12. Scars

91 17 4
                                    

Rapat besar pertama UKM teater dari Universitas Gidae dan Universitas Haengbok telah selesai dilaksanakan. Ryujin berhasil menyusun rencana untuk merealisasikan program kerjanya, tentu saja dibantu oleh semua anggota teater lain dan juga Hyunjin. Lelaki itu menjadi tim pendukung di belakang layar karena Ryujin yakin jika Hyunjin ikut menampakkan diri di UKM teater pasti akan menimbulkan kehebohan.

"Eh tau nggak sih, tadi Jaemin kelihatan semangat banget, padahal biasanya dia males kalo rapat." celetuk Chaeryeong.

Ryujin tertawa kecil. "Wajarlah Chaer, orang ketua UKM teater Univ. Haengbok aja bentukannya kaya gitu."

Mereka berdua terkekeh bersama. "Emang cantik banget si Heejin." Ucap Chaeryeong sambil membuka smartphonenya.

Ryujin hanya manggut-manggut. Ia mengamati keadaan sekitar, semua orang masih sibuk membereskan barang-barangnya. "Chaer gue kesana dulu ya, mau lihat-lihat." Tukas Ryujin sambil membenarkan posisi tasnya.

Chaeryeong mengangguk mantab dan menodongkan ibu jarinya.

Baru saja hendak melangkahkan kakinya, pandangan Ryujin tidak sengaja menangkap sosok Han Jisung yang sedang bertelfonan dengan seseorang sembari memasang ekspresi khawatir.

Karena tak ingin ikut campur, Ryujinpun hanya mengamatinya dari jauh.

Hanya Lia yang sangat mengetahui bahwa Ryujin memang jarang bersosialisasi dengan banyak orang namun gadis itu adalah pengamat yang baik, maka dari itu Lia selalu mengawasi Ryujin.

"Lo nggak balik Ryu?"

"Masih belum Jul."

"Okedeh Ryu, btw gue habis ini ke kantin, mau ikut?" Tawar Lia.

"Ngga dulu deh Jul, gue masih kenyang."

Lia menyipitkan matanya. "Tumben, hmm okedeh kalo gamau." Gadis itu mendekatkan mulutnya ke telinga Ryujin. "Dengerin gue ya Ryu, jangan aneh-aneh lagi, Kalo ada apa-apa, cukup lihat dari jauh, jangan nyusahin diri sendiri lagi, paham?" Ucap Lia penuh penekanan.

Ryujin memang selalu penasaran akan semua hal dan terlalu mudah melibatkan dirinya sendiri dengan masalah orang lain. Tentu saja Lia khawatir jika saja gadis itu melakukan hal gila lagi. "Iyaa Jul, makasih atas peringatannya."

"Yaudah Ryu, byee."

Ryujin melambaikan tangannya. Ia juga yakin bahwa Lia pasti ke kantin bersama dengan Minho, jika sudah begitu biasanya Lia akan lupa waktu.

"Untung gue nggak ikut, bisa-bisa jadi nyamuk entar." Ryujin bermonolog.

Pandangannya kembali tertuju pada Han Jisung. Kini lelaki itu sudah beranjak keluar dari gedung. Dan tentu saja Ryujin tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikutinya.

Perlahan tapi pasti, Ryujin mengikuti langkah Han Jisung. Namun di sisi lain, sebenarnya ia tidak ingin menjadi seperti seorang penguntit.

"Han, lo mau kemana?" Ryujin akhirnya bertanya langsung.

Han Jisung tampak terkejut. "Kok lo bisa ada di sini?"

"Han ada apa? Kenapa lo kelihatan panik?"

"Ah itu, ada sesuatu sama Hyunjin"
Balasnya nampak ragu.

Ryujin menahan pundak Han Jisung. "Kenapa? Ada apa sama Hyunjin?"

Sebenarnya lelaki itu juga ingin mengatakan pada Ryujin namun ia ragu karena Hyunjin sudah menyampaikan melalui telfon agar Han tidak memberitahu tentang apapun kepada gadis itu.

"Maaf Ryu, gue harus buru-buru." Balas Han berlalu meninggalkan Ryujin.

Gadis itu berdecih kesal. Tentu saja bukan Ryujin namanya jika tidak penasaran.

Love is ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang