Pertemuan (2)

40 5 0
                                    

" Bila Hujan mampu ku tampung dengan satu ember,maka  aku pun akan menampung semua perasaan yang terus berlarian di pikiranku dengan hebat dan itu semua karena kamu "

* Fatimah *

***

sungguh pagi ini Fatimah terbangun dari tidurnya dengan rasa malas dan tak bergairah sepert hari biasanya.Kejadian kemarin sungguh telah membiusnya dalam keterpurukan.Memikirkannya sudah menjadi kesusahan,dan melelahkan.Hari ini berkurang terus dan semakin mendekat ke hari pernikahannya dengan Fadlan.Rasanya Fatimah ingin berteriak keras,namun apa daya dan upaya dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa,dia harus menerima semuanya,Bukan kah ini kemaunnya untuk menggantikan posisi Kakaknya dan menikah dengan pria itu ?. 

Fatimah segera bergegas menuju kamar mandi untuk mempersiapkan dirinya pergi ke sekolah,mungkin dengan sekolah bayangan itu akan hilang,dan ada secercah harapan dia akan bahagia dengan senyuman yang selalu terukir di wajah manisnya.

Fatimah,menatap dirinya di cermin yang tepat berada di kamar mandinya,dia melihat bayangannya dengan sempurna dan melihat rambut panjangnya yang tidak tertutup jilbab,bayangannya menuju pada status yang akan di sandang olehnya sebentar lagi,Seorang Istri dari seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal.Di usap wajahnya kesal,rasanya dia ingin berhenti mengeluh dengan keadaan ini.

setelah Fatimah,menyelesaikan dirinya dari mandi,ia bergegas mengenakan baju seragam batik sekolahnya,dengan jilbab putih lebarnya dia bercermin dan memasangkan satu bros berwarna pink berbentuk pita kecil di samping bahu kananya,senyum ia ukir di cermin sebelum meninggalkan bayangan di cerminnya dan bergegas ke bawah untuk sarapan.

seperti hari biasanya,sarapan selalu di siapkan oleh Adira hanya roti dan susu hangat,Fatimah memang menyukainya.Dan tidak lupa bekal nasi yang Fatimah bawa yang sudah di siapkan Adira untuk Fatimah anak bungsunya.

" Hari ini,kalau bisa langsung pulang ya De " Ucap Farhan 

" Memangnya kenapa Bii ? " 

" Kita harus cari baju pengantin buat kamu " 

ucapan Farhan seolah menyambar pikiran Fatimah,seketika raut wajah Fatimah berubah seakan ia sudah pusing dan malas dengan semua inii. " Padahal ini baru semalem ketemu,tapi sudah siapin baju pengantin saja " gumam Fatimah pada hatinya yang sedang kacau.

tanpa menjawab ucapan dari Abbi nya Fatimah langsung berpamitan untuk pergi sekolah,sebetulnya dia ingin lari dari obrolan perjodohan itu.Fatimah kini pergi ke sekolah tanpa sepeda kesayangannya.Karena suasana hatinya sedang tidak memungkinkan untuk pergi menggunakan sepeda.

***

pagi berganti sore,hari ini sepertinya amat sangat melelahkan bagi Fatimah.Fatimah berpamitan pada Nasywa untuk pulang lebih dulu.Fatimah kini sedang berdiri di depan sekolahnya,menunggu Fadlan menjemputnya,karena tadi Abbinya meminta Fadlan untuk menjemput Fatimah agar pergi bersama menuju Butik.

tidak butuh waktu lama,orang yang FAtimah tunggu datang,memang itu membuat Fatimah tidak Badmood karena terlalu lama menunggunya.

" Assalamu'alaikum,silahkan masuk Fatimah " sambil membukakan pintu mobil

" wa'alaikumsallam " dengan mata yang melihat ke arah bawah dan pandangan ia tundukan.

Fatimah masuk ke dalam mobil,begitu juga Fadlan,fadlan mengendarai mobil tidak menggunakan kecepatan yang tinggi,namun dia mengendarai mobil dengan kecepatan standar.Fatimah dan Fadlan tidak bersuara sama sekali,hanya sebuah keheningan menemani mereka,seperti tidak ingin menyapa satu sama lain,atau saling mengenal satu sama lain.

ini pertemuan mereka yang kedua,Fatimah maupun Fadlan masih merasa canggung,apalagi Fadlan melihat Fatimah yang begitu muslimah dia merasa bahwa Fatimah memang sangat terjaga jadi untuk menyapun,Fadlan sungkan.Tapi,berbeda dengan Fatimah,Fatimah memang enggan menyapa Fadlan,karena di lihat dari cara berpenampilan Fadlan itu terlalu cuek pada siapapun apalagi mengukir senyuman tidak pernah sama sekali,ma dari itu Fatimah tidak ingin berbicara pada Fadlan.

akhirnya,mereka sampai di tempat tujuan.Fatimah turun lebih dulu dari Fadlan dan berjalan menuju Umii nya yang sedang menunggu kedatangannya.

" ummi,kenapa bukan ummi sih yang jemput Fatimah " bisik Fatimah di telinga Adira.

Adira hanya diam tak menjawab ucapan anaknya.Karena sikap diam Adira, fatimah semakin jengkel dan merasa ingin segera pulang.Fatimah mengikuti Adira masuk ke dalam butik,di ikuti oleh Fadlan yang berjalan di belakang Fatimah.Semua orang sudah berkumpul menunggu Fatimah juga Fadlan.

Fatimah dan Fadlan di beri kesempatan untuk memilih pakaian yang akan mereka pakai di hari pernikahan mereka.Fatimah merasa tidak ada yang cocok dan tidak ada yang membuat hatinya terpikat.

" Kak Fadlan,sudah ada yang cocok ?" Tanya Fatimah ragu,saat melihat Fadlan sedang asyik memilih.

" Sepertinya tidak ada,ini terlalu berlebihan dan saya tidak suka dengan yang berlebih-lebihan "

Jawaban dari Fadlan ini membuat Fatimah seperti tersentuh,baru kali ini Fatimah mendengar seorang pria yang tidak terlalu suka yang mewah ataupun megah padahal dirinya sudah mempunyai uang yang cukup banyak.

" kalau kamu ?" Fadlan melontarkan pertanyaan pada Fatimah.

Fatimah hanya menggelengkan kepalanya.Karena memang Fatimah tidak suka dengan pakaian yang terlalu megah ataupun mewah.Fatimah mengikuti Fadlan yang berjaln menuju keluarganya.

" kami berdua tidak mendapatkan baju yang cocok,kami berdua ingin pernikahan kami biasa saja " tegas Fadlan dengan wajah datar yang dimilikinya.

Fatimah menatap Fadlan kagum,sungguh Fatimah baru kali ini mendengar pria se rendah hati ini,walaupun Fadlan mempunyai sikap dingin yang laur biasa,tapi di balik semua itu dia orang yang apa adanya.

" kamu setuju kan Fatimah ?" 

Fatimah kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan Fadlan padanya.Fatimah awalnya hanya terdiam namun akhirnya dia menganggukan kepalanya pertanda bahwa Fatimah setuju dengan Fadlan.

sungguh ini pertemuan kedua Fatimah dan Fadlan,dan Fatimah mulai menyimpan rasa kagum pada Fadlan,padahal mereka tidak saling kenal dan tidak saling memahami sifat,namun dengan sifat Fadlan tadi,Fatimah merasa kagum dan seperti mendapat jawaban mungkin memang Fadlan terbaik yang Allah berikan untuknya,dan mungkin Allah lebih tahu dari pada kita yang merasa ini adalah hal buruk,padahal ini adalah yang terbaik untuk kita.Fatimah hanya berharap memang semua sudah Allah tuliskan dalam Lauh mahfudz nya dan Allah tahu Fadlan memang yang terbaik untuknya.

" BANDARA "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang