part 4. Pertanyaan Biyanka

8 1 0
                                    


Matahari mulai menyembunyikan diri dan bulan mulai mengintip ingin menampakkan sinarnya yg begitu indah, menandakan malam mulai menyapa insan bumi. Setiap insan yang disibukkan dengan aktifitas dengan sendirinya berhenti untuk rehat dalam gelapnya malam.

Silvie duduk di sudut teras rumah dalam pancaran rembulan yang indah. Wanita itu seakan menikmati malam dalam kesendiriannya. Anak-anaknya sibuk mengerjakan tugas sekolah, terlebih si sulung, Biyangka yang akhir-akhir ini dipadati tugas perkuliahan.

Wanita yang masih meninggalkan kecantikan itu memandang , menerawang jauh ke angkasaa seakan ia mencari sesuatu yang hilang.
Tiba-tiba dawai yang sedari tadi diam tak tersentuh, berdering. Panggilan pertama tak digubrisnya. Untuk yang kedua kalinya kembali gawai itu berdering, Silvie seakan terusik, dengan malas ia meraih benda itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Halo, Wa'alaikumsalam," membalas sapaan dari seberang.
"Oo ... Mas Brian, kirain siapa."
Di sebrang sana Brian merasa grogi, rupanya no ponselnya tak tersave oleh Silvie.
"Lagi ngapain Sil?" Tanya Brian.
"Nggak ngapa-ngapain, Mas, lagi nyantai nih!" Jawab Silvie kalem.
"Boleh ya, aku main ke rumah kamu?" Penuh harap Brian di sebrang.
"Ya, boleh Mas, ajak istri Mas ya! Sekalian aku kenalan." Balas Silvie.
Deg ... Jantung Brian seakan dipukul sesuatu. Ia terdiam.
"Halo, ... halo, suara Silvie mengagetkan.
I - iya Sil, aku di sini, balas Brian menghilangkan kegugupannya. Untung saja hanya lewat ponsel.

"Iya, Sil, besok kan hari Sabtu. Aku ke rumahmu ya. Tunggu aku!" Sudah dulu ya, sampai jumpa besok malam. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," balas Silvie.

Malampun berlalu ke peraduannya. Silvie mengakhiri kesendiriannya di teras. Wanita itu melangkah ke dalam rumah dengan senyum datar seolah menyimpan misteri.

Sambil melangkah ia mengingat sosok seseorang.
Mas Brian ingin berkunjung. Ah ... Mas Brian,
apa maksud kamu ingin bertemu denganku? Silvia bertanya dalam hati tanpa mengharap jawab.

"Mama belum tidur, ya?" Silvie terkejut, Biyangka tiba-tiba muncul di depannya.
"Ah ... kamu Biy, mengejutkan Mama aja!"
"Mmmh ... Mama ngelamun ya? Mikirin siapa Ma?
Teman Mama yang nelpon lalu kan?"
Pertanyaan beruntun Biyanka membuat Silvie sedikit grogi tapi ia berusaha seolah tak ada sesuatu.
"Kok tau?" Silvie balas bertanya dengan santai.
"Sori ya, Ma, tadi aku tak sengaja dengar percakapan Mama nyebut nama om itu, kalau ngga salah namanya Biyan ya, Ma? Sama nama awal aku!"

Wanita itu tersenyum mendengar penuturan anak sulungnya.
"Namanya bukan Biyan, sayang, tapi Brian!" Ujar Silvie tersenyum simpul.
Biyangka bergumam dengan membentuk bulatan pada kedua bibirnya.
"Dulu, Om Brian teman sekelas Mama ya?" Tanya Biyanka lagi. Ia mulai kepo. Aku harus tau nih, seperti apa sih teman Mama itu? Ngomong kok akrab banget. Batinnya. Adrenalin kepo Biyanka telah mengambil posisi depan pada bilik memorinya. Sekali sentakan saja maka meleleh keluar.

Silvie kembali grogi dengan pertanyaan Biyanka berikutnya.
"Teman sekelas sih, tidak! Brian setingkat di atas Mama." Jelas Silvia dengan sikap yang dibuat-buat santai akar si sulung tidak curiga.
"Om Brian pasti orangnya baik, ngga sekelas, kok akrab banget ya, dengan Mama?" Tanya Biyanka lagi. Silvie sejenak diam, berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak ingin anak sulungnya bertanya lebih jauh lagi. Sifat diam Mamanya membuat Biyangka yakin kalau di masa lalu Brian dan Mamanya punya cerita.

Biyangka tak ingin menyudutkan Mamanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bermain di benaknya. Ia memendamnya dan mengalihkan topik percakapan.

"Oh ya, Ma, bagaimana dengan orderan bahan sembako kita, lancar nggak?"
"Alhamdulilah, nak, lancar kok! Semoga semakin banyak yang mengorder, doakan ya!" Ucap Silvie.
"Iya, Ma." Jawab Biyanka kalem.
" Mama istirahatlah, udah larut, Ma. Adik-adik udah pada bobo tuh. Biyanka masih ada tugas, Ma. Mama duluan aja ya!"
Terimakasih nak, Silvie berlalu dari hadapan Biyanka.
Ia merasa bersyukur, Biyangka tidak bertanya banyak tentang Brian.

Wanita itu belum siap untuk menjelaskan lebih jauh tentang Brian kepada anak gadisnya, tapi ia berjanji jika tiba saatnya, maka semua akan jelas dan tak ada yang tersembunyi antara Brian dan dirinya.

KETIKA CINTA MEMILIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang