Lagi-lagi, Ryujin harus mendengarkan isu sampah soal dirinya dan Aisha yang saat ini sudah beredar di kampus. Sebenarnya ia tidak kaget karena Aisha dikenal sebagai ketua circle hedon yang menjadi pusat berita-berita gosip. Akan tetapi, fakta bahwa dirinya dituduh sebagai perebut Hyunjin, benar-benar membuat Ryujin geleng-geleng kepala.
"Lo yakin denger beritanya kaya gitu?"
"Iya Ryu, gue denger dari Nakyung, bayangin woy, Nakyung si cewek sultan dan social butterfly itu." Lia berusaha untuk menahan tawa. "Mana dia percaya lagi."
"Jangan ketawa lo Jul." Ryujin menopang dagunya dengan malas dan jangan lupakan wajah masamnya yang membuat tawa Lia semakin keras.
"Udah Ryu, lupain aja, mending lo fokus ke proker. Gue yakin, di kampus ini masih banyak yang lebih waras kok, nggak semuanya percaya dan peduli sama berita murahan kaya gitu, apalagi gue sebagai temen deket lo." Lia berusaha menenangkan Ryujin. Memang merepotkan berurusah dengan Aisha dan Lia sangat tahu itu.
Mulai dari hal yang membahayakan hingga hal konyol sekalipun rela dilakukan oleh Aisha untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Termasuk Hyunjin, mahasiswa tampan paling terkenal di Universitas Gidae.
Hanya saja Lia tidak menyangka tingkah gadis itu sudah sampai sejauh ini. "Padahal kalo semua orang tau faktanya, bisa-bisa Aisha malu sendiri, tapi kayanya tuh cewek emang udah gapunya malu." Lia kembali melihat ekspresi Ryujin yang nampak berpikir keras.
"Makasih deh Jul, omongan lo udah lumayan bikin gue baikan lagi, tapi please jangan pernah kemakan omongan dia ya, percaya sama gue sepenuhnya, oke?"
"Lo pikir gue nggak punya otak?" Refleks Lia menjitak kepala Ryujin. "Gue nggak akan terpengaruh sama gosip bodoh kaya gitu, apalagi belum ada buktinya." Protes gadis itu dengan mata yang menyala-nyala.
Sedangkan si lawan bicara hanya terkekeh geli. "Iya Jul iya, gue cuma mastiin aja, karena gue nggak munafik kalo sebenernya agak resah juga."
"Ah udah gapapa, gausah dipikirin, gue percaya kok sama lo. Inget, ada Chaer sama Yeji juga."
Ryujin mengangguk yakin seraya merangkul lengan Lia. "Gue cuma berharap, masalah ini nggak sampe jadi gede."
𖦹𖦹𖦹
Setelah mengadakan rapat bersama dengan Universitas Haengbok untuk yang kesekian kalinya. Pembagian peran dan sie pun akhirnya mulai ditentukan.
Semua anggota teater kecuali panitia inti, akan mendapatkan tugasnya masing-masing. Entah sebagai pemeran teater, sie make up, sie konsumsi atau yang lainnya. Sedangkan panitia inti seperti Ryujin, Jaemin, Chaeryeong, atau Yeonjun bekerja sepenuhnya dibalik layar serta memastikan acara dapat berjalan dengan lancar.
Sebelum menentukan pemeran, semua anggota teater akan melewati tahap casting oleh Eunwoo dan Suzy terlebih dahulu. Dan seperti yang diduga oleh Ryujin, pemeran utamanya adalah Beomgyu.
"Habis ini buruan bikin naskah ya Ryu, lo bisa diskusi sama bang Yeonjun selaku sekretaris." Jelas Jaemin yang masih sibuk dengan berlembar-lembar surat perizinan.
"Siap Jaem." Sebelumnya Ryujin sudah mencoba menyusun naskahnya sendirian. Untuk itu ia berharap diskusinya nanti dapat lebih terarah.
"Ji, hari ini lo senggang nggak?" Tanya Ryujin yang menginterupsi obrolan Yeji dengan Karina dan Eunbi.
"Senggang kok, kenapa?"
"Lo kan jago literasi, mau ngajak diskusi tentang naskah teater, ntar jam 3 sore kita ketemuan di Joyful kafe ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Art
Fanfiction[DALAM PROSES REVISI] Ryujin, seorang mahasiswi antisosial dengan relasi sempit, hanya bisa pasrah ketika dosen yang mengampu salah satu mata kuliah seni harus membuatnya berkenalan dengan Hyunjin, sosok superstar Universitas Gidae yang memiliki rep...