VOTE DAN KOMENNYA PLEASE FREN HARGAI DONG NGETIK NYA☺️🙏🏻
Selamat membaca, semoga kalian enjoy bacanya. Jangan lupa tinggalkan jejak 🖤
Vote dan komennya jangan lupa ya fren!!!!
Tadi saat dirinya bersiap-siap untuk pulang bekerja, Arga datang menghampiri dan berkata ada hal penting yang ingin disampaikan.
Dan kini mereka berdua duduk di tempat biasa, yaitu taman.
"Kak Arga mau ngomong perihal apa?, udah malam takut kak Arkana nyariin" kata Senja memulai obrolan.
Arga menghela nafas sejenak, "Besok saya akan ke luar kota, gak sampai seminggu saya pastikan sudah pulang"
Senja meremas ujung bajunya, "Harus ke luar kota ya?" tanya perempuan itu.
"Kamu takut kangen saya?"
Senja memukul lengan pria yang duduk di samping nya ini, "Di bilangin juga, jangan ke PD an terus dong"
"Terus kenapa kamu tanya kayak gitu?"
"Ya nanya aja, emang gak boleh?" kali ini Senja yang bertanya.
"Boleh Senja"
Kemudian senyum jahil tercetak di wajah tampan pria itu, "Kenapa kamu gak nanya, kapan saya melamar kamu?"
***
Arga tertegun saat melihat seseorang yang sudah sangat lama dirinya rindukan, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, ia berjalan cepat bahkan berlari menghampiri seseorang itu. Dan tepat saat sudah berdiri di belakang seseorang itu, Arga tersenyum penuh, senyuman yang sudah lama tidak ia perlihatkan pada siapa pun saat seseorang itu memilih pergi.
"Cahaya" panggil Arga dengan lirih.
Pemilik nama tersebut membalikkan badannya, saat ada seseorang yang memanggil dirinya. Saat mengetahui siapa orang itu, rasanya saat itu juga Cahaya kehilangan tenaga nya, hampir saja dirinya terjatuh jika saja Arga tidak menahan dirinya dan membantu untuk kembali berdiri.
"Lepas kan tangan kamu" ucap Cahaya dengan tegas.
Arga pun menuruti perintah perempuan itu, "Cahaya ini bener kamu kan?" tanya Arga mencoba memastikan.
"Anda salah orang, saya bukan seseorang yang anda maksud"
Arga tertawa sinis "Bagaimana saya bisa salah orang, jika rekaman tentang kamu masih tersimpan dengan baik di hati dan pikiran saya Cahaya" jelas Arga.
Cahaya meremas kuat tali tas nya, mencoba menyalurkan rasa gugup kepada tali tas itu. Memberanikan diri menatap wajah Arga dengan tegas "Saya tidak mengenal anda tuan"
"Cahaya saya mohon, kamu tidak bisa membohongi saya"
"Iya ini aku, Cahaya" Arga pun langsung membawa Cahaya ke dalam pelukannya, dirinya memeluk erat perempuan itu seolah-olah takut Cahaya kembali pergi.
"Mas Nara lepasin" ucap Cahaya dan mendorong tubuh tegap milik Arga.
PLAK
Tamparan di pipi Arga mendarat dengan mulus, "Jaga sikap kamu mas"
Mereka menjadi pusat perhatian orang disekitar, apa lagi tindakan Arga yang tiba-tiba memeluk tanpa izin dari Cahaya, "Kamu gak bisa seenaknya peluk aku tanpa izin, gimana kalau ada mas Ar_
"Sepupu kamu? saya yakin mereka masih mengingat aku siapa di hidup kamu Cahaya" potong Arga.
Cahaya menggelengkan kepala dan melihat jam di tangannya, ia harus buru-buru pergi dari sini, bukan mencoba menghindari Arga namun lebih baik dirinya dan pria itu kembali seperti orang asing, "Aku harus segera pergi mas, jika ada yang harus dibicarakan tidak sekarang" ucap Cahaya.
"Setelah urusan kamu selesai, bisa kita bertemu kembali?" tanya Arga penuh harap.
Cahaya mengangguk, "Di cafe tempat kita saat pertama kali bertemu, besok saat setelah jam makan siang aku tunggu di sana" semua ini harus diselesaikan, agar Arkana tidak salah paham.
***
Iklan lewat sebentar
JANGAN LUPA BACA [BAB] Bumi dan Bulan yaaaaa
Sejak pertemuan tidak disengaja itu, Arga sedari tadi tidak henti-hentinya mengecek handphone miliknya, menanti notifikasi dari Cahaya. Bahkan untuk menghubungi Senja saja dirinya tidak ingat, kemudian Arga tertegun tatkala mengingat sang adik. Apakah Karin mengetahui jika Cahaya telah kembali?
Notifikasi yang di tunggu pun datang.
Aku tunggu di cafe sunset
Tidak ingin membuang-buang waktu, Arga pun segera kesana tanpa membalas pesan dari Cahaya. Sedari tadi senyum di wajah Arga tidak memudah sedikit pun, entah kenapa dirinya merasa kembali menjadi Arga yang dulu, Arga yang murah senyum, dan jauh lebih ramah.
Ketika sampai di cafe itu dan menemukan dimana tempat duduk Cahaya, Arga langsung berjalan menghampiri, "Maaf lama ya?"
Cahaya menggelengkan kepalanya, "Gak sama sekali"
Keduanya sama-sama terdiam, tidak tau harus memulai pembicaraan dari mana, rasanya canggung sekali.
"Ada yang ingin kamu tanyakan mas?" tanya Cahaya.
Arga menatap dalam mata Cahaya, "Kenapa kamu menyerah dan pergi begitu saja?"
Perempuan itu membalas tatapan Arga dengan tatapan sendu, "Aku pikir kamu tidak bodoh, dan aku yakin tanpa aku menjelaskan kamu tau jawabannya"
"Bukan kah waktu itu aku menawarkan untuk kota berjuang bersama?"
Cahaya menggeleng, "Mas Nara, adzan di masjid tidak sama seperti saat bernyanyi di gereja. Sama seperti kita, aku dan kamu tidak dalam iman yang sama, harus bagaimana lagi aku menjelaskan kenyataan yang memang sudah kita ketahui sejak awal"
"Tapi kamu?, kamu yang susah untuk menerima kenyataan itu, berhenti lah menyakiti dirimu sendiri mas" imbuh Cahaya.
Tangan Arga terkepal kuat, "Aku akan terus berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tua ku bahkan orang tua mu, tunggu aku ya, tunggu sebentar lagi."
Cahaya menatap Arga tidak percaya, "Mas Nara yang benar saja?, mas aku sudah men_
Arga memotong ucapan perempuan itu, "Aku pergi dulu, emosi ku tidak terkontrol, aku harus tenangin diri ku sendiri, sepulang dari kota ini aku janji, aku akan bawa kedua orang tua ku untuk melamar kamu Cahaya" tanpa menunggu jawaban dari Cahaya, Arga pergi begitu saja.
"Bagaimana bisa mas, aku sudah menikah dan bahagia bersama mas Arkana" lirih Cahaya, ia menunduk kan wajahnya dan menangis.
"Sayang kamu kenapa?" tanya Arkana yang baru saja datang, Cahaya langsung memeluk suaminya dengan erat dan tak henti-hentinya mengucapkan kata "Maaf"
Aku gak kasih spoiler, gak janji ya kalau ingat nanti aku double up okay!!!!
See you next part 🖤
Bentar lagi ketemu ending dan epilog hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Senj(A)rga [Ending]
Chick-Lit*MEMBUAT BAPER DAN EMOSI!!!!! "Maaf" "Maaf?" "Maaf, aku gak bisa, sekali lagi aku minta maaf" setelah itu Senja berlalu pergi dari hadapan Arga, Senja pun tidak tahu mengapa dirinya menolak lamaran dari Arga, tapi bukankah memang seharusnya seperti...