part 2. Kerinduan Silvie

8 0 0
                                    


Mendung menghiasi cakrawala saat pagi mengintip bumi. Sepertinya hujan akan turun. Sejak subuh tadi Silvie terbangun dan melakukan sholat seperti biasa. Setelah sholat subuh, wanita itu kembali membaringkan tubuhnya. Rasa malas untuk memulai aktivitas mengganggunya. Mungkin karena efek cuaca yang tidak mendukung.
Biasanya sehabis sholat subuh Silvie langsung beraktifitas di dapur menyiapkan kebutuhan sarapan pagi bagi ke-4 anaknya, Biyanka Asti, Resti dan Jovanka.

"Maa ... Mama!' suara si sulung memanggil. Silvie tersentak bangun. Rupanya ia sempat tertidur kembali setelah sholat.
"Mama sakit, ya? tumben Mama telat bangun. Jangan-jangan Mama belum sholat subuh!" Tuding Biyanka tersenyum.
"Mama sudah sholat kok. Tadi sehabis sholat, iseng Mama baring lagi karena malas untuk keluar kamar. Eee ... rupanya Mama ketiduran." Jawab Silvie sambil tertawa.

"Ayo Ma, kita sarapan, sudah siap kok, nasi goreng buatan aku." Biyanka mengajak Silvie.
Biyanka sudah sangat sering menggantikan tugas Silvie untuk menyiapkan sarapan pagi bagi ketiga adiknya. Gadis cantik usia 18 tahun itu menjadi dewasa sejak kematian papanya. Ia sangat memahami posisi Mamanya untuk ketiga adik-adiknya yang masih sangat membutuhkan perhatian.

Silvie dan keempat anak gadisnya menikmati sarapan pagi dengan gembira. Ada rasa haru yang tersemat di dada wanita itu, membuat kedua kelopak matanya terasa hangat. Ia mengedip-ngedipkan matanya melawan rasa itu agar bulir bening tak tampak. Ia tak ingin anak-anak melihatnya menangis.

"Ah ... Mas Bimo, andai saja kau hadir di sini, pasti lebih seru lagi." Batin Silvie melanjutkan santapannya. Kerinduan wanita itu pada mendiang suaminya tidak tertahankan. Ia cepat-cepat menghabiskan sarapannya kemudian beranjak meninggalkan keempat anak buah hatinya. Meteka tak menyadari perubahan wajah Silvie.

KETIKA CINTA MEMILIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang