Canggung.

4 1 0
                                    

    Pagi ini saat akan pergi ke sekolah Fatimah merasa memang banyak yang berbeda. Biasanya dia akan berkumpul bersama dengan keluarganya umtuk sarapan pagi. Namun, pagi ini dia hanya sarapan sendiri di meja makan tanpa di temani keluarganya.

"Maaf saya tidak bisa antar kamu ke sekolah. Nanti biar supir baru saya yang antar kamu ya." Ucap Fadlan yang datang dari belakang.

Fatimah hanya mengangguk paham dan mengiyakan apa yang di ucapkan Fadlan, suaminya.

"Ouh iya, ini uang nafkah pertama yang saya berikan untuk kamu. Jadi, kamu jangan minta lagi sama orang tua kamu. Karena kamu sudah jadi tanggung jawab saya. Kalau ada keperluan lain di sekolah kabari saya saja." Fadlan menyeruput susu cokelat yang di buatkan Bi Inah untukknya.

"Ini terlalu banyak kak." Fatimah melihat lembaran uang ratusan ribu yang banyak di hadapannya.

"Tidak apa-apa, kamu gunakan untuk keperluan kamu yang lain. Karena kamu sudah jadi Istri saya." Fadalan beranjak berdiri dari duduknya.

"Tapi Kak---"

"Saya berangkat ke kantor ya, saya sudah terlambat." Fadlan berjalan meninggalkan Fatimah.

"Kak!"

Teriak Fatimah mampu membuat langkah terhenti, dan Fadlan mulai membalikkan tubuhnya pada Istrinya.

"Saya belum salam" Fatimah mulai melangkah mendekat pada Fadlan dan mengambil tangan kanan Fadlan berlalu mengecup punggung tangan milik Fadlan.

"Hati-hati di jalannya, terimakasih uangnya da--dan semangat kerjanya. Semoga Allah mudahkan semua urusan Kakak." Tutur Fatimah lembut dengan di temani senyuman manis.

Fadlan merasa tersentuh dengan perilaku Fatimah padanya. Fadlan mengusap puncak kepala Fatimah dengan lembut dan mengangguk ramah.

"Assalamu'alaikum" ucapnya.

"Wa'alaikumussallam" Jawab Fatimah.

Setelah bayangan Fadlan sudah menghilang. Fatimah mulai merapihkan tas sekolahnya, dan berniat untuk berangkat ke sekolah juga.

"Bi Inah!"

Fatimah memanggil Bi Inah untuk berpamitan padanya. Setidaknya walau Bi Inah hanya ART di rumah ini, tapi dia lebih tua dan patut di hormati olehnya.

"Iya Non, ada yang bisa saya bantu?"

"Tidak Bi, saya hanya pamit mau berangkat se kolah. Ini juga uang buat Bi Inah. Simpen ya Bi, jangan bilang sama Kak Fadlan kalau saya kasih Bibi uang ya." Fatimah menyodorkan dua lwmbar uang seratus ribu pada Bi Inah.

"Tidak perlu Non, saya sudah dapat gajih yang lumayan dari Tuan. Dan---"

Fatimah langsung memotong ucappan Bi Inah.
"Tidak boleh menolak rezeki Bi. Gak baik, saya ini ikhlas kok Bi."

Bi Inah, dengan sungkan menerima uang pemberian dari Fatimah.

"Kalau gitu saya pamit ya Bi. Assalamu'alaikum."

" iya Non, hati-hati. Wa'alaikumussallam."

*****

"Pak, hari ini Direktur dari PT. Makmur Jaya, mau menemui Bapak di Restaurant Pak." Ujar Anita, Asisten Fadlan.

"Kenapa? Bukannya dia bilang akan rapat di kantor saja."

"Saya kurang tahu Pak. Tadi dia meminta memilih tempat lain." Jawab Anita.

"Baiklah, kalo begitu kita berangkat sekarang." Tegas Fadlan.

Fadlan, mulai menyiapkan beberapa berkas untuk dia bawa. Dan juga laptop miliknya. Fadlan tiba-tiba teringat pada Fatimah, bahwa dia ingin mengabari Fatimah jika dia akan pulang agak terlambat.

" BANDARA "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang