CHAPTER 6

872 84 12
                                    

"Mana istri kamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana istri kamu?"

Dua kali, Samuel dikekutkan oleh kehadiran Valen yang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya hari ini. Pria itu langsung bangkit dari tempat, menghampiri Valen yang sedang melongokkan kepala ke sekitar.

"Kenapa Mama kalau dateng nggak pernah bilang-bilang dulu sih?" tanya Samuel dengan nada sedikit kesal.

"Kenapa?" Bukannya menjawab, Valen malah balas memberikan pertanyaan dengan wajah garangnya. "Mama tau, pasti ada aja yang kamu sembunyikan kalau Mama bilang mau dateng ke sini. Sekarang, mana istri kamu? Mama mau bertemu sama dia."

Samuel tak habis pikir kenapa Mamanya selalu berpikiran yang tidak-tidak mengenai dirinya sendiri. Pertama, tentang wanita yang dia nikahi adalah bukan wanita yang baik. Kedua, tentang apakah dia masih menyimpan perasaan pada kakak iparnya sendiri. Dan sekarang, tentang dia yang berusaha untuk memyembunyikan sesuatu dari Valen.

Padahal Samuel bertanya seperti itu kepada Valen karena dia ingin bersiap menjembut Selene di restoran. Tapi karena kedatangan Valen seperti ini, kegiatannya harus ditunda. "Aku mau jemput dia, tapi karena Mama dateng ke sini, jadi nggak bisa. Sebentar. Aku suruh Sebastian buat jemput dia dulu."

"Jemput?" Alis Valen terangkat. "Jemput ke mana?"

"Dia bekerja, Ma."

"Hah?!" Samuel langsung mengusap kupingnya ketika Valen berteriak tepat di samping indra pendengarannya. "Istri kamu bekerja? Dalam keadaan hamil?!" Valen sudah siap untuk menoyor wajah Samuel, tapi pria itu cepat-cepat menghentikannya dengan memeluk Valen erat.

"Dasarrr ya kamu! Sekarang ngapain peluk-peluk Mama seperti ini?! Lepasin, Sam! Cepet!" Valen memukul punggung Samuel kuat-kuat, meronta-ronta di dalam pelukan anaknya untuk segera dilepaskan.

Wajah Samuel mengeras. Giginya bahkan sempat bergemeletuk kesal ketika tas mahal Sang Mama tidak berhenti mengenai punggungnya. "Mama kenapa sih pukulin aku terus?"

"Suami macam apa kamu ini. Istri kamu lagi hamil tapi kamu masih izinin dia bekerja? Samuel, Mama selalu nggak pernah habis pikir sama kamu ya. Kenapa sihhh, sekaliii aja, sekaliii. Jadi laki yang bener, bisa nggak?"

"Mama jangan salah paham dulu, dong." Mendengar suara Valen yang mulai berubah serak, Samuel meringis pelan. "Aku sudah larang dia buat nggak kerja, tapi dia yang maksa, Ma," jelasnya cepat. "Tapi Mama tenang aja. Kita udah sepakat kalau dia hanya akan bekerja sampai dua bulan ke depan. Setelah itu, dia akan tinggal di rumah dan nggak kerja lagi."

"Bener?"

Samuel mengangguk dalam pelukannya.

Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan Selene yang sedang berdiri di sana. Wanita itu terlihat berhenti sejenak di tempat, mengamati Samuel yang juga sedang menatapnya.

Sejenak, Selene mengembuskan napasnya pendek. Kata-kata Lucas di mobil tadi: mengenai Samuel yang tidak akan pernah bisa tahan bersama satu wanita, dan yang suka mempermainkan wanita, tanpa disuruh langsung terngiang-ngiang di kepalanya. Untungnya, Selene tidak akan peduli. Dia menutup pintu, dan memutuskan untuk berjalan lagi, mengabaikan dua sejoli yang tengah berpelukan di depannya itu.

Miracle in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang