DIH [11]

1.4K 303 45
                                    

cuman mau bilang, emma tolong bilangin draken neraka panas ya, suruh balik aja 🙏 maaf kalau ke spoiler saya frustasi soalnya :D

~~~

Kau duduk di bangku tunggu sambil terus menunggu Draken. Perasaan mu menjadi tidak tenang dan bayangan-bayangan buruk memenuhi pikiran mu.

10 menit

15 menit

20 menit

....

Kau mengecek jarum jam di jam tangan mu lalu membuang nafas. 30 menit berlalu dan Draken belum kembali.

Apa perlu ku susul?

Kau memperhatikan sekitar yang mulai sepi. Hanya kau yang dari tadi yang diam disaat semua orang disana menaiki bis tujuan mereka. Kau kembali membuang nafas.

Tapi haitani bersaudara tidak boleh melihat wajahku. Akhirnya pun kau mengurungkan niat mu untuk menyusul Draken.

Kau membuang nafas untuk ketiga kalinya. Efek samping habis makan enak adalah mengantuk, jadi kau mengantuk sekarang setelah memakan es krim kesukaan mu.

Tanpa kau sadari kau tertidur.

Di lain sisi Draken berlari ke arah halte bis dimana kau berada. Sial, ini cukup lama. Dirinya tidak berpikir bahwa berurusan dengan haitani bersuadara akan cukup memakan waktu.

Tapi seharusnya dia memang tidak meremehkan mereka sih. Draken mengelap darah dari sudut bibirnya dan mengatur nafas begitu sampai di halte.

Bibirnya sedikit tertarik ke atas saat melihat mu sedang tertidur dengan kepala terantuk-antuk. Draken mendekatimu dan berjongkok di hadapan mu. Tangan kanan nya terulur untuk merapikan anak rambut mu yang berjatuhan.

"Dasar bodoh." Ucap nya pelan lalu menepuk kedua pipi mu. "Bangun!"

Kau yang terusik, membuka mata dan terbelalak melihat Draken di hadapan mu. "Sejak kapan?!"

"Sejak air liur mu menetes--aw!"

Kau langsung meninju dada Draken dan mengelap sudut bibr mu. Anjing beneran ngiler. Kau malu.

Draken tertawa lalu mengacak rambutmu. "Ayo, ku antar pulang."

Kau merengut. "Kau lebam semua." Ucap mu sambil menunjuk wajah nya. "Disitu juga?" tanya mu lalu menunjuk perut nya.

Biasanya kan orang gelud nonjok perut.

Kau memiring kan kepalamu, merasa heran kenapa telinga Draken memerah? Dia malu karena kau menunjuk bagian perutnya? Belum lagi rona wajah Draken perlahan berubah selagi kau memperhatikan nya.

"Kau di tonjok di perut kan?"

Draken berdehem pelan membersihkan tenggorokan nya lalu menyentil dahi mu. "Bukan urusan mu. Ayo pulang."

Kau membuang nafas kesal. "Aku tidak mau pulang sama orang babak belur macam kau! udah tampang preman, babak belur pula. Tetangga bakal mikir apa coba?"

Ekspresi Draken memanas. Berbeda dari yang tadi, kini ia terlihat kesal. "Maksudmu?!"

"Ya maksudku, kau itu jelek."

"Hah?! Oi! Kau tidak pernah mengaca? Yang jelek itu kan kau! Belum lagi merepotkan. Siapa tadi yang jatuh dan membuat kita ketahuan? aku? kan kau! Belum lagi dua homo itu merepotkan!"

"Homo?! siapa yang kau bilang homo?! dua orang tampan itu?! mata mu rabun jauh? minus 100? sampai wajah secantik ini pun kau tidak bisa lihat?"

Draken merengut kesal. "Kau--"

Draken, i'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang