Aliya pulang bersama dengan ibunya menggunakan mobilnya sendiri,tapi diperjalanan Aliya terus saja memikirkan kejadian tadi, dimana Aida begitu dekat dengan keluarga Aska. Jujur hatinya sakit bahwa selama ini laki-laki yang ia idam-idamkan juga disukai orang lain dan ia rasa wanita-wanita itu lebih baik darinya, walaupun ia tak tau Aska menyukai wanita yang mana dan siapa.
“Astaghfirullah,” ketika menyadari mobilnya sudah hampir sampai dirumah ibunya, Aliya pun segera mengucapkan istighfar sembari menghembuskan nafasnya dan menenangkan dirinya.
Sesampainya dirumah tersebut ia langsung bergegas turun dari mobil, Aliya menatap bangunan yang indah dan besar di depannya.
“Maa Syaa Allah, sungguh nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.” Ucap Aliya dengan air mata yang sedikit demi sedikit keluar dari matanya, tak henti-hentinya ia bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kedua orangtuanya dan termasuk dirinya.Setelah turun dari mobil Ibu Aliya atau yang bernama Desi Safira itu langsung menemui Aliya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam. “Silahkan masuk mbak Aliya.” ucapnya dengan nada sama seperti di restoran-restoran ketika mereka menyambut pembeli, membuat Aliya yang tadinya sedih penuh dengan air mata kini tertawa dan memeluk ibunya.
“Ayok dong masuk, kamu belum pernah mampir kesini kan.?”
ujar Desi sembari mengusap air mata putrinya itu.Aliya hanya mengangguk dan tersenyum.
“Nahh, ibu udah menyiapkan kamar buat kamu, yang insyaAllah bakal kamu suka, karena sampai sekarang ibu masih inget dekor kamar kesukaan kamu, semoga aja masih sama seperti dulu .” Lirih Desi
“Yang bener bu, asiikkk bakal betah nih Aliya tidur disini, emm masih sama kok bu kayak yang dulu, kamar simple, ada bingkai estetik nya dan pastinya warna biru ” Ucap Aliya dengan penuh semangat.
“Alhamdulillah, ya udah yuk kita masuk.” Ajak Desi kepada Aliya .
***
“Jangan lupa bersyukur untuk pengalaman
yang kamu lalui hari ini.”~Alwa Nurlaeli
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Aliya (End)✓
Fiksi RemajaPengobat luka ketika aku patah hati Pembawa bahagia ketika duniaku muram Berharap memang hanya kepada Allah Tetapi bolehkah aku berharap kepada-Mu Untuk mendapatkan sosok laki-laki yang bisa merubah mendung menjadi cerah . Katanya ucapan adalah do...