CHAPTER 8

809 74 19
                                    

Kenyataan yang terjadi adalah, Samuel tidak tidur semalaman kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenyataan yang terjadi adalah, Samuel tidak tidur semalaman kemarin. Tapi pada dasarnya, dia memang memiliki kesulitan sendiri untuk bisa tidur lelap. Ditambah situasi Selene yang ada di satu ruangan yang sama dengannya, dia jadi dua kali lebih sulit tidur.

Kemarin malamㅡatau subuh? Entahlah. Samuel juga lupa. Yang jelas, setelah beberapa jam mereka selesai "berdiskusi", pria itu diam-diam turun dari ranjang dan menghampiri istrinya di sofa. Tatapannya jatuh pada wajah wanita itu. Sejenak, dia hanya bisa diam di tempat tanpa melakukan apa-apa.

Lalu Samuel menunduk, menelusupkan kedua telapak tangannya ke bagian belakang kaki wanita itu dan mulai mengangkat tubuh kurusnya. Matanya tak berhenti menatap wajah Selene yang untungnya tidak bereaksi apa-apa walaupun dia sedang memindahkan lokasi tidurnya.

Dia meletakkan Selene di ranjangnya hati-hati. Lalu segera menghampiri sofa untuk mengambil selimut dan menyampirkannya pada tubuh wanita itu.

Akhirnya, ketika langit sudah hampir terlihat terang, Samuel cepat-cepat mengembalikan Selene lagi ke sofa agar wanita itu tidak curiga sedikitpun ketika bangun nanti. Dan sesuai dugaannya, setengah jam kemudian, wanita itu terbangun.

Samuel yang bahkan masih terjaga di kasur, hanya bisa pura-pura tidur, mengintip Selene yang kini berjalan ke kamar mandi.

Dalam hati, dia tersenyum puas ketika perbuatannya tidak ketahuan sedikitpun. Selain itu, Samuel juga berharap kalau Valen harus segera pulang secepat mungkin. Dia tidak bisaㅡtidak tahan kalau harus tidur di ruangan yang sama dengan Selene.

...

"Hai, Istri. Selamat pagi, sepertinya tidur kamu nyenyak sekali ya kemarin?" Samuel langsung memberikan pertanyaan pada istrinya ketika wanita itu keluar dari kamar mandi.

Selene sempat menatapnya sekilas datar, lalu setelahnya dia mengabaikan Samuel, lagi. Wanita itu menghampiri kopernya, mengambil kaos dan celana jins yang akan dia pakai sebagai pakaian kerjanya hari ini. "Jangan lupa pasal pertama, Selene. Pagi ini kita akan sarapan bersama Mama. Jangan lupa untuk jaga sikap kamu."

Selene mengangguk tanpa menatap Samuel. "Kenapa kamu nggak menata pakaian kamu di lemari baju? Aku bahkan menyediakan walking-closet di kamar ini buat kamu."

Selene melirik pria itu sekilas, tak melontarkan jawaban apa-apa, lagi. "Enam bulan itu bukan waktu yang sebentar. Kamu nggak mungkin mondar-mandir ke koper kamu seperti ini terus kan?" Masih hening, tidak ada jawaban apa-apa. "Aku nggak ngerti. Kenapa kamu suka mempersulit diri kamu sendiri, sih?"

Sekarang Samuel mulai sebal ketika Selene terus-menerus mengabaikannya. Dengan kesal, pria itu menghampiri Selene lalu menarik tali rambut wanita itu cepat. Dalam hati, dia menyangkal kalau dia melakukan ini karena ingin menarik perhatian istrinya. "Bukannya aku sudah bilang untuk mengikat rambut kamu dengan benar?" tanyanya. Akhirnya keduanya mulai saling menatap. Wajah Seene terlihat sangat kesal di sana. "Jelek," tambah Samuel singkat.

Miracle in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang