Semenjak bertemu denga Yeji, kini Ryujin semakin dekat dengan gadis bermata monolid itu. Ryujin bahkan mengajak Yeji untuk bergabung dengan UKM teater dan tanpa pikir panjang, Yeji langsung mengiyakannya.
Setelah mendengarkan cerita panjang dari Ryujin, Lia, dan Chaeryeong ikut memberikan simpati kepada Yeji, dan tentu saja tidak masalah jika kini Yeji menjadi teman baik mereka juga. Namun semenjak kejadian itu, Lia dan Chaeryeong semakin tidak dapat berhenti mengagumi Ryujin. Gadis itu benar-benar penuh kejutan.
"Gimana Ryu, lo udah ada ide buat proker?" Tanya Chaeryeong.
Ryujin tertegun "Ah iya juga ya, gue belum ada ide nih."
Chaeryeong memutar bola mata malas "Buruan lah Ryu, jangan kelamaan."
"Iya Bu Wakil, tunggu dulu ya."
Saat ini Ryujin benar-benar harus fokus pada proker UKM teater nya. Meski ia mendapat bagian di akhir periode, bukan berarti ia bisa bersantai-santai sepanjang waktu.
𖦹𖦹𖦹
"Baru masuk sehari aja anak teater udah pada heboh ngomongin Yeji." Celetuk Lia.
"Yaiyalah, namanya juga cecan." goda Chaeryeong menyenggol lengan Yeji.
"Dia tuh nggak cuma cecan, tapi juga anggun dan kalem, nggak kaya kalian." Ejek Ryujin.
Lia memberikan tatapan menghina pada Ryujin "Kita sih kalem ya, lo doang yang tingkahnya kaya balon sky dancer."
Yeji tertawa renyah memandangi ketiga gadis yang kini sudah menjadi teman dekatnya itu.
"Diem mulu lo Ji, ikut ngomong kek." Celetuk Chaeryeong.
"Gue suka nyimak keributan kalian." Balas Yeji dengan wajah tanpa dosa.
"Asem lo Ji, nyesel gue muji lo kalem." Ryujin mencubit lengan Yeji.
"Udah jam 10.00 nih guys, gue masih ada kelas, balik duluan ya." Ucap Chaeryeong seraya berpamitan dengan Lia, Ryujin, dan, Yeji.
Mereka berempat saling tos untuk kemudian berpisah di gazebo Fakultas Seni dan Desain, menyisakan Ryujin dan Yeji yang masih jalan berdua menuju pintu keluar.
"Ngomong-ngomong Ji, lo pulang sama siapa?" Tanya Ryujin.
"Gue naik ojol Ryu."
Ryujin menatap Yeji heran. "Kenapa lo nggak bawa sepeda motor sendiri?"
"Soalnya tadi berangkat bareng Abang gue."
Ryujin ber-oh ria "Lo mau gue anterin nggak? Sekalian gue pengen cari udara seger." Tawar Ryujin.
"Oh lo ada sepeda motor Ryu, terus kenapa jarang dipake."
"Gue males aja, lagian jalan kaki lebih asik. Kalo mau kemana-mana juga selalu dibarengin sama Lia. Dia kan sultan." Balasnya terkekeh.
Yeji tersenyum geli. "Ah gitu. Kalo lo ngga keberatan ya gapapa Ryu, malah seneng gue mah." Ujarnya tersenyum lebar
"sst itu bukannya Yeji ya?"
"iya tauk, kok sekarang dia mainnya sama Ryujin sih."
"Palingan cuma dimanfaatin buat deketin Hyunjin."
"lagian dia pede amat."
"yang cantik banget kaya nancy sama woonyoung aja ditolak, apalagi dia."
"miris banget nggak sih."Meski sebenarnya terganggu dengan bisikan-bisikan itu, Yeji memilih untuk mengabaikannya saja.
"WOY, LO KIRA GUE NGGAK DENGER APA!" Teriak Ryujin ke arah sumber suara.
Betapa terkejutnya mereka melihat gadis yang masih junior itu berani berteriak kearahnya.
"KALO NGGAK TAU APA-APA BELAJAR SANA, BIAR CEPET LULUS."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Art
Fanfiction[DALAM PROSES REVISI] Ryujin, seorang mahasiswi antisosial dengan relasi sempit, hanya bisa pasrah ketika dosen yang mengampu salah satu mata kuliah seni harus membuatnya berkenalan dengan Hyunjin, sosok superstar Universitas Gidae yang memiliki rep...