19- Lamaran

26 16 1
                                    

   “Astaghfirullah, udah jam 8. " sontak Aliya terkejut ketika matanya tak sengaja melihat ke arah jam dinding yang terpajang di atas tempat tidurnya itu. Dengan tergesa-gesa Aliya pun pergi meninggalkan kamar berlari menuju mobil, karena dia khawatir di café sudah banyak pembeli yang datang dan karyawannya lama menunggu kedatangannya untuk membuka café.

“Ada apa Al, kok buru-buru banget.?” Teriak Desi dari arah sofa ketika melihat anaknya yang berlari dan tanpa pamit padanya.

“Aliya mau ke café bu... udah telat, kan aliya yang megang kunci café!” sambung aliya dengan teriakan dari tempat parkir mobil miliknya.

“Lohh, bukannya sekarang… yang megang kunci café itu bapak?” ujar Desi sembari menghampiri aliya .

“Ohh iyaaa, astaghfirullah aliya lupa bu, hhhe” ucap aliya sambil menepuk jidatnya karena ia lupa kalau ternyata dia sudah memberikan kunci  cafénya itu kepada bapaknya kemarin.

“ya udah, sini bentar ibu mau tanya sesuatu sama kamu.” ujar Desi sembari menarik pelan tangan aliya dan menuju ke arah sofa.

Deg... jantung aliya seakan kaku dan seketika berdetak dengan cepat. Karena aliya sedikit takut.
“Aduhhh, ibu mau nanya apa ya?” ucap aliya dalam hatinya dengan raut wajah yang kebingungan.

“Nahhh, sini Al duduk disamping ibu.” kata Desi sembari menepuk –nepuk sofa.

Aliya hanya tersenyum dan melangkah maju untuk segera duduk di samping ibunya, dengan sedikit gemetar dan mata yang menatap ibunya dengan penuh tanda tanya.

“Aliya safira, anak solehah nan cantik, putri kebanggan ibu… eemmm ibu boleh tanya sesuatu nggak sama kamu?” ucap Desi sambil memegang tangan aliya.

“Eee i-iya bu boleh, emangnya ibu mau tanya apa sama aliya, kok aliya perhatiin kayaknya ada hal serius yang mau ibu tanyain ke aliya.” jawab aliya dengan sedikit terbata-bata.

“Al, selama ibu nggak sama kamu, apa kamu masih menjaga hakikatmu sebagai seorang wanita yang mahal, yang tidak bisa dengan mudah didapatkan apalagi melalui kata pacaran?” tanya desi dengan tersenyum.

“Alhamdulillah bu, Aliya selama di rumah bapak... Aliya nggak pernah kepikiran untuk pacaran .”jawab Aliya dengan senyuman.

“Alhamdulillah kalau begitu-“ sebuah pesan masuk ke handphonenya Aliya sehingga memotong pembicaraan Desi.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke handphone aliya disana tertera ,”Aliya cepet kesini. Kerumah bapak ya,  sekalian ajak ibu.”

“Pesan dari siapa Al?” tanya desi penasaran.

“Dari bapak bu, Aliya sama ibu disuruh Kerumah bapak, nggak tau akan ada apa.” ujar aliya dengan pikiran yang penuh dengan tanda tanya.

“Ya udah, kalau gitu kamu siapin mobil, ntar ibu tunggu di depan.” ujar Desi ibunya aliya sembari pergi menuju kamar untuk mengambil tas.

“Iya bu, ” jawab Aliya sembari pergi ke arah mobil.

***

Jika kita mencintai seseorang karena Allah...
Hendaklah kita tetap menjaga hati...
Yakinlah, jika memang jodoh...
Pasti akan dipertemukan oleh Allah...
Untukmu yang mencintai, tetaplah menjaga hati...
Begitupun untukmu yang dicintai...
Tetaplah menjaga hati.
~Alwa Nurlaeli

Asa Aliya (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang