoknya tunggu update next chapternya yaaaa~

HAPPY READING GENGS ˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙

「𝙆𝘼𝙈𝙋𝘼」▹ʙᴏɴᴛᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang