Saat ini Ryujin sudah ada di sebuah cat kafe dekat taman kota Busan untuk mengadakan pertemuan dengan Hyunjin dan membahas ide proker UKM teaternya. Setelah malam-malam penuh drama itu, Ryujin hampir setiap menit mengirimkan spam chat kepada Hyunjin untuk menagih janjinya.
Gadis itu sangat tidak sabaran, padahal Hyunjin juga masih mempersiapkan sesuatu.
"Nunggu lama?"
"Lama lah, satu jam!"
"Jangan ngada-ngada, lo bilang ke gue otw pas jam 07.55 dan sekarang baru jam 08.03"
Ryujin terkekeh. Ingin rasanya Hyunjin menjitak kepala gadis itu tapi tentu saja ia tidak akan tega. "Jadi gini, rencana gue adalah kolaborasi."
Gadis itu mengernyitkan dahinya. "Kolaborasi maksudnya?"
"Gue udah ngundang seseorang untuk dateng kesini juga, biar sekalian ketemu sama lo."
"Wah kolaborasi sama siapa nih, sama Ahjussi Gong Yo atau Lee Dong Wook?"
"Jangan ngimpi."
Ryujin memanyunkan bibirnya. "Ya siapa tau relasi lo udah tingkat nasional."
Hyunjin mengeluarkan smartphonenya tampak sedang menghubungi seseorang.
"Eh iya lo di mana sekarang."
".."
"Iya langsung masuk aja."
".."
Ryujin menyeruput americanonya. Melihat pemandangan kucing-kucing lucu disini membuat Ryujin jadi teringat Dallie, kucing yang dipeliharanya dulu saat masih kecil. Namun Dallie akhirnya menghilang dan tak pernah pulang lagi, hal itu membuat Ryujin sangat sedih hingga mogok makan. Lucu sekali jika diingat-ingat.
Ryujin pun kembali mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Dari kejauhan, ia melihat seorang gadis berambut hitam panjang sudah memasuki kafe lalu berjalan dengan pasti ke arahnya.
"Nah ini dia orangnya."
Gadis itu terkekeh. "Tumbenan lo ngajak kesini, biasanya di warung, lagi banyak duit ya."
"Sekarang gue udah berduit, nggak kaya dulu."
"Iyain aja dah. Btw halo, pasti lo Ryujin kan, salam kenal ya, gue Heejin." Ucapnya sembari mengulurkan tangan.
"Iya gue Ryujin, panggil aja Ryu, salam kenal juga Heejin." Ryujin menjabat tangan Heejin.
Ryujin memandangi Heejin dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia terkagum-kagum dengan kecantikan gadis itu.
"Oke, karena lo udah ketemu sama Heejin, gue bakal klarifikasi dikit. Jadi, dia adalah ketua teater di Universitas Haengbok. Nah, karena sebelumnya UKM teater lo belum pernah kolaborasi sama univ luar, ini saatnya lo memanfaatkan kesempatan untuk menjalin kerjasama Ryu." Jelas Hyunjin.
"Hmm gitu, gue paham. Jadi sebenernya lo ini cuma perantara antara gue dan Heejin, atau gimana?"
Hyunjin tersenyum simpul. "Enggak Ryu, gue kan udah janji mau bantuin lo."
Heejin terkekeh. "Tenang Ryu, jangan negthink dulu, dia juga udah jelasin banyak hal ke gue kok, jadi gue jamin dia bakal menyukseskan proker elo."
Ryujin menepuk jidatnya. "Iya guys, gue nggak negthink, emang beneran tanya. Maksud gue, kan UKM teater tuh biasanya cuma ngadain pentas teater, nah dengan adanya kolaborasi ini, kita masih tetep ngadain pentas teater atau bikin film atau apa gitu?"
"Ah gitu, habisnya cara lo nanya ke Hyunjin kaya menunjukkan bahwa lo nggak percaya sama dia." Heejin tertawa renyah.
Gadis berambut sebahu itu memutar bola mata malas. "Ya ngga gitu neng."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Art
Fanfiction[DALAM PROSES REVISI] Ryujin, seorang mahasiswi antisosial dengan relasi sempit, hanya bisa pasrah ketika dosen yang mengampu salah satu mata kuliah seni harus membuatnya berkenalan dengan Hyunjin, sosok superstar Universitas Gidae yang memiliki rep...