DIH [7]

1.6K 316 30
                                    

Guyss makasi banget buat semua dukungan nyaaa ❣ aku seneng kalau banyak yg suka huwaaa

Happy reading

3rd POV

Draken duduk di kursi sebelah y/n sambil mengganti kompresan di dahi nya secara berkala. Tadinya Draken berniat untuk membawa nya ke rumah sakit, tapi dia mengurung kan niat nya karena y/n meminta nya untuk merawatnya di rumah saja. Yah, y/n tersadar hanya untuk mengatakan itu.

Draken mengusap rambut y/n lalu memperhatikan wajah perempuan itu yang pucat namun masih terlihat cantik. Apa dia bidadari? Sakit pun masih terlihat menawan.

Draken berdiri dan mengitari kamar y/n yang terkesan sederhana namun nyaman. Dirinya berhenti di depan figura foto keluarga yang terdiri dari ayah, anak dan ibu. Anak itu adalah y/n sewaktu kecil. Ia cantik dan imut.

Draken mengusap foto itu sambil tersenyum tipis. Nafas kasar keluar dari mulutnya begitu dadanya terasa sesak melihat keluarga kecil bahagia itu.

Seandainya aku memiliki keluarga seperti itu. Draken mengenyahkan pikiran batin nya. Percuma saja. Dia tidak ingin memikirkan hal tidak perlu yang hanya bisa menyakitinya. Sampai kapan pun, keluarga yang ia dambakan tidak akan pernah ada untuk nya.

Draken hanya bisa menerima fakta menyedihkan ini dengan lapang dada. Mungkin ia tidak beruntung untuk urusan keluarga tapi setidaknya ia memiliki teman-teman yang bisa ia andalkan dan menjadi keluarganya.

Karena itu toman adalah segalanya baginya.

"Aku imut ya?"

Draken tersentak begitu mendengar suara y/n berada di belakang nya.

"Kau sudah sadar?"

"Sudah sejak kau memandangi foto keluargaku." Y/n tertawa pelan lalu mengambil foto itu. "Aku jadi merindukan orang tua ku."

Meski wajah orang tua y/n yang asli dan di dunia ini berbeda, entah kenapa dia merasa ikatan nya dengan orang tua nya di dunia ini lebih tebal. Mungkin karena mereka berbeda.

Orang tua aslinya tidak pernah benar-benar peduli padanya. Jika ia dapat nilai jelek, mereka akan menguncinya di kamar dan memaksanya belajar sampai pagi dan jika ia dapat nilai bagus mereka tidak pernah memujinya.

"Harusnya memang begitu. Kau tidak boleh bodoh." Itulah yang mereka katakan.

Draken menarik pinggang y/n dan menggedong nya sampai ke atas kasur. "Kau harus istirahat."

"Aku sudah baik-baik saja."

Draken menggeleng dan memaksa y/n untuk berbaring. "Istirahat."

Y/n tersenyum. "Terima kasih dan maaf merepotkan mu."

"Ya terserah."

Draken duduk di kursi yang tadi ia duduki sambil menunggu y/n terlelap. Namun gadis itu tidak kunjung menutup matanya, malahan ia berbalik untuk  membelakangi Draken.

"Hei, Draken."

"Hm?"

"Apa kau pernah benci pada jalan hidupmu?"

Draken, i'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang